Surat Shad Ayat 2
بَلِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فِى عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ
Arab-Latin: Balillażīna kafarụ fī 'izzatiw wa syiqāq
Artinya: Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Tafsir Berharga Berkaitan Surat Shad Ayat 2
Paragraf di atas merupakan Surat Shad Ayat 2 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada bermacam tafsir berharga dari ayat ini. Ditemukan bermacam penafsiran dari banyak mufassir terkait isi surat Shad ayat 2, di antaranya seperti berikut:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
1-2 (shad) pembicaraan tentang huruf-huruf yang terpisah-pisah (diawal surat seperi ini) telah hadir di awal surat al-baqarah.
Allah swt bersumpah dengan al-qur’an yang berisi tentang peringatan manusia dari apa-apa yang mereka lalaikan. tetapi orang-orang kafir itu justru menyombongkan diri di depan kebenaran dan menyimpang darinya.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
2. Akan tetapi orang-orang kafir itu berada di atas fanatisme berat dan kesombongan sehingga mereka menolak mentauhidkan Allah dan selalu menentang dan memusuhi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
2. بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا۟ فِى عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ (Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit)
Seakan-akan Allah menyatakan bahwa hal ini sama sekali tidak diragukan; yakni orang-orang musyrik yang enggan menerima kebenaran itu sama sekali tidak diragukan, namun mereka dalam keangkuhan dan kesombongan dan keengganan menerima kebenaran.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
2. Bal berfungsi untuk menekankan kalimat awal kepada kalimat sesudahnya. Sesungguhnya orang-orang kafir dalam ketinggian yang menipu, yaitu kesombongan dan permusuhan dan pertikaian yang sengit
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{Akan tetapi orang-orang kafir (berada) dalam kesombongan} meremehkan kebenaran dan sombonh {dan permusuhan} menentang dan melawan Nabi SAW
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
2. Kalau al-Quran seperti itu sifatnya, maka dapat diketahui bahwa kebutuhan manusia kepadanya adalah meresponnya dengan mengimani, membenarkan, dan seruis untuk mengambil pelajaran darinya. Maka Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang mendapatkan petunjuk untuknya, sedangkan orang-orang kafir menolaknya dan menolak menurunkannya, dan mereka selalu bersikap sombong dan memusuhi, sombong, dan menolak untuk beriman kepadanya, congkak dan memusuhinya. Artinya, menentang dan memusuhi dalam menolak, merusaknya dan dalam memperolok-olokkan Nabi yang datang membawanya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 1-3
Adapun penjelasan tntang huruf-huruf hijaiyyah ini telah disebutkan dalam permulaan surah Al-Baqarah dengan keterangan yang tidak perlu diulangi lagi di sini.
Firman Allah SWT: (demi Al-Qur'an yang mempunyai keagungan) yaitu Al-Qur'an yang mengandung peringatan bagi hamba-hambaNya dan manfaat bagi kehidupan mereka di dunia dan di hari kiamat. Adh-Dhahhak berkata tentang firmanNya, ("Dzidz-dzikr") sebagaimana firmanNya: (Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu) (Surah Al-Anbiya’: 10) yaitu peringatan bagi kalian. Demikian juga dikatakan Qatadah dan dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abbas, Sa'id bin Jubair, Ismail bin Abu Khalid, Abu Hushain, dan As-Suddi berkata tentang firmanNya, ("Dzidz-dzikr") bahwa maknanya adalah yang mempunyai kemuliaan yaitu memiliki kedudukan. Tidak ada pertentangan di antara kedua pendapat itu, karena memang sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah kitab yang mulia yang di dalamnya terkandung peringatan, alasan, dan pelajaran.
Para ulama berbeda pendapat tentang jawab dari qasamnya, sebagian dari mereka berkata bahwa itu adalah firman Allah SWT: (Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan rasul-rasul, maka pastilah (bagi mereka) azabKu (14)) (Surah Shad)
Dikatakan bahwa jawab qasamnya adalah firman Allah SWT: (Sesungguhnya yang demikian itu pasti terjadi, (yaitu) pertengkaran penghuni neraka (64)) (Surah Shad) Kedua pendapat ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dan pendapat yang kedua ini jauh dari kebenaran, dan dianggap lemah oleh Ibnu jarir.
Qatadah berkata bahwa jawab qasamnya adalah: (Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit (2)) Pendapat ini dipilih Ibnu Jarir. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan dari sebagian ahli bahasa yang berkata bahwa jawab qasamnya adalah (Shad) yang maknannya benar dan hak (demi Al-Qur'an yang mempunyai keagungan) Dikatakan juga bahwa jawabnya adalah apa yang terkandung di dalam konteks surah secara keseluruhan, hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Firman Allah SWT: (Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit (2)) yaitu sesungguhnya di dalam Al-Our'an ini benar-benar terdapat peringatan bagi orang yang mau menerima peringatan dan menjadi pelajaran bagi orang yang mau menjadikannya sebagai pelajaran, dan sesungguhnya yang tidak mau mengambil manfaat darinya hanyalah orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka selalu berada (di dalam kesombongan) yaitu sombong tidak mau menerimanya, (permusuhan yang sengit) yakni sangat menentang, mengingkari dan memusuhinya. Kemudian Allah SWT menakuti mereka dengan memberitahukan bahwa Dia telah membinasakan para umat berdusta sebelum mereka karena mereka menentang para rasul dan mendustakan kitab-kitab yang diturunkan dari langit. Maka Allah SWT berfirman: (Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan) yaitu, umat-umat yang mendustakan (lalu mereka meminta tolong) yaitu pada saat azab datang menimpa mereka, mereka meminta tolong dan menyeru kepada Allah SWT, tetapi hal itu tidak bermanfaat sedikitpun bagi mereka, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Maka tatkala mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka lari tergesa-gesa darinya (12)) (Surah Al-Anbiya) yaitu melarikan diri (Janganlah kamu lari tergesa-gesa; kembalilah kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediamanmu (yang baik), supaya kamu ditanya (13)) (Surah Al-Anbiya’)
Diriwayatkan dari At-Tamimi, dia berkata,”Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang firmanNya: (lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri) dia berkata yaitu bukan saatnya berseru, bukan pula melarikan diri.
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa maknanya adalah bukan saatnya meminta tolong.
Mujahid berkata tentang firmanNya: (Lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri) yaitu bukan saatnya untuk melarikan diri, bukan pula taubat diperkenankan.
Kata “Laata” adalah “la” nafi, lalu ditambahkan huruf “ta’”, sebagaimana huruf “ta’” ditambahkan pada kata “Tsummata” dan pada “rubba” dan mereka menyebutnya “rubbata”. Huruf ini bukan dari asalnya, dan boleh dilakukan waqaf terhadapnya. Di antara mereka ada yang meriwayatkan dari Mushaf Al-Imam menurut apa yang disebutkan Ibnu Jarir, bahwa huruf “ta” itu menyatu dengan kata “hiina”, maka bentuknya “wa laa tahini manaashin” dan pendapat yang terkenal adalah yang pertama. Kemudian mayoritas ulama membaca nashab pada kata “hiina” yang dan bentuknya adalah “wa laisal hiinu hiina manaashin” (padahal saat itu bukanlah saat untuk melepaskan diri). Di antara mereka ada yang membolehkan menashabkannya dengan dikuatkan dengan syair:
“Engkau teringat akan cinta Laila, padahal bukan saatnya untuk bercinta dan uban telah menjadi pemutus hubungan”
Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri) yaitu saat itu bukanlah saat untuk melarikan diri dan pergi dari azab
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Shad Ayat 2
Sekalipun mengetahui kedudukan Al-Qur'an, tetapi orang-orang yang kafir tetap dalam kesombongan mereka dengan mengingkari wahyu dan menampakkan permusuhan terhadap rasulullah dan ajaran yang di-sampaikannya. Mereka berbuat demikian salah satunya karena mere-ka menialai ajaran nabi mengancam eksistensi agama nenek moyang mereka dan patung sesembahan mereka. 3. Kami telah mengingatkan melalui nabi Muhammad betapa banyak umat sebelum mereka yang telah kami binasakan akibat kesombongan dan keingkaran terhadap utusan Allah, lalu mereka meminta tolong pada saat azab itu datang, padahal waktu itu bukanlah saat yang tepat untuk meminta pertolongan dan mereka tidak bisa lari melepaskan diri dari siksa itu (lihat pula: surah g'fir/40: 84).
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah berbagai penjelasan dari banyak ahli ilmu berkaitan kandungan dan arti surat Shad ayat 2 (arab-latin dan artinya), moga-moga berfaidah bagi kita bersama. Bantulah kemajuan kami dengan memberikan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.