Ayat Asmaul Husna
هُوَ ٱللَّهُ ٱلْخَٰلِقُ ٱلْبَارِئُ ٱلْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
Arab-Latin: huwallāhul-khāliqul-bāri`ul-muṣawwiru lahul-asmā`ul-ḥusnā, yusabbiḥu lahụ mā fis-samāwāti wal-arḍ, wa huwal-'azīzul-ḥakīm
Artinya: Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Arab-Latin: wa lillāhil-asmā`ul-ḥusnā fad'ụhu bihā wa żarullażīna yul-ḥidụna fī asmā`ih, sayujzauna mā kānụ ya'malụn
Artinya: Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Tentang Ayat Asmaul Husna
Diketemukan bermacam penjabaran dari beragam mufassir mengenai kandungan ayat asmaul husna, di antaranya sebagaimana tercantum:
Dan Allah memiliki nama-nama yang paling baik yang menunjukan kesempurnaan keagunganNya,dan tiap-tiap namaNya adalah baik. Maka mintalah kepadaNya dengan nama-namaNya, apa yang kalian kehendaki. Dan tinggalakanlah orang-orang yang melakukan perubahan dalam nama-namaNya dengan menambahi atau mengurangi atau menyelewengkannya, seperti dengan cara menamai dengannya sesuatu yang tidak pantas menyandangnya, seperti penamaan kaum musyrikin dengannya terhadap tuhan-tuhan mereka atau diadakan untuknya makna yang tidak dikehendaki Allah dan rasulNya. karenanya,mereka akan diberi balasan atas perbuatan-perbuatan buruk mereka yang mereka lakukaan di dunia, seperti kekafiran kepada Allah dan penyelewengan terhadap nama-namaNya serta mendustakan RasulNya. (Tafsir al-Muyassar)
Dan Allah mempunyai asmā`ul ḥusnā (nama-nama yang terbaik) yang menunjukkan keagungan dan kesempurnaan-Nya. Maka gunakanlah nama-nama itu untuk tawasul kepada Allah dalam meminta sesuatu yang kalian inginkan dan pujilah menggunakan nama-nama terbaik tersebut. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari jalan yang benar dalam memperlakukan nama-nama itu. Yaitu dengan menjadikannya sebagai nama untuk selain Allah, menafikannya dari Allah, menyelewengkan maknanya, atau menyerupakannya dengan selain Allah. Kami akan membalas orang-orang yang menyelewengkan nama-nama itu dari kebenaran dengan azab yang sangat pedih disebabkan apa yang telah mereka perbuat. (Tafsir al-Mukhtashar)
180 Hanya milik Allah lah asmaa-ul husna nama-nama yang baik yang menunjukkan kesempurnaan dan kemuliaan sifat-Nya. Seperti Maha Pengampun, Maha Penyayang, Maha Mengetahui, dan Maha Kuasa, maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu: Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Halim Ya Ghafur dan seterusnya, sebab dengan menggunakan itu lebih besar peluang untuk dikabulkan doanya. Tinggalkanlah orang-orang musyrik yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya. Seperti penyebutan mereka terhadap lafdhul jalalah dengan Ah yang maknanya mereka rubah dengan penyamaan terhadap makhluk. Juga dengan menyanggah kesempurnaan mutlak dari sifat Allah dengan menafsiri Kemahatahuan, Kemahamendengaran, dan Kemahamelihatan-Nya dengan sifat makhluk. Juga dengan merubah sifat/nama-nama Tuhan. Sebagaimana mereka dari nama Al aziz memeberikan nama uza, Al Manan dirubah dengan munah, atau dengan menambah maupun mengurangi. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Ayat ini turun untuk seorang laki-laki muslim yang berdoa dalam shalatnya: Ya Rahman, Ya Rahim. Kemudian orang-orang musyrik berkata: Muhammad dan para sahabatnya mengklaim bahwa mereka hanya menyembah satu tuhan, lalu bagaimana dengan perkataan pemuda itu yang menyebut dua tuhan? Maka turunlah ayat ini. (Tafsir al-Wajiz)
وَلِلّٰهِ الْأَسْمَآءُ الْحُسْنَىٰ (Hanya milik Allah asmaa-ul husna) Yakni Allah memiliki nama-nama yang paling baik untuk menunjukkan kebaikan dan kemuliaan Pemilik nama, seperti Maha Menyayangi, Maha berkuasa, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, Maha Perkasa, dan lain sebagainya. فَادْعُوهُ بِهَا ۖ (maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu) Dengan menyebut Ya Rahman, Ya Haliim, Ya ‘Aliim. Kerena Dia jika disebut dengan nama-nama baik-Nya dalam do’a maka itu menjadi salah satu sebab terkabulnya doa. وَذَرُوا۟ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمٰٓئِهِۦ ۚ (dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya) Yakni dengan mengubah lafadznya atau maknanya. Penyimpangan dalam penyebutan nama-nama Allah terjadi dalam tiga bentuk: 1. Dengan merubahnya sebagaimana yang dilakukan orang-orang musyrik, mereka mengambil nama al-Laata (nama berhala mereka) dari kata Allah, nama al-Uzza dari kata al-Aziz, nama al-Manah dari kata al-Mannan. 2. Dengan menambah nama-nama yang ada, yaitu dengan membuat nama-nama lain sesuai keinginan mereka tanpa dalil dari Allah tentang itu. 3. Dengan mengurangi nama-nama yang ada, yaitu dengan mengingkari sebagian nama yang Dia miliki. Ada pendapat mengatakan bahwa ayat ini diturunkan untuk seseorang dari kaum muslimin yang berdoa dalam shalatnya Yaa Rahman Ya Rahim. Lalu seseorang dari orang-orang musyrik berkata: bukankah Muhammad dan para sahabatnya mengaku bahwa mereka menyembah satu tuhan? Lalu mengapa orang ini berdoa kepada dua tuhan? Abu Hurairah berkata: Rasulullah besabda: “sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, yakni 100 kurang satu. Barangsiapa yang menyebutkannya niscaya ia akan masuk surga. Dia itu bilangannya ganjil dan menyukai bilangan ganjil.” (Zubdatut Tafsir)
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ
Arab-Latin: allāhu lā ilāha illā huw, lahul-asmā`ul-ḥusnā
Artinya: Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik),
Allah, Dia-lah yang tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Dia. bagiNya Nama-nama yang sempurna dalam keindahannya. (Tafsir al-Muyassar)
Dia lah Allah, tiada tuhan yang berhak disembah selain-Nya, Dia sendirilah yang memiliki kesempurnaan nama yang paling indah. (Tafsir al-Mukhtashar)
Dialah Allah yang Maha Esa, Tiada Tuhan yang layak disembah selain Dia. MilikNya itu sebagik-baik nama yang menunjukkan pada kesempurnaan yang jumlahnya 99. Hal itu dikuatkan oleh hadits shahih. (Tafsir al-Wajiz)
لَهُ الْأَسْمَآءُ الْحُسْنَىٰ (Dia mempunyai al asmaaul husna) Yakni nama-nama terbaik yang menunjukkan segala kesempurnaan dan keagungan yang berjumlah 99 nama yang disebutkan dalam hadits shahih. Penjelasan tentang asma’ul husna telah disebutkan dalam surat al-A’raf: 180. (Zubdatut Tafsir)
فَسَبِّحْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلْعَظِيمِ
Arab-Latin: fa sabbiḥ bismi rabbikal-'aẓīm
Artinya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar.
Maka sucikanlah (wahai nabi) Tuhanmu Yang maha agung yang nama-nama dan sifat-sifatNya sempurna, serta kebaikan dan keberkahanNya banyak. (Tafsir al-Muyassar)
Maka sucikanlah -wahai Rasul- Rabbmu Yang Mahaagung dari hal-hal yang tidak semestinya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Maka bertasbihlah kamu kepada Allah, atas dzat dan sifat-sifat-Nya yang agung, dari apa saja yang tidak patut atas Allah (Tafsir al-Wajiz)
إِن تُبْدُوا۟ خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا۟ عَن سُوٓءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا
Arab-Latin: in tubdụ khairan au tukhfụhu au ta'fụ 'an sū`in fa innallāha kāna 'afuwwang qadīrā
Artinya: Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.
Allah mengajak untuk memberikan maaf dan mengawali ajakan itu dengan menyebut bahwa seorang Mukmin kadang menampakkan kebaikannya atau menyembunyikannya. Begitu pula sikapnya terhadap perbuatan yang buruk, dia kadang memperlihatkannya ketika meminta keadlian dari pelaku keburukan,atau memberi maaf dan berlapang dada. Dan memberikan maaf itu lebih baik. Sesungguhnya diantara sifat Allah adalah pemaaf terhadap hamba-hambaNya, meskipun Dia Mahakuasa untuk menyiksa mereka. (Tafsir al-Muyassar)
Apabila kalian memperlihatkan ucapan atau tindakan yang baik, atau menutupinya, atau memaafkan orang yang berbuat jahat kepada kalian, sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Mahakuasa. Maka hendaklah sifat pemaaf itu menjadi bagian dari akhlak kalian, semoga Allah memaafkan kesalahan kalian. (Tafsir al-Mukhtashar)
149 Jika kamu wahai orang-orang mukmin menyatakan suatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan suatu kesalahan dadri orang lain, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf bagi para hamba-Nya yang melakukan dosa, lagi Maha Kuasa untuk memberi balasan atas perbuatan mereka, maka dari itu berpegang teguhlah dalam jalan Allah dengan memberi maaf atas apa yang ditakdirkan (Tafsir al-Wajiz)
أَوْ تَعْفُوا۟ عَن سُوٓءٍ (atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain)) Yakni kesalahan yang ditimpakan kepada kalian. فَإِنَّ اللهَ كَانَ عَفُوًّا(maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf) Yakni pemaaf hamba-hamba-Nya. قَدِيرًا (lagi Maha Kuasa) Berkuasa untuk membalas perbuatan mereka, maka teladanilah Allah yang memaafkan meski ia mampu untuk membalas. Dalam hadist Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “jika terdapat dua orang yang saling mencaci maka dosanya atas orang yang memulai diantara keduanya selama yang dizalimi tidak membalas melebihi batas”. Dan orang yang menuntut haknya secara sempurna adalah sebuah kebaikan namun apabila ia memaafkan dan merelakan maka itu lebih utama, akan tetapi ini berlaku bagi orang yang mampu menuntut haknya namun ia merelakannya karena Allah, adapun orang yang merelakan karena memang ia tidak mampu untuk menuntut maka kerelaannya ini tidak berarti. (Zubdatut Tafsir)
لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُۥ خَٰشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ ٱللَّهِ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَمْثَٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Arab-Latin: lau anzalnā hāżal-qur`āna 'alā jabalil lara`aitahụ khāsyi'am mutaṣaddi'am min khasy-yatillāh, wa tilkal-amṡālu naḍribuhā lin-nāsi la'allahum yatafakkarụn
Artinya: Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Seandainya Kami menurunkan al-Quran ini kepada sebuah gunung dari gunung-gunung yang ada, lalu ia mengerti ancaman dan janji di dalamnya, niscaya kamu melihat gunung itu dengan kekuatan dan kekerasannya tunduk, merendah dan terbelah karena takut kepada Allah. perumpamaaan itu Kami buat dan jelaskan kepada manusia agar mereka memikirkan Kuasa Allah dan keagunganNya. Ayat ini mengandung dorongan untuk merenungkan al-Quran, memahami makna-maknanya, dan mengamalkannya. (Tafsir al-Muyassar)
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur`ān ini di atas gunung niscaya engkau akan melihat -wahai Rasul- gunung itu meski sangat keras menjadi tunduk dan hancur karena sangat ketakutan kepada Allah. Karena di dalam Al-Qur`ān itu terdapat nasihat-nasihat yang menakutkan dan ancaman yang keras. Permisalan ini Kami berikan kepada manusia agar mereka menggunakan akalnya, sehingga bisa mengambil pelajaran dari nasihat-nasihat dan pelajaran-pelajaran yang ada di dalam ayat-ayat Al-Qur`ān. (Tafsir al-Mukhtashar)
Maka engkau akan melihat gunung itu tunduk dan hancur sebab takut kepada Allah. Juga sebagai wujud pengagungan dan ketakutan kepada hukuman Allah. Permisalan di dalam Alquran tersebut dimaksudkan kepada manusia agar mereka senantiasa berfikir (koreksi diri), mengambil pelajaran dan bertaubat. Maksudnya adalah bahwa permisalan ini menunjukkan tentang kerasnya hati manusia, mereka meningalkan kekhusuan dalam mendengar dan menyimak ayat Alquran (Tafsir al-Wajiz)
لَوْ أَنزَلْنَا هٰذَا الْقُرْءَانَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُۥ خٰشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللهِ ۚ (Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah) Yakni keagungan, kefasihan, dan kandungan al-Qur’an yang penuh pelajaran yang dapat melembutkan hati, dan jika ia diturunkan kepada salah satu gunung yang kamu lihat meski gunung itu sangat kuat dan keras niscaya akan hancur karena ketakutannya kepada Allah dan siksaa-Nya, dan karena kekhawatirannya tidak dapat menjalankan pengagungan firman Allah yang diwajibkan kepadanya. وَتِلْكَ الْأَمْثٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ(Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir) Yakni dalam hal yang harus mereka fikirkan agar dapat mengambil pelajaran dan menjauhi larangan yang dikandungnya. (Zubdatut Tafsir)
وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَكُمْ خَلَٰٓئِفَ ٱلْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ ٱلْعِقَابِ وَإِنَّهُۥ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌۢ
Arab-Latin: wa huwallażī ja'alakum khalā`ifal-arḍi wa rafa'a ba'ḍakum fauqa ba'ḍin darajātil liyabluwakum fī mā ātākum, inna rabbaka sarī'ul-'iqābi wa innahụ lagafụrur raḥīm
Artinya: Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan Allah lah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di muka bumi yang menggantikan umat manusia sebelum kalian, setelah Allah memusnahkan mereka dan menjadikan kalian pengganti mereka di muka bumi, untuk memamkmurkannya sepeninggal mereka dengan ketaatan kepada tuhan kalian, dan Dia meninggikan sebagian dari kalian dalam soal rizki dan kekuatan diatas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk menguji kalian terkait karunia-karunia yang diberikan kepada kalian, sehingga akan tampak dalam pandangan manusia siapa orang yang bersyukur dan yang tidak. Sesungguhnya tuhanmu amat cepat siksaanNya terhadap orang-orang yang kafir dan bermaksiat kepadaNya. Dan sesungguhnya Dia maha pengampun bagi orang yang beriman kepadaNya dan beramal shalih serta bertaubat dari dosa-dosa besar, lagi maha penyayang terhadapnya. Alghafur dan Arrahim adalah dua nama yang mulia dari nama-nama Allah yang bagus (asmaul husna). (Tafsir al-Muyassar)
Dan Allah-lah yang menjadikan kalian sebagai penerus umat-umat sebelum kalian untuk memakmurkan bumi dan meninggikan derajat sebagian dari kalian dari segi fisik, rezeki, dan lain-lain di atas sebagian yang lain, untuk menguji kalian di dalam karunia yang Dia berikan kepada kalian. Sesungguhnya Rabbmu -wahai Rasul- Mahacepat hukuman-Nya. Segala sesuatu yang akan datang adalah dekat bagi-Nya. Dan Dia Maha Menerima tobat lagi Maha Penyayang bagi hamba-hamba-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)
165 Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa dalam rangka memakmurkan bumi. Kalian menjadi pemimpin atas sebagian kalian dalam bumi. Dia juga meninggikan derajat sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat dalam hal ilmu, harta, pangkat dan lainnya, tidak lain untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya kepada mereka yang durhaka dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun atas dosa-dosa orang yang beriman kepada-Nya, rasul-Nya dan kitab-kitab-Nya lagi Maha Penyayang kepada mereka. (Tafsir al-Wajiz)
وَهُوَ الَّذِى جَعَلَكُمْ خَلٰٓئِفَ الْأَرْضِ(Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi) Yakni menjadikan kalian penguasa-penguasa sebagai pengganti dari penguasa-penguasa umat-umat terdahulu. Kalian mengganti mereka dalam memakmurkan bumi. Pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah bahwa orang-orang tersebut merupakan khalifah Allah di bumi. وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ(dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat) Yakni dalam hal rupa, rezeki, kekuatan, kemuliaan, dan ilmu, Allah menjadikan kalian dalam derajat yang berbeda-beda. لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ (untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu) Yakni untuk menguji kalian dalam hal-hal tersebut yang telah diberikan kepada kalian. إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ (Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya) Dan meskipun siksaan itu berada di akhirat namun ia pasti akan datang, dan setiap yang akan datang itu dekat waktunya. وَإِنَّهُۥ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌۢ (dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) Yakni memiliki ampunan dan rahmat yang banyak bagi orang yang beriman kepada Allah, Rasul-Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya. Serta mengikuti petunjuk yang Dia turunkan. Dalam hal ini Allah memberi penekanan dalam hakikat sifat-Nya ‘pemberi ampun’ dengan penekanan yang lebih daripada penekanan dalam sifat ‘cepat dalam siksa-Nya’, dan hal ini menjelaskan bahwa rahmat Allah lebih besar daripada kemurkaan-Nya. Rasulullah bersabda: “ketika Allah telah selesai menciptakan makhluk-makhluk-Nya, ia menulis dalam kitab yang ada di sisi-Nya diatas ‘arsy: ‘sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku’.” Hadist riwayat Imam Muslim. (Zubdatut Tafsir)
قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ أَوِ ٱدْعُوا۟ ٱلرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا۟ فَلَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَٱبْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا
Arab-Latin: qulid'ullāha awid'ur-raḥmān, ayyam mā tad'ụ fa lahul-asmā`ul-ḥusnā, wa lā taj-har biṣalātika wa lā tukhāfit bihā wabtagi baina żālika sabīlā
Artinya: Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".
Katakanlah (wahai rasul), kepada orang-orang musyrik dari kaummu yang mengingkari engkau berdoa dengan membaca, ”Ya allah, ya rahman” Serulah Allah atau serulah arrahman. dengan namaNya yang mana saja kalian menyeruNya, sesungguhnya kalian telah menyeru tuhan yang satu. Sebab, nama-namaNya itu mahabaik. Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu di dalam shalatmu sehingga kaum musyrikin mendengarmu, dan jangnlah engkau lirihkan sehingga para sahabatmu tidak mendengarmu. Bersikaplah tengah-tengah antara keras dan lirih. (Tafsir al-Muyassar)
Katakanlah wahai Rasul kepada orang-orang yang mengingkari ucapanmu tatkala berdoa "Ya Allah, Ya Rahmān", "Sungguh Allah dan Rahmān merupakan dua nama bagi-Nya, maka serulah Dia dengan salah satunya atau dengan nama-nama-Nya yang lain, karena Dia memiliki nama-nama yang baik, dan dua nama ini diantara nama-nama yang baik tersebut." Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat sehingga orang-orang musyrik mendengar bacaannmu, dan jangan pula merendahkannya sehingga orang-orang beriman tidak mendengar bacaanmu, akan tetapi usahakanlah untuk menempuh jalan tengah di antara keduanya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Wahai Nabi, katakanlah kepada orang musyrik dan para pengingkar Allah pemilik nama Arrahman: "Serulah Allah dengan berkata Wahai Allah Yang Maha Pengasih (Ar-Rahman). Dialah Pemilik dua sifat itu. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asma al husna (nama-nama yang terbaik) yang tertuju pada sifat kemahaluhuran dan kemuliaan-Nya. Jangan kamu lantangkan suaramu dalam shalatmu wahai Nabi sehingga mereka tidak mendengarnya dan jangan pula melirihkannya dan carilah jalan tengah". Orang musyrik mendengar Nabi berdoa: “Ya Allah, Ya Rahman.” Sehingga orang musyrik berkata: “Lihatlah dia, dia melarang kami untuk menyembah dua tuhan namun dia sendiri menyembah dua tuhan. Maka turunlah ayat ini. (Tafsir al-Wajiz)
قُلِ ادْعُوا۟ اللهَ أَوِ ادْعُوا۟ الرَّحْمٰنَ ۖ (Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman) Ibnu Abbas meriwayatkan: suatu hari Rasulullah melaksanakan shalat di Makkah, lalu beliau berkata dalam doanya: “Ya Allah Ya Rahman.” Maka orang-orang musyrik berkata: “lihatlah pada orang yang keluar dari agama nenek moyangnya ini, dia melarang kita untuk menyembah dua tuhan, sedangkan dia sendiri menyembah dua tuhan (yakni Allah dan Rahman).” Maka Allah menurunkan ayat ini, yang maknanya adalah dua nama ini sama-sama dibolehkan dalam penyebutannya dan penggunaannya untuk berdoa. أَيًّا مَّا تَدْعُوا۟ (Dengan nama yang mana saja kamu seru) Yakni nama yang mana saja dari asma’ul husna yang kalian pakai untuk berdoa tidaklah suatu masalah bagi kalian. فَلَهُ الْأَسْمَآءُ الْحُسْنَىٰ ۚ (Dia mempunyai al asmaaul husna) Dan yang dimaksud dengan asma’ul husna (nama-nama yang baik) adalah keesaannya dalam sifat-sifat keagungan dan kemuliaan. وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا(dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya) Yakni dalam bacaan shalatmu. وَابْتَغِ بَيْنَ ذٰلِكَ سَبِيلًا(dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”) Yakni tidak dengan suara yang terlalu keras atau terlalu rendah. Ini adalah hukum bagi orang yang menjalankan shalat sendirian, adapun bagi imam maka ia harus mengeraskannya pada shalat maghrib, dan isya’ pada dua rakaat pertama, dan shalat subuh dan jum’at, hal ini agar makmum yang dibelakangnya dapat mendengar bacaannya. (Zubdatut Tafsir)
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
Arab-Latin: wa laqad żara`nā lijahannama kaṡīram minal-jinni wal-insi lahum qulụbul lā yafqahụna bihā wa lahum a'yunul lā yubṣirụna bihā wa lahum āżānul lā yasma'ụna bihā, ulā`ika kal-an'āmi bal hum aḍall, ulā`ika humul-gāfilụn
Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
dan sungguh Kami telah menciptakan sebagai penghuni neraka (yang Allah menimpakan siksaan di dalamnya bagi orang yang berhak untukk menerima siksaan di akhirat) banyak dari golongan jin dan manusia, mereka memiliki hati yang tidak bisa mereka gunakan untuk berpikir, sehingga mereka tidak pernah berharap pahala dan tidak pernah takut siksaanm dan mereka memiliki mata yang tidak bisa dipakai untuk melihat dengannya kepada ayat-ayat Allah dan dalil-dalilNya, dan mereka memiliki telingan yang tidak bisa dipakai untuk mendengar dengannya ayat-ayat kitab Allah sehingga mereka bertafakur dengannya, mereka itu seperti binatang tidak memahami ucapan yang disampaikan kepadanya, dan tidak memahami apa yang mereka lihat, dan tidak bisa berpikir dengan hatinya tentang kebaikan dan keburukan sehingga mampu untuk membedakan diantara keduanya, bahkan mereka lebih sesat daripada binatang itu, karena sesungguhnya binatang bisa melihat apa yang bermanfaat untuknya dan apa yang berbahaya untuknya dan bisa mengikuti penggembalanya, sedangkan mereka kebalikan dari itu, mereka adalah orang-orang yang lalai dari keimanan kepada Allah dan ketaatan kepadaNya. (Tafsir al-Muyassar)
Dan sungguh Kami telah menciptakan banyak manusia dan jin untuk mengisi Neraka Jahanam. Karena Kami mengetahui bahwa mereka akan melakukan apa yang dilakukan oleh para penghuni Neraka. Mereka mempunyai hati tetapi tidak mau menggunakannya untuk memahami apa yang bermanfaat dan apa yang berbahaya bagi mereka. Mereka mempunyai mata tetapi mereka tidak mau menggunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di di dalam diri mereka dan yang ada di alam semesta untuk dijadikan sebagai pelajaran. Dan mereka mempunyai telinga tetapi mereka tidak mau menggunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah kemudian merenungkan apa yang terkandung di dalamnya. Mereka itu seperti binatang ternak yang tidak mempunyai akal, bahkan mereka lebih sesat dari binatang ternak. Mereka itu adalah orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah dan hari Akhir. (Tafsir al-Mukhtashar)
179 Sesungguhnya Kami telah jadikan kebanyakan dari jin dan manusia untuk isi neraka Jahannam, Kami Maha Mengetahui tempat akhir mereka lebih dahulu. Sebab perbuatan mereka adalah perbuatan ahli neraka. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah. Mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah. Mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah untuk mengambil pelajaran dan nasihat darinya. Mereka beserta segala sifat itu seperti binatang ternak yang menyia-nyiakan energi, bahkan mereka lebih sesat lagi daripada binatang ternak. Sebab binatang ternak lebih tahu mana yang manfaat mana yang tidak, sehingga mereka melakukan atau tidak. Adapun orang-orang kafir tidak bisa membedakan antara manfaat dan madharat sebagaimana yang telah diperintahkan Allah. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Tafsir al-Wajiz)
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ ()Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) Allah menciptakan mereka dan Dia mengetahui bahwa kesudahan mereka adalah masuk neraka. Karena mereka beramal dengan amalan ahli neraka sedangkan Allah telah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan sebelum Dia menciptakan mereka. لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا (mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami) Sebagaimana orang lain memahami. وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ (dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar) Dinafikannya kemampuan melihat pada sesuatu yang terdapat didalamnya petunjuk untuk berfikir dan mengambil pelajaran meski ia masih dapat melihat hal lainnya. Dan dinafikan kemampuan mendengar nasehat-nasehat yang bermanfaat dan syariat-syariat yang terdapat dalam kitab-kitab yang diturunkan serta apa yang dibawa oleh para Rasul meski dapat mendengar selain itu. أُو۟لٰٓئِكَ (Mereka itu) Yang memiliki sifat-sifat ini. كَالْأَنْعٰمِ (layaknya binatang ternak) Dalam hal tidak adanya pemanfaatan panca indra ini. بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ (bahkan mereka lebih sesat lagi) Lebih sesat dari hewan ternak, karena hewan ternak mengetahui apa yang bermanfaat baginya dan apa yang membahayakannya, sehingga ia dapat mengambil manfaat dari sesuatu yang bermanfaat tersebut dan menjauhi apa yang membahayakannya. Adapun orang-orang kafir itu tidak dapat membedakan antara yang bermanfaat dan apa yang berbahaya sesuai dengan apa yang Allah perintahkan kepada mereka. (Zubdatut Tafsir)
فَاطِرُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا وَمِنَ ٱلْأَنْعَٰمِ أَزْوَٰجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Arab-Latin: fāṭirus-samāwāti wal-arḍ, ja'ala lakum min anfusikum azwājaw wa minal-an'āmi azwājā, yażra`ukum fīh, laisa kamiṡlihī syaī`, wa huwas-samī'ul-baṣīr
Artinya: (Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.
Allah adalah pencipta langit dan bumi dan pembuat keduanya dengan kuasa, kehendak dan hikmahNya, dan Dia menjadikan pasangan-pasangan dari jenis kalian sendiri agar kalian merasa tenang kepadanya. Dia menjadikan hewan ternak berpasangan-pasangan, jantan dan betina. Dia memperbanyak bilangan kalian melalui pernikahan dan kelahiran. Tidak ada satupun makhluk Allah yang menyerupai dan menandingiNya, tidak pada dzatNya, tidak pada nama-namaNya, tidak pada sifat-sifat-Nya dan tidak pada perbuatan-Nya, karena seluruh nama-nama-Nya adalah husna (paling baik), dan sifat-sifat-Nya adalah sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan, dan dengan perbuatan-perbuatan-Nya Dia menciptakan makhluk-makhluk yang besar dan tidak ada yang ikut serta bersama-Nya. Dia maha mendengar lagi maha melihat, tidak sedikitpun dari perbuatan dan perkataan hamba-hamba-Nya yang samar bagi-Nya dan Dia akan membalas mereka atasnya. (Tafsir al-Muyassar)
Allah pencipta langit dan pencipta bumi tanpa ada contoh sebelumnya, Dia menciptakan dari diri kalian berpasang-pasangan dan menciptakan untuk kalian unta, sapi dan kambing berpasang-pasangan hingga hewan-hewan ini berkembang biak untuk kalian. Dia menciptakan kalian dengan pasangan-pasangan untuk kalian dengan cara pernikahan dan memberi kehidupan kepada kalian dengan menjadikan dari hewan-hewan ternak kalian hasil dagingnya dan susunya. Tidak ada dari makhluk-Nya yang menyerupai-Nya. Dia Maha Mendengar ucapan-ucapan hamba-hamba-Nya dan Maha Melihat segala perbuatan mereka. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari-Nya dan Dia akan membalas segala amal mereka; jika baik maka akan mendapat ganjaran baik, bila buruk maka akan mendapat ganjaran buruk. (Tafsir al-Mukhtashar)
Dialah Sang Pencipta langit dan bumi yang tidak ada contohnya sebelumnya. Dia menciptakan wanita dari golongan kalian. Dia juga menciptakan hewan-hewan ternak (unta, sapi, dan kambing) berpasang-pasang juga. Dzat yang memperbanyak kalian melalui sistem ini. Dia juga menyebar luaskan kalian melalui sistem berpasangan antara dua jenis yang merupakan penyebab banyaknya keturunan. Tiada yang dapat menyerupai Allah baik Dzat maupun SifatNya. Dialah Dzat yang Maha Mendengarkan segala suara. Dzat yang Maha Melihat segala sesuatu, baik kecil maupun besar (Tafsir al-Wajiz)
فَاطِرُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ ۚ ((Dia) Pencipta langit dan bumi) Yakni Allah yang menciptakan dan mengadakan keduanya dari ketidakadaan. جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوٰجًا(Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan) Yakni Allah menciptakan bagi kalian wanita dari jenis kalian. وَمِنَ الْأَنْعٰمِ أَزْوٰجًا ۖ (dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula)) Dan Allah menciptakan bagi kalian hewan-hewan ternak berbagai jenis jantan dan betina. Yakni delapan pasang hewan ternak yang disebutkan dalam surat al-An’am. يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ( dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu) Yakni Allah memperbanyak kalian dengan menjadikan kalian berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, karena itu merupakan sebab memperoleh keturunan. لَيسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ( Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia) Yakni makhluk-makhluk-Nya tidak akan menandingi-Nya dalam hikmah, kekuasaan, dan ilmu-Nya. Allah memuji diri-Nya lewat hal ini sebagai penunjuk kepada hikmah-Nya dalam memperbanyak makhluk hidup di bumi dengan cara perkawinan. وَهُوَ السَّمِيعُ (dan Dialah yang Maha Mendengar) Segala suara. الْبَصِيرُ (dan Maha Melihat) Segala kejadian. Oleh sebab itu Allah menciptakan hal-hal tersebut dengan hikmah. Dan Allah Maha Melihat setiap makhluk baik itu yang kecil maupun yang besar, yang terlihat maupun yang tersembunyi. (Zubdatut Tafsir)
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian pelbagai penafsiran dari berbagai mufassir mengenai makna dan arti ayat asmaul husna (arab, latin, artinya), semoga membawa manfaat untuk kita semua. Dukung usaha kami dengan mencantumkan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.