Ayat Tentang Alam Semesta
تَنزِيلٌ مِّن رَّبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Arab-Latin: tanzīlum mir rabbil-'ālamīn
Artinya: Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
كَمَثَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ إِذْ قَالَ لِلْإِنسَٰنِ ٱكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّنكَ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Arab-Latin: kamaṡalisy-syaiṭāni iż qāla lil-insānikfur, fa lammā kafara qāla innī barī`um mingka innī akhāfullāha rabbal-'ālamīn
Artinya: (Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam".
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Tentang Ayat Tentang Alam Semesta
Didapatkan beragam penjelasan dari beragam ulama tafsir terhadap isi ayat tentang alam semesta, misalnya sebagaimana terlampir:
Perumpamaan orang-orang munafik yang mendorong orang-orang Yahudi untuk berperang dan menjanjikan kemenangan kepada mereka atas Rasulullah adalah seperti setan yang menghiasi kekafiran bagi manusia dan menyerukannya kepadanya, tetapi setelah dia kafir, setan berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri darimu, aku takut kepada Allah Tuhan alam semesta.” (Tafsir al-Muyassar)
Permisalan mereka dalam hal pendengaran mereka dari orang-orang munafik seperti setan tatkala menjadikan kekufuran terasa indah untuk manusia. Namun setelah ia kafir dikarenakan setan telah menghiasi kekufuran untuknya, setan berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri darimu atas kekufuranmu, sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb seluruh makhluk.” (Tafsir al-Mukhtashar)
Kemudian ketika manusia itu kafir kepada Tuhannya, setan berkata: Aku tidak ada urusan dengan kalian, sesungguhnya Aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam (Tafsir al-Wajiz)
كَمَثَلِ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ((Mereka adalah) seperti orang-orang sebelum mereka) Yaitu orang-orang musyrik. قَرِيبًا ۖ( yang belum lama) Yakni pada waktu yang belum lama. ذَاقُوا۟ وَبَالَ أَمْرِهِمْ(mereka telah merasai akibat buruk dari perbuatan mereka) Yakni akibat buruk dari kekafiran mereka di dunia dengan terbunuh pada perang Badar, dan perang ini terjadi enam bulan sebelum perang Bani Nadhir. (Zubdatut Tafsir)
إِذْ قَالَ لَهُۥ رَبُّهُۥٓ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Arab-Latin: iż qāla lahụ rabbuhū aslim qāla aslamtu lirabbil-'ālamīn
Artinya: Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
Dan adapun sebab keterpilihan Ibrahim ini adalah karena sikapnya yang bersegera menyerahkan diri kepada Allah tanpa keraguan, ketika Tuhanmu berfirman kepadanya: “dedikasikanlah dirimu dengan ikhlas bagi Allah sebagai seorang yang tunduk kepada Nya”. Maka Ibrahim menjawab, “aku tunduk kepada Allah Rabb alam semesta dalam keikhlasan bertauhid dan cinta dan taubat kepadanya”. (Tafsir al-Muyassar)
Allah memilihnya menjadi orang yang bergegas menuju kepasrahan kepada Allah ketika Rabbnya berfirman kepadanya, “Murnikanlah ibadahmu hanya kepada-Ku dan tunduklah kepada-Ku dengan melaksanakan ketaatan.” Maka Ibrahim menjawab firman Rabbnya dengan mengatakan, “Aku berserah diri kepada Allah Sang Pencipta manusia, Pemberi rezeki mereka dan Pengatur urusan mereka.” (Tafsir al-Mukhtashar)
Wahai rasul, ingatlah ketika Allah berkata kepada Ibrahim: “Pegang teguhlah Islam ini sebagai agama bagimu.” Ibrahim menjawab: “Aku berserah diri untuk beribadah dalam agama Tuhan seluruh alam.” (Tafsir al-Wajiz)
أَسْلِمْ ۖ (“Tunduk patuhlah!”) Yakni berpegangteguhlah pada Islam sebagai agamamu. (Zubdatut Tafsir)
فَإِذَا نُفِخَ فِى ٱلصُّورِ نَفْخَةٌ وَٰحِدَةٌ
Arab-Latin: fa iżā nufikha fiṣ-ṣụri nafkhatuw wāḥidah
Artinya: Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup
Manakala malaikat meniup sangkakala sekali tiupan, yaitu tiupan pertama yang disusul dengan kehancuran alam semesta, bumi dan gunung-gunung di angkat dari tempatnya lalu keduanya hancur berkeping-keping dan dihantamkan dengan sekali hantaman. Saat itulah Hari Kiamat tiba. Langit terbelah, saat itu langit lemah dan rapuh, tidak kokoh dan tidak kuat, sedangkan para malaikat ada di sisi-sisi dan penjuru-penjurunya. Arasy Tuhanmu berada di atas mereka sambil dijunjung oleh 8 malaikat agung pada Hari Kiamat. Pada hari itu, kalian wahai manusia, dihadapkan kepada Allah untuk menghadapi perhitungan amal dan pembalasan, tidak ada sedikit pun rahasia kalian yang samar bagi Allah. (Tafsir al-Muyassar)
Maka jika Malaikat yang ditugaskan untuk meniup sangkakala telah meniupnya dengan sekali tiup, dan itu adalah tiupan kedua. (Tafsir al-Mukhtashar)
Ketika malaikat Israfil meniup terompetnya pada tiupan yang pertama, maka hancurlah alam semesta dan disitulah kiamat dimulai. (Tafsir al-Wajiz)
إِذْ نُسَوِّيكُم بِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Arab-Latin: iż nusawwīkum birabbil-'ālamīn
Artinya: karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam".
Mereka berkata mengakui kesalahan mereka, sedang mereka saling bertikai di dalam Jahanam dengan orang-orang yang menyesatkan mereka, “Demi Allah, sesungguhnya kita sewaktu di dunia dahulu berada di dalam kessatan yang nyata, tidak ada kesamaran di dalamnya, karena kami mempersamakan kalian dengan Penguasa alam semesta Yang hanya Dia yang berhak diibadahi saja. Dan tidaklah menjerumuskan kami kedalam tempat kembali yang buruk ini kecuali orang-orang yang berdosa yang menyeru kami untuk menyembah selain Allah, lalu kami mengikuti mereka." (Tafsir al-Muyassar)
karena kami mempersamakan kalian dengan Rabb seluruh makhluk, sehingga kami pun menyembah kalian sebagaimana kami menyembah-Nya.” (Tafsir al-Mukhtashar)
Ketika kami menyamakan kalian dengan Allah, Tuhan semesta alam, untuk ditaati, dicintai, disembah dan ditakuti. (Tafsir al-Wajiz)
إِذْ نُسَوِّيكُم بِرَبِّ الْعٰلَمِينَ (karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam) Sehingga kami menyembah kalian sebagaimanan kami menyembah Tuhan. (Zubdatut Tafsir)
فِيهِ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌ مَّقَامُ إِبْرَٰهِيمَ ۖ وَمَن دَخَلَهُۥ كَانَ ءَامِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ
Arab-Latin: fīhi āyātum bayyinātum maqāmu ibrāhīm, wa man dakhalahụ kāna āminā, wa lillāhi 'alan-nāsi ḥijjul-baiti manistaṭā'a ilaihi sabīlā, wa mang kafara fa innallāha ganiyyun 'anil-'ālamīn
Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Dan pada Baitullah ini terdapat bukti-bukti nyata bahwa ia dibangun oleh tangan Ibrahim dan sesungguhnya Allah telah mengagungkan dan memuliakannya. Di antaranya adalah maqam Ibrahim, yaitu batu yang Ibrahim berdiri di atasnya ketika dia dan putranya, Ismail, meninggikan fondasi-fondasi Baitullah. Siapa saja yang memasuki Baitullah ini, maka dia akan merasa aman terhadap jiwanya, tidak ada seorangpun yang berbuat buruk kepadanya. Dan sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas orang yang mampu dari kalangan manusia di mana pun berada untuk mendatangi Baitullah ini untuk melaksanakan manasik haji. Dan barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka sungguh dia telah kafir. Dan Allah Maha kaya tidak membutuhkannya, haji dan amal perbuatannya dan juga dari seluruh makhlukNya. (Tafsir al-Muyassar)
Di rumah (Kakbah) ini terdapat tanda-tanda yang jelas mengenai kemuliaan dan keutamaannya, seperti manasik dan masyā'ir. Salah satunya ialah batu yang dijadikan tempat berdiri oleh Ibrahim ketika dia hendak meninggikan dinding Kakbah. Contoh lainnya ialah siapa yang memasukinya maka ia akan merasa aman dan tidak akan mengalami gangguan apapun. Dan manusia berkewajiban untuk berkunjung ke Baitullah untuk menunaikan ibadah haji karena Allah, bagi orang yang memiliki kemampuan untuk sampai ke tempat itu. Dan siapa yang mengingkari kewajiban haji, maka sungguh Allah Mahakaya, tidak butuh terhadap orang yang kafir itu dan segenap alam semesta. (Tafsir al-Mukhtashar)
97 Pada Ka’bah terdapat tanda-tanda yang nyata dan jelas yang menunjukkan keadungan dan kemuliaannya. Di antaranya ada maqam Ibrahim: yaitu batu yang menjadi pijakan Ibrahim ketika membangun Ka’bah, serta Hajar Aswad, bukit Shafa dan Marwah, sumur Zam-zam. Barang siapa memasuki Baitullah dengan rasa takut maka dia akan aman. Manusia berhaji di Baitullah. Barang siapa yang mengingkari tanda-tanda yang sangat jelas ini serta mengingkari kewajiban haji maka sesungguhnya Allah Maha Kaya: tidak memerlukan sesuatu apapun dari semesta alam maupun hamba-Nya. Ketaatan hamba-Nya tidak akan memberi manfaat kepada Allah, begitu juga maksiat mereka tidak akan memberi kemahdhorotan kepada Allah, manusialah yang membutuhkan Allah. Ketika ayat “barang siapa menjadikan selain Islam sebagai agama” (Ali Imran:85) turun, maka orang Yahudi berkata: Kami adalah muslim. Kemudian Nabi berkata kepada mereka: Allah telah mewajibkan ibadah Haji kepada orang muslim. Lalu mereka menjawab: Itu tidak diwajibkan untuk kami. Kemudian mereka tidak mengindahkan ibadah haji. Maka Allah menurunkan ayat “Barang siapa ingkar sesungguhnya Allah Maha Tidak Butuh atas seluruh alam.” (Tafsir al-Wajiz)
فِيهِ ءَايٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ (Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata) Yakni diantaranya as-Shafa dan al-Marwah, dan seluruh masya’ir lainnya, dan juga kebinasaan orang-orang kejam yang bermaksud menyerangnya, dan lain sebagainya. Dan diantara tanda-tanda itu adalah maqam Ibrahim. مَّقَامُ إِبْرٰهِيمَ ۖ ((di antaranya) maqam Ibrahim) Yakni batu besar yang dipakai Nabi Ibrahim untuk berdiri diatasnya ketika ia membangun baitulullah. Dan Allah memerintahkan kita untuk menjadikannya tempat untuk sholat. (lihat surat al-Baqarah: 125). وَمَن دَخَلَهُۥ كَانَ ءَامِنًا ۗ (barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia) Dan diantara tanda-tanda itu pula adalah orang yang memasukinya maka ia akan menjadi aman. Yakni barangsiapa yang takut terhadap sesuatu kemudian ia memasuki baltul haram maka ia akan mendapatkan rasa aman. Dan diwajibkan atas manusia agar tidak mengganggu orang meski orang tersebut telah menumpahkan darah atau mengambil harta orang lain sampai ia keluar dari Baitul Haram. Namun apabila ia melakukan kejahatan itu didalam Baitul Haram maka ia boleh dihukum didalamnya, sebagaimana firman Allah: والحرمات قصاص (dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash) Dan hal ini dikarenakan dialah yang pertama menodai kehormatan tanah Haram. وَلِلَّـهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ (mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah) Ini adalah sebagai bentuk penekanan terhadap penegakan hak tanah Haram dan pengagungan kehormatannya. مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ (yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah) Yakni ukuran orang yang diwajibkan untuk berhaji adalah bagi mereka yang mampu utuk melakukan perjalanan itu. Adapun seseorang dikatakan mampu adalah yang memiliki bekal dan nafkah perjalanan untuk berhaji. وَمَن كَفَرَ(Barangsiapa mengingkari) Ibnu Abbas berkata: yakni barangsiapa yang kafir terhadap kewajiban haji dan tidak memandang bahwa haji adalah sebuah kebajikan dan meninggalkannya merupakan sebuah dosa. Dan pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah barangsiapa yang kafir terhadap tanda-tanda yang jelas yang ada dalam ayat yang menyebutkan keutamaan-keutamaan Ka’bah. فَإِنَّ اللهَ غَنِىٌّ عَنِ الْعٰلَمِينَ (maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam) Karena Dia Maha Tinggi dan kekuasaan-Nya Maha Suci, Dia-lah Maha kaya yang mana segala ketaatan hamba-hamba-Nya tidak memberi manfaat sedikitpun untuk-Nya. (Zubdatut Tafsir)
قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Arab-Latin: qul inna ṣalātī wa nusukī wa maḥyāya wa mamātī lillāhi rabbil-'ālamīn
Artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Katakanlah (wahai rasul) kepada kaum musyrikin, ”sesungguhnya shalatku dan ‘nusuk’ ku, maksudnya sembelihanku, hanya bagi Allah semata, bukan untuk berhala-berhala, juga bukan untuk orang-orang mati dan jin, dan bukan selain itu semua dari yang kalian menyembelih sembelihan untuk selain Allah, dan bukan dengan nama selain Allah sebagaimana yang kalian lakukan. Dan hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam. (Tafsir al-Muyassar)
Katakanlah -wahai Rasul-, “Sesungguhnya salatku, sembelihan yang aku persembahkan untuk Allah dan dengan menyebut nama Allah bukan nama yang lain, serta hidup dan matiku, semuanya untuk Allah, satu-satunya Tuhan yang menguasai segenap makhluk, tidak ada Tuhan lain yang memiliki bagian di dalamnya. (Tafsir al-Mukhtashar)
162 Katakanlah wahai Rasul: sesungguhnya sembahyangku beserta segala macamnya, ibadatku dan taqarrubku, hidupku dan berbagai kebaikan dan ketaatan di dalamnya, juga beserta matiku dalam keimanan dan amal saleh, semua itu adalah murni hanya untuk Allah Tuhan semesta alam dan Tuhan para jin dan manusia (Tafsir al-Wajiz)
162 قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى (Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku) Kata (النسك) adalah bentuk jamak dari kata (النسيكة) yang berarti sembelihan. Dan pendapat lain mengatakan maknanya adalah ibadah. وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى (hidupku dan matiku) Yakni amal-amal kebaikan yang aku kerjakan dalam hidupku. Adapun yang termasuk dari amal kebaikan setelah kematian seperti berwasiat untuk bersedekah dan melakukan berbagai kebaikan yang mendekatkan kepada Allah. Dan pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah kehidupan dan kematian itu sendiri. لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِينَ (hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam) Yakni ikhlas hanya untuk-Nya. (Zubdatut Tafsir)
قَالَ يَٰقَوْمِ لَيْسَ بِى ضَلَٰلَةٌ وَلَٰكِنِّى رَسُولٌ مِّن رَّبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Arab-Latin: qāla yā qaumi laisa bī ḍalālatuw wa lākinnī rasụlum mir rabbil-'ālamīn
Artinya: Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam".
Nuh berkata, ”wahai kaumku, aku bukan orang sesat dalam satu perkara apapun dari sudut manapun. Akan tetapi, aku adalah seorang utusan dari tuhan alam semesta, tuhanku dan tuhan kalian, serta tuhan seluruh makhluk. (Tafsir al-Muyassar)
Nuh berkata kepada para pemuka kaumnya, “Aku tidak tersesat seperti anggapan kalian. Justru aku sedang mengikuti petunjuk dari Rabbku. Karena aku adalah seorang rasul yang diutus kepada kalian dari Allah, Rabbku, Rabb kalian dan Rabb segenap alam semesta. (Tafsir al-Mukhtashar)
Nuh berkata: “Wahai kaumku, Tidaklah aku menyimpang dari jalan kebenaran, namun aku adalah seorang yang diutus kepada kalian oleh Tuhan semesta alam (jin dan manusia) untuk memberi petunjuk dan membimbing kalian, membawa kebaikan untuk kalian, dan mencegah keburukan menimpa kalian” (Tafsir al-Wajiz)
وَلٰكِنِّى رَسُولٌ مِّن رَّبِّ الْعٰلَمِينَ (sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam) Allah mengutusku kepada kalian untuk mendatangkan kebaikan dan menjauhkan keburukan dari kalian. Nabi Nuh membantah bahwa dirinya berada dalam kesesatan dan menyatakan bahwa ia merupakan rasul. (Zubdatut Tafsir)
قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Arab-Latin: qālū āmannā birabbil-'ālamīn
Artinya: Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam,
Mereka berkata, ”Kami beriman kepada penguasa alam semesta.” (Tafsir al-Muyassar)
Para penyihir berkata, “Kami beriman kepada Rabb yang menciptakan segenap makhluk." (Tafsir al-Mukhtashar)
Mereka berkata: “Kami beriman hanya kepada Allah, tiada sekutu bagiNya, Tuhan manusia dan jin, juga Tuhannya Musa dan Harun” sampai tidak ada satupun yang berpikiran untuk sujud kepada Fir’aun (Tafsir al-Wajiz)
رَبِّ مُوسَىٰ وَهٰرُونَ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا بِرَبِّ الْعٰلَمِينَ (Mereka berkata: “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam (yaitu) Tuhan Musa dan Harun) Mereka berterus terang bahwa mereka beriman kepada Tuhan semesta alam, Tuhan Musa dan Harun agar tidak ada dari pengikut Fir’aun yang beranggapan bahwa sujud itu diperuntukkan bagi Fir’aun. (Zubdatut Tafsir)
وَمَا كَانَ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانُ أَن يُفْتَرَىٰ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ ٱلْكِتَٰبِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِن رَّبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Arab-Latin: wa mā kāna hāżal-qur`ānu ay yuftarā min dụnillāhi wa lākin taṣdīqallażī baina yadaihi wa tafṣīlal-kitābi lā raiba fīhi mir rabbil-'ālamīn
Artinya: Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.
Dan tidaklah ada kemudahan bagi siapapun untuk mendatangkan al-qur’an dari selain Allah. Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang mampu untuk itu dari makhluk. Akan tetapi Alalh menurunkannya untuk membenarkan kitab-kitab yang diturunkanNya sebelumnya kepada para nabiNya, karena sesungguhnya agama Allah itu satu. Dan di dalam al-qur’an ini terdapat penjelasan dan rincian tentang ajaran yang Allah syariatkan bagi umat Muhammad .tidak ada keraguan bahwa sesungguhnya al-qur’an itu diwahyukan dari tuhan semesta alam. (Tafsir al-Muyassar)
Al-Qur`ān ini tidak mungkin bisa dibuat dan disandarkan kepada selain Allah. Karena manusia pasti tidak mampu membuat karya yang sebanding dengan Al-Qur`ān. Akan tetapi Al-Qur`ān ini diturunkan untuk membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum yang masih global (umum) di dalamnya. Jadi tidak ada sedikitpun keraguan bahwa Al-Qur`ān ini diturunkan dari Tuhan yang telah menciptakan segenap makhluk. (Tafsir al-Mukhtashar)
37 Tidaklah mungkin bahwa Al Quran ini suatu kebohongan dan bukan dari Allah; akan tetapi Al Quran itu berfungsi untuk membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya seperti seruan dan shuhuf Nabi Ibrahim, juga kitab samawi seperti Taurat, Zabur, dan Injil. Juga untuk menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. Yang dimaksud dengan Al-Kitab adalah sejenisnya (Tafsir al-Wajiz)
وَمَا كَانَ هٰذَا الْقُرْءَانُ أَن يُفْتَرَىٰ مِن دُونِ اللهِ (Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah) Dan tidak ada yang dapat mendatangkan dengan semisalnya kecuali Allah. وَلٰكِن(akan tetapi) Al-Qur’an ini. تَصْدِيقَ الَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ (membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya) Yakni kitab-kitab yang diturunkan kepada para Nabi sebelumnya, mereka telah diberitahu tentang turunnya al-Qur’an, sehingga al-Qur’an ini sebagai pembenar kabar dari kitab-kitab tersebut. وَتَفْصِيلَ الْكِتٰبِ(dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya) Yakni hukum-hukum yang dijelaskan dalam al-Qu’ran. (Zubdatut Tafsir)
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah beragam penjelasan dari banyak ulama tafsir terkait makna dan arti ayat tentang alam semesta (arab, latin, artinya), semoga membawa manfaat untuk kita bersama. Dukung kemajuan kami dengan memberi backlink menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.