Ayat Tentang Bersyukur

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Arab-Latin: wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna 'ażābī lasyadīd

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

نِّعْمَةً مِّنْ عِندِنَا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِى مَن شَكَرَ

Arab-Latin: ni'matam min 'indinā, każālika najzī man syakar

Artinya: sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur,

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Menarik Tentang Ayat Tentang Bersyukur

Didapatkan beragam penjelasan dari kalangan pakar tafsir mengenai isi ayat tentang bersyukur, antara lain sebagaimana di bawah ini:

Sesungguhnya Kami mengirimkan kepada mereka angin yang kencang yang melempari mereka dengan batu kecuali keluarga Luth, Kami menyelamatkan mereka dari azab di akhir malam, sebagai nikmat Kami kepada mereka, sebagaimana Kami membalas Luth dan keluarganya dan memberi mereka nikmat, Kami juga menyelamatkan mereka dari azab Kami, Kami juga membalas siapa yang beriman kepada Kami dan bersyukur kepada Kami. (Tafsir al-Muyassar)

Kami selamatkan mereka dari siksa sebagai nikmat dari Kami untuk mereka. Sebagaimana balasan yang Kami berikan kepada Nabi Lūṭ, Kami juga membalas orang yang bersyukur atas nikmat-nikmat Allah. (Tafsir al-Mukhtashar)

Kami menolong mereka sebagai wujud pemberian nikmat kami kepada mereka. Itu adalah balasan yang kami berikan atas rasa syukur (mereka) terhadap nikmat Kami dengan beriman dan taat (Tafsir al-Wajiz)

۞ ٱللَّهُ ٱلَّذِى سَخَّرَ لَكُمُ ٱلْبَحْرَ لِتَجْرِىَ ٱلْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِۦ وَلِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Arab-Latin: allāhullażī sakhkhara lakumul-baḥra litajriyal-fulku fīhi bi`amrihī wa litabtagụ min faḍlihī wa la'allakum tasykurụn

Artinya: Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.

Allah-lah Yang menundukkan lautan bagi kalian sehingga kapal-kapal berjalan di atasnya dengan perintahNya, agar kalian bisa mencari karuniaNYa melalui berbagai bentuk perniagaan dan mata pencaharian, dan agar kalian bersukur kepada Tuhan kalian karena Dia telah menundukkan hal itu untuk kalian, maka sembahlah Dia semata dan taatilah Dia dalam apa yang Dia perintahkan dan apa yang Dia larang. (Tafsir al-Muyassar)

Hanya Allah sendiri yang menundukkan lautan untuk kalian -wahai manusia- agar kapal-kapal bisa berjalan di atasnya dengan perintah-Nya, agar kalian mencari anugerah Allah dengan berbagai pekerjaan yang diperbolehkan dan agar kalian mensyukuri nikmat Allah atas kalian. (Tafsir al-Mukhtashar)

Allah lah yang menundukkan lautan sehingga perahu bisa melaluinya dengan perahu, agar perahu bisa berlayar dengan izin Nya, menghinakannya, dan dengan izin Allah, mereka berniaga, berburu dan menyelam, dan agar mereka bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat dari Allah melalui lautan (Tafsir al-Wajiz)

اللهُ الَّذِى سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ (Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu) Yakni Allah menjadikan lautan itu dapat kalian mengarunginya, yaitu dengan menaiki kapal yang Allah ajarkan kalian dalam pembuatannya. لِتَجْرِىَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِۦ(supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya) Yakni dengan izin Allah dan kemampuan yang Dia berikan kepada kalian. وَلِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦ(dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya) Dengan perdagangan, mengambil mutiara di dasar laut, berburu ikan, dan lain sebagainya. وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(dan mudah-mudahan kamu bersyukur) Yakni bersyukur atas nikmat yang kalian dapatkan karena penundukan lautan bagi kalian. (Zubdatut Tafsir)

قَالَ ٱلَّذِى عِندَهُۥ عِلْمٌ مِّنَ ٱلْكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّ كَرِيمٌ

Arab-Latin: qālallażī 'indahụ 'ilmum minal-kitābi ana ātīka bihī qabla ay yartadda ilaika ṭarfuk, fa lammā ra`āhu mustaqirran 'indahụ qāla hāżā min faḍli rabbī, liyabluwanī a asykuru am akfur, wa man syakara fa innamā yasykuru linafsih, wa mang kafara fa inna rabbī ganiyyung karīm

Artinya: Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

Orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kedipan dua pelupuk matamu ketika bergerak untuk melihat sesuatu.” Maka Sulaiman mengizinkannya. Lalu orang itu berdoa kepada Allah, dan ia pun berhasil membawa singgasana itu. Ketika Sulaiman melihat singgasana itu tiba di depannya dan berada di sisinya, ia berkata, “Ini adalah diantara karunia Tuhanku yang telah menciptakanku dan menciptakan seluruh alam ini, guna mengujiku, apakah aku akan besyukur dengan kejadian itu sebagai pengakuan atas nikmat-nikmat Allah kepadaku ataukah aku akan mengkufuri nikmat dengan tidak bersyukur? Barangsiapa bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmatNya, sesungguhnya manfaat bersyukur itu kembali padanya, dan barangsiapa mengingkari nikmat dan tidak bersukur, sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, tidak membutuhkan rasa syukurnya, juga Mahamulia yang kebaikannya merata meliputi orang yang bersyukur dan orang yang ingkar nikmat di dunia, kemudian Dia akan memperhitungkan amal perbuatan mereka dan memberikan balasan bagi mereka di akhirat.” (Tafsir al-Muyassar)

Seorang saleh lagi alim yang berada di sisi Sulaiman, yang memiliki ilmu dari Al-Kitab, di antaranya ilmu tentang nama Allah teragung yang apabila seseorang bertawassul dengannya niscaya akan dikabulkan, berkata "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip, dengan cara berdoa kepada Allah sehingga Dia-pun akan mendatangkannya". Lalu ia pun berdoa, dan Allah langsung mengabulkan doanya. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasananya telah terletak di hadapannya, ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku yang Maha Suci, untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari akan nikmat-Nya?. Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka manfaat dan kebaikan bersyukur tersebut akan kembali pada dirinya sendiri, sebab Allah Maha Kaya, dan syukurnya para hamba tidak memberi-Nya manfaat sama sekali, sebaliknya barangsiapa yang mengingkari nikmat Allah dan tidak mensyukurinya, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya dan tidak memerlukan sikap syukurnya, lagi Maha Mulia yang mana di antara kemuliaan-Nya adalah tetap memberikan karunia terhadap orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya". (Tafsir al-Mukhtashar)

Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari nikmat-Nya. Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia. Tidak butuh atas rasa syukurnya. Sikap ini adalah pembelajaran agung untuk senantiasa bersyukur atas nikmat Allah (Tafsir al-Wajiz)

قَالَ الَّذِى عِندَهُۥ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتٰبِ (Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab) Mayoritas ahli tafsir berpendapat bahwa nama orang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab adalah Ashif bin Barkhiya, orang dari kalangan Bani Israil, ia adalah seorang Menteri Nabi Sulaiman. Pendapat lain mengatakan bahwa ia adalah Nabi Sulaiman itu sendiri, seakan-akan Nabi Sulaiman menganggap apa yang akan dilakukan Ifrit terlalu lambat, sehingga ia meremehkan kemampuannya dengan mengatakan: “aku dapat mendatangkan itu untukmu sebelum kamu mengedipkan mata.” Yang dimaksud dengan (الطرف) adalah adalah mengedipkan kelopak mata dan membukanya kembali untuk melihat. Dan yang dimaksud dengan mengedipkan mata adalah mengatupkan kelopak mata. Istilah ini sama saja ketika sesorang mengatakan kepada temannya “lakukanlah itu sekarang juga.” فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُۥ (Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya) Maka Sulaiman mengizinkannya untuk mendatangkan singgasana itu, lalu ia berdoa kepada Allah sehingga ia dapat mendatangkan sunggasana tersebut. Ketika Sulaiman telihat singgasana itu telah ada di hadapannya ia berkata: قَالَ هٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ قَالَ هٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ( iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)) Yakni untuk mengujiku apakah aku akan bersyukur kepada Allah atas kenikmatan ini dan mengakui bahwa itu merupakan karunia dari-Nya, atau aku akan mengingkarinya dengan tidak bersyukur kepada-Nya sama sekali. (Zubdatut Tafsir)

وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ

Arab-Latin: wa taj'alụna rizqakum annakum tukażżibụn

Artinya: kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah.

Dan kalian menjadikan syukur kalian atas nikmat-nikmat Allah kepada kalian dengan mendustakannya dan kafir kepadanya?. Ini merupakan pengingkaran terhadap siapa yang meremehkan al-Quran dan tidak mempedulikan seruannya. (Tafsir al-Muyassar)

Dan kalian membalas syukur kepada Allah atas kenikmatan yang telah Allah rezekikan kepada kalian dengan kedustaan kalian terhadap-Nya, seperti kalian menisbahkan turunnya hujan kepada bintang tertentu dengan ucapan kalian, “Hujan diturunkan kepada kami karena bintang ini dan karena bintang itu.” (Tafsir al-Mukhtashar)

Justru kalian menjadikan nikmat rizki hujan dari Allah untuk mendustakan Alquran. Kalian berkata: Bukankah kami mendapat hujan ini dari ini dan itu, dari jatuhnya bintang dari barat bersama terbitnya fajar, dan juga terbenamnya? (Tafsir al-Wajiz)

وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ (kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah) Yakni mengganti rasa syukur kepada nikmat Allah dengan keingkaran terhadapnya. (Zubdatut Tafsir)

وَمِن رَّحْمَتِهِۦ جَعَلَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا۟ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Arab-Latin: wa mir raḥmatihī ja'ala lakumul-laila wan-nahāra litaskunụ fīhi wa litabtagụ min faḍlihī wa la'allakum tasykurụn

Artinya: Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.

Dan di antara bentuk rahmatNya kepada kalian (wahai sekalian manusia) Dia menjadikan malam dan siang dan membedakan antara keduanya. Malam Dia jadikan gelap agar kalian mendapatkan ketenangan padanya dan tubuh-tubuh kalian dapat beristirahat. Dan Dia menjadikan siang bercahaya bagi kalian supaya kalian dapat mencari penghidupan kalian padanya dan agar kalian bersyukur kepada Allah atas limpahan nikmatNya tersebut pada kalian. (Tafsir al-Muyassar)

Di antara kasih sayang-Nya bahwa Dia -Subḥānahu- menjadikan untuk kalian malam yang gelap untuk beristirahat setelah kalian merasa letih karena kerja di siang hari, dan menjadikan siang yang terang agar kalian bisa berusaha untuk mencari rezeki pada waktu itu dan agar kalian mensyukuri nikmat Allah atas kalian dan tidak mengkufurinya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Dan di antara rahmat Allah SWT kepada manusia yaitu menjadikan malam dan siang bergantian supaya kalian bisa berlindung dan beristirahat dari lelah di malam hari dan mencari rejeki dari keutamaan Allah dengan berbagai usaha di siang hari serta supaya kalian bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan. (Tafsir al-Wajiz)

وَمِن رَّحْمَتِهِۦ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا۟ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦ (Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya) Yakni Allah menciptakan bagi kalian dua makhluk yang agung ini yaitu siang dan malam, agar kalian dapat berusaha dan bekerja serta dapat beristirahat dan mencari ketenangan, dengan begitu kehidupan kalian dapat berjalan dengan baik. (Zubdatut Tafsir)

وَٱذْكُرُوٓا۟ إِذْ أَنتُمْ قَلِيلٌ مُّسْتَضْعَفُونَ فِى ٱلْأَرْضِ تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ ٱلنَّاسُ فَـَٔاوَىٰكُمْ وَأَيَّدَكُم بِنَصْرِهِۦ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Arab-Latin: ważkurū iż antum qalīlum mustaḍ'afụna fil-arḍi takhāfụna ay yatakhaṭṭafakumun-nāsu fa āwākum wa ayyadakum binaṣrihī wa razaqakum minaṭ-ṭayyibāti la'allakum tasykurụn

Artinya: Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.

Dan ingatlah oleh kalian wahai kaum Mukminin, nikmat-nikmat Allah pada kalian, tatkala kalian masih berada di Makkah berjumlah sedikit lagi tertindas. kalian takut orang-orang kafir menyiksa kalian dengan tiba-tiba, kemudian Dia menjadikan bagi kalian tempat menetap bagi kalian untuk ditinggali, yaitu Madinah, dan menguatkan kalian dengan pertolonganNya melawan mereka pada perang badar, dan memberikan makanan kepada kalian yang halal (secara umum berupa ghanimah), supaya kalian bersyukur kepadaNya atas rizki dan kenikmatan yang dilimpahkanNya pada kalian. (Tafsir al-Muyassar)

Dan ingatlah (wahai orang-orang mukmin) ketika kalian berada di Makkah berjumlah sedikit, ditindas dan ditekan oleh para penduduknya. Kalian takut diculik oleh musuh-musuh kalian dengan cepat. Kemudian Allah menampung kalian di tempat penampungan kalian, yaitu kota Madinah. Dia memperkuat kalian dengan pertolongan untuk mengalahkan musuh-musuh kalian di beberapa medan perang, termasuk dalam perang Badar. Dia memberikan rezeki yang baik kepada kalian. Salah satunya ialah ganimah (harta rampasan perang) yang kalian dapatkan dari musuh-musuh kalian. Hal itu supaya kalian bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diberikan oleh-Nya sehingga Dia berkenan menambahnya. Dan jangan sampai kalian mengingkari nikmat-nikmat-Nya karena Dia bisa mencabutnya dari kalian dan menimpakan azab kepada kalian. (Tafsir al-Mukhtashar)

26 Dan ingatlah hai para muhajirin ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi Mekah, kamu takut bahwa orang-orang kafir Makkah akan menculik kamu, atau lainnya. Lalu kamu takut mereka membunuh atau menyiksamu. Lalu Allah menjadikan bagimu kota Madinah untuk berlindung, serta pertolongan di medan peperangan Badar. Lalu mepertemulkanmu dengan kaum Anshor dan memberi kamu rezeki dari yang baik-baik berupa ghanaim agar kamu bersyukur atas nikmat anugerah Allah ini. Imam Thabbrani meriwayatkan dari Qatadah sesuatu yang menunjukkan bahwa ayat ini turun di tanah Arab ketika mereka sedang terhina. Persi dan Rum tengah menguasai mereka. Kemudian Allah memuliakan mereka dengan Islam dan keluasan wilayah negara, itu yang mewajibkan bersyukur atas anugerah Allah. (Tafsir al-Wajiz)

وَاذْكُرُوٓا۟ إِذْ أَنتُمْ قَلِيلٌ (Dan ingatlah ketika kamu masih berjumlah sedikit) Kalimat ini ditujukan kepada kaum muhajirin. Pendapat lain mengatakan ditujukan kepada orang-orang arab. مُّسْتَضْعَفُونَ فِى الْأَرْضِ(lagi tertindas di muka bumi) Yakni di negeri Makkah. تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ(kamu takut orang-orang akan menculik kamu) Makna (الخطف) yakni penculikan. Dan orang-orang tersebut adalah para kafir Quraisy, namun pendapat lain mengatakan yakni orang-orang Persia dan romawi. فَـَٔاوَىٰكُمْ (maka Allah memberi kamu tempat menetap) Yakni Allah mengumpulkan kalian di kota Madinah. Atau Allah mengumpulkan kalian dengan kaum Anshar. وَأَيَّدَكُم بِنَصْرِهِۦ (dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya) Yakni menguatkan kalian dengan pertolongan di berbagai peperangan diantaranya adalah di perang Badar. وَرَزَقَكُم مِّنَ الطَّيِّبٰتِ(dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik) Dan diantaranya adalah harta ghanimah. لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(agar kamu bersyukur) Yakni mensyukuri nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan kepada kalian. (Zubdatut Tafsir)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُلُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقْنَٰكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Arab-Latin: yā ayyuhallażīna āmanụ kulụ min ṭayyibāti mā razaqnākum wasykurụ lillāhi ing kuntum iyyāhu ta'budụn

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.

Wahai orang-orang yang beriman Makanlah dari makanan-makanan yang lezat lagi halal yang telah kami rizkikan kepada kalian, dan janganlah kalian berbuat seperti orang-orang kafir yang mengharamkan makanan yang baik-baik dan menghalalkan makanan makanan yang menjijikan. Dan  bersyukurlah kepada Allah atas nikmat-nikmatnya yang agung yang diberikan kepada kalian dengan hati, lisan dan anggota tubuh kalian, jika kalian memang orang-orang yang betul-betul tunduk kepada perintah Nya, mendengar lagi taat kepada Nya, beribadah kepada Nya saja tanpa menyekutukan sesuatu apapun dengan Nya. (Tafsir al-Muyassar)

Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya, makanlah dari rezeki yang Allah berikan kepada kalian dan Dia perbolehkan untuk kalian. Dan bersyukurlah kepada Allah secara lahir dan batin atas semua karunia yang Dia berikan kepada kalian. Salah satu bentuk syukur kepada-Nya ialah melakukan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi maksiat terhadap-Nya. Ini jika kalian benar-benar mengabdi kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. (Tafsir al-Mukhtashar)

Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari sesuatu yang halal dan kebaikan yang melimpah. Dan janganlah kalian mengharamkan sedikitpun sesuatu yang tidak diharamkan oleh Allah, dan bersyukurlah kepada Allah atas nikmat dan kebaikan yang dilimpahkan olehNya atas kalian, jika kalian benar-benar menyembah hanya kepadaNya, dan beribadah khusus kepadaNya. Maka makanlah sesuatu yang baik, dan janganlah mengharamkan sesuatu yang tidak haram. (Tafsir al-Wajiz)

كُلُوا۟ مِن طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ(makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu) Thoyyib yakni makanan yang halal dan nikmat, maka makanlah itu dan jangan kalian haramkan sesuatu yang tidak diharamkan Allah, dan jangan pula melarang untuk memakan makanan yang oleh ahli jahiliyyah dan yang lainnya mereka haramkan atas kehendak mereka sendiri. إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah) Yakni jika kalian mengkhususkan ibadah hanya untuknya maka makanlah dari hal-hal yang baik, dan jangan kalian hiraukan apa yang diharamkan oleh selain Allah. (Zubdatut Tafsir)

وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

Arab-Latin: wa huwallażī ja'alal-laila wan-nahāra khilfatal liman arāda ay yażżakkara au arāda syukụrā

Artinya: Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.

Dan Dia-lah yang menjadikan malam dan siang saling silih berganti, salah satunya menggantikan yang lain bagi orang yang mau mengambil pelajaran dengan apa yang terjadi di dalamnya karena dorongan keimanan kepada Dzat Yang Mengatur lagi Menciptakan, atau orang yang hendak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat dan karunia-karuniaNya. (Tafsir al-Muyassar)

Dan Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti, masing-masing datang dan pergi; bagi orang yang ingin mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah agar ia mendapat petunjuk, atau bagi orang yang ingin bersyukur atas nikmat-nikmat Allah. (Tafsir al-Mukhtashar)

Allah SWT adalah Dzat yang menciptakan malam dan siang saling bergantian. Keduanya saling menggantikaan satu sama lain dan datang setelahnya. Keduanya saling bergantian dalam memberikan cahaya dan kegelapan, serta kelebihan dan kekurangan bagi orang yang mau mengingat. Dan salah satu yang harus direnungkan yaitu bahwa dalam pergantian keduanya itu ada Dzat yang membawa dan menggantinya bagi orang yang mau mensyukuri nikmat Tuhannya yang diberikan pada malam dan siang hari sebagai nikmat yang agung. (Tafsir al-Wajiz)

وَهُوَ الَّذِى جَعَلَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً (Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti) Yakni salah satunya mengganti yang lain, kemudian ia akan pergi kembali dan datang yang sebelumnya, saling silih berganti antara cahaya dan gelap, berubah-ubah panjang pendeknya, dan panas dan dinginnya. لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ(bagi orang yang ingin mengambil pelajaran) Maknanya adalah seorang yang mengambil pelajaran apabila melihat pergantian siang dan malam akan mengetahui bahwa pasti ada yang Dzat menjalankan pergantian itu. أَوْ أَرَادَ شُكُورًا(atau orang yang ingin bersyukur) Yakni hendak bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang besar dan rahmat yang banyak yang terkandung pada siang dan malam. (Zubdatut Tafsir)

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ

Arab-Latin: wa laqad ātainā luqmānal-ḥikmata anisykur lillāh, wa may yasykur fa innamā yasykuru linafsih, wa mang kafara fa innallāha ganiyyun ḥamīd

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

Dan Kami telah memberikan hikmah kepada hamba Kami yang shalih, yaitu Luqman. Hikmah yaitu pemahaman dalam agama, akal dan kebenaran dalam berkata. Kami katakan kepadanya, “Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat-nikmatNya kepadamu, dan barangsiapa bersyukur kepada Tuhannya, manfaatnya kembali kepada dirinya sendiri, sebaliknya barangsiapa mengingkari nikmat-nikmaNya, sesungguhnya Allah Mahakaya dari syukurnya, tidak memerlukannya. BagiNya segala puji dan sanjungan baik dalam keadaan apa pun.” (Tafsir al-Muyassar)

Dan Kami telah memberi Lukman pemahaman di dalam agama dan kebenaran di berbagai urusan, dan Kami katakan kepadanya, “Bersyukurlah kepada Rabbmu -wahai Lukman- atas apa yang dikaruniakan kepadamu berupa taufik untuk menaati-Nya. Barangsiapa bersyukur kepada Rabbnya, sesungguhnya syukurnya itu kembali kepada dirinya sendiri, dan Allah tidak butuh terhadap syukurnya. Dan barangsiapa mengingkari nikmat Allah padanya, sesungguhnya kerugian pengingkarannya itu kembali kepada dirinya, dan Allah sama sekali tidak di rugikan dengan pengingkarannya terhadap nikmat yang diberikan kepadanya. Sesungguhnya Allah tidak butuh terhadap seluruh makhluk-Nya dan Dia Maha Terpuji dalam segala urusan.” (Tafsir al-Mukhtashar)

Kami benar-benar telah menganugerahkan hikmah kepada Luqman, yaitu ilmu dan pemahaman agama. Hikmah itu adalah kumpulan berbagai keutamaan yang bisa menjadikan pemiliknya akan menempatkan segala sesuatu pada tempat dan kadarnya. Menurut banyak orang, Luqman bukanlah seorang Nabi, namun orang bijak. Hikmah itu berisi untuk bersyukur kepada Allah, atau Kami ilhamkan kepada Luqman untuk bersyukur, karena syukur merupakan perintah. Syukur adalah memuji Allah dengan pujian-pujian dan melakukan ketaatan atas perintah-Nya. Juga menggunakan anggota badan untuk kebaikan. Barang siapa bersyukur, sesungguhnya syukur itu akan kembali pada dirinya sendiri. Karena dengan bersyukur, nikmat yang telah teranugerahkan itu menjadi kekal dan bertambah. Namun barang siapa tidak mensyukuri nikmat dan anugerah Allah maka Allah sungguh Maha Tidak Butuh atas syukur dari hamba-Nya yang ingkar itu. Allah adalah Dzat Yang Paling Berhak dipuji para ciptaan-Nya (Tafsir al-Wajiz)

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ (Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman) Mayoritas ulama mengatakan bahwa Luqman bukanlah seorang Nabi. Dan hikmah yang diberikan Allah baginya adalah berupa pemahaman, kecerdasan, dan ucapan yang lurus. أَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۚ( yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah) Maka Luqman bersyukur kepada Allah; dan ia diberikan hikmah (kebijaksanaan) karena rasa syukurnya. وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ( Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri) Sebab manfaatnya kembali kepada dirinya sendiri, karena dengan bersyukur, nikmat itu akan tetap mengalir dan terus bertambah. (Zubdatut Tafsir)

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah aneka ragam penjelasan dari para mufassir terhadap kandungan dan arti ayat tentang bersyukur (arab, latin, artinya), semoga bermanfaat bagi ummat. Dukunglah kemajuan kami dengan mencantumkan hyperlink ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Bacaan Cukup Sering Dicari

Kami memiliki ratusan topik yang cukup sering dicari, seperti surat/ayat: Luqman 13-14, Yunus 41, Al-A’raf, Al-Baqarah 284-286, Assalaamualaikum, Al-Fatihah 1. Juga Al-Baqarah 216, Al-Fatihah 7, Yasin 40, Al-Fatihah 2, Ali ‘Imran 104, Ali ‘Imran 191.

  1. Luqman 13-14
  2. Yunus 41
  3. Al-A’raf
  4. Al-Baqarah 284-286
  5. Assalaamualaikum
  6. Al-Fatihah 1
  7. Al-Baqarah 216
  8. Al-Fatihah 7
  9. Yasin 40
  10. Al-Fatihah 2
  11. Ali ‘Imran 104
  12. Ali ‘Imran 191

Pencarian: surat yunus ayat 81-82, al-luqman ayat 13, al ashr ayat 2, arti surah al baqarah ayat 83, surat ali imran ayat 133-134

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.