Surat Az-Zukhruf Ayat 26
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦٓ إِنَّنِى بَرَآءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ
Arab-Latin: Wa iż qāla ibrāhīmu li`abīhi wa qaumihī innanī barā`um mimmā ta'budụn
Artinya: Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah,
« Az-Zukhruf 25 ✵ Az-Zukhruf 27 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Hikmah Penting Mengenai Surat Az-Zukhruf Ayat 26
Paragraf di atas merupakan Surat Az-Zukhruf Ayat 26 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada bermacam hikmah penting dari ayat ini. Terdokumentasikan bermacam penjelasan dari kalangan ahli ilmu mengenai isi surat Az-Zukhruf ayat 26, di antaranya seperti termaktub:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Ingatlah (wahai rasul) saat ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya yang mana mereka menyembah apa yang disembah oleh kaummu, ”sesunggguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah selain Allah”.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
26-28. Hai Rasulullah, sebutkanlah kisah ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar dan kaumnya: “Aku berlepas diri dari patung-patung dan berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah. Namun Tuhan yang telah menciptakanku dan menunjukkanku jalan kebenaran yang aku sembah.”
Ibrahim menjadikan kalimat tauhid ‘Laa ilaaha illa Allah’ tetap ada pada keturunannya, agar mereka kembali kepada ketaatan dan keesaan Allah.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
26. Ingatlah -wahai Rasul- ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
26. وَإِذْ قَالَ إِبْرٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦٓ (Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya)
Yakni orang-orang yang mengikuti nenek moyang mereka dan menyembah berhala-berhala.
إِنَّنِى بَرَآءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ(Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah)
Yakni berlepas diri dari berhala-berhala tersebut, aku tidak menyembah atau memohon kepadanya dan tidak pula menjadikannya tuhan-tuhan. Namun aku mengingkari dan memusuhi mereka.
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
1 ). Ibrahim berkata: Kecuali Yang menciptakan aku dan tidak mengatakan (kecuali Allah); karena dua faidah:
- Menunjukkan alasan mengkhususkan Allah dalam ibadah; Karena sebagaimana Dialah sendiri dalam penciptaan, maka Dia juga harus sendirian dalam peribadahan.
- Menunjukkan kebatilan penyembahan kepada berhala. Karena dia tidak menciptakanmu sehingga kamu memujanya, dan ini adalah retorika sempurna dalam perkataan Ibrahim.
2 ). Diantara bentuk Keadilan dan akal yang menerima: tidak menanggapi pelanggar secara keseluruhan, Jika ada kebenaran di dalamnya, meskipun dia kafir; Perhatikan keakuratan pengecualian Abraham dalam pidatonya kepada umatnya: { إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ } "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah" { إِلَّا ٱلَّذِى فَطَرَنِى } "Tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku", dan sebagaimana juga dikatakan dalam ayat : { وَإِذِ ٱعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ } "Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah" [ Al-Kahfi : 16 ], dikatakan bahwa pengecualian tersebut terhubung di kedua tempat.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
26. Ingatlah wahai nabi ketika Ibrahim berkata kepada ayah dan kaumnya yang menyembah patung dan berhala: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari berhala yang kalian sembah ini. Dari awal aku tidap pernah menyembah dan dekat-dekat dengannya”. Bentuk mufrad, jamak, mudzakar, dan muanats kata {Baraa’un} sama.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayah dan kaumnya,“Sesungguhnya aku berlepas diri} berlepas diri {dari apa yang kalian sembah
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
26. Allah mengabarkan tentang agama Nabi Ibrahim, kekasih dekat Allah agama yang diklaim oleh ahli kitab dan orang-orang musyrik sebagai agama mereka, di mana masing-masing mengklaim berada di atas agama Ibrahim. Allah memberitahukan tentang agama Ibrahim yang diwariskan pada keturunannya, maka FirmanNya, ”dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dari kaumnya,”yaitu orang-orang yang menyembah tuhan-tuhan lain bersama Allah, mereka menyembah dan mendekatkan diri kepada mereka, “sesungguhnya aku anti terhadap apa yang kamu sembah,” yakni,membenci, menjauhi dan menentang para penganutnya.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 26-35
Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang hamba, rasul, kekasihNya, dan imam orang-orang yang lurus serta yang menjadi orang tua dari para nabi yang diutus setelahnya yang orang-orang Quraisy itu nasab mereka berasal darinya. Disebutkan bahwa dia telah berlepas diri dari ayah dan kaumnya yang menyembah berhala. Maka Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah (26) tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku (27) Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya) yaitu, kalimat ini adalah menyembah hanya kepada Allah SWT, tidak ada sekutu bagiNya, dan meninggalkan sembahan-sembahan lainNya, yaitu tidak ada Tuhan melainkan Allah, yaitu menjadikan kalimat ini ditetapkan di kalangan keturunannya, dan sebagai panutan bagi orang yang diberi ptunjul Allah SWT dari kalangan keturunan nabi Ibrahim (supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu) yaitu kembali kepada kalimat itu.
Mujahid, Qatadah, As-Suddi dan lainnya berkata tentang firmanNya: (Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya) yaitu kalimat “Tidak ada Tuhan selain Allah”, di kalangan keturunannya tetap ada orang yang mengucapkannya.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Tetapi Aku memberikan kenikmatan hidup kepada mereka) yaitu orang-orang (dan bapak-bapak mereka) yaitu hal itu berakibat mereka tenggelam ke dalam kesesatannya dalam waktu yang lama (sehingga datanglah kepada mereka kebenaran (Al-Qur'an) dan seorang rasul yang memberi penjelasan) yaitu yang jelas risalah dan peringatannya.
(Dan tatkala kebenaran (Al-Qur'an) itu datang kepada mereka, mereka berkata, "Ini adalah sihir, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya” (30)) yaitu mereka sombong, mengingkari dan menolak kebenaran itu dengan segala upaya karena kafir, dengki, dan melewati batas (Dan mereka berkata) seperti orang-orang yang menolak apa yang diturunkan Allah SWT (Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini?) yaitu, Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang lelaki yang besar, agung di mata salah satu dua kota ini? Maksud mereka adalah kota Makkah dan Thaif. Pendapat ini dikatakan Qatadah, As-Suddi, dan Ibnu Zaid. Banyak dari mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lelaki itu adalah Al-Walid bin Al-Mughirah dan Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi.
Malik meriwayatkan dari Zaid bin Aslam, Adh-Dhahhak, dan As-Suddi, bahwa yang mereka maksud adalah Al-Walid bin Al-Mughirah dan Mas'ud bin Amr Ats-Tsaqafi.
Yang jelas bahwa maksud mereka adalah lelaki besar dari salah satu di antara kedua kota itu. Maka Allah SWT berfirman seraya menjawab mereka tentang kritikan ini: (Apakah mereka membagi-bagi rahmat Tuhanmu?) yaitu urusan ini bukanlah mereka yang menentukannya, melainkan hanyalah Allah SWT. Allah lebih mengetahui dimana Dia meletakkan risalahNya, karena sesungguhnya tidak sekali-kali Dia menurunkannya melainkan kepada makhluk yang paling suci hati dan jiwanya, serta paling mulia dan paling suci rumah dan keturunannya.
Kemudian Allah SWT berfirman seraya menjelaskan bahwa Dia telah membeda-bedakan di antara makhlukNya dalam membagikan pemberianNya kepada mereka berupa harta, rezeki, akal, pemahaman dan pemberian lainnya yang menjadi kekuatan lahir dan batin mereka. Jadi Allah SWT berfirman: (Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat). Firman Allah: (agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain sebagai pekerja) Dikatakan bahwa maknanya adalah agar sebagian dari mereka dapat mengambil mnfaat sebagian lain untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan, karena yang ini membutuhkan yang itu dan begitu pula yang itu membutuhkan yang ini. Pendapat ini dikatakan As-Suddi dan lainnya. Qatadah dan Adh-Dhahhak berkata bahwa makna yang dimaksud adalah agar sebagian dari mereka dapat menguasai sebagian lain; pendapat ini kembali kepada yang pertama.
Kemudian Allah berfirman: (Dan rahmat Tuhanmu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan) yaitu, rahmat Allah kepada makhlukNya lebih baik bagi mereka daripada apa yang mereka miliki berupa harta dan kesenangan dunia
Firman Allah SWT: (Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu) yaitu seandainya tidak ada keyakinan itu kebanyakan manusia yang tidak mengerti bahwa pemberian Kami berupa harta itu merupakan bukti yang menunjukkan kecintaan Kami kepada orang yang Kami beri itu, sehingga mereka berkumpul dalam kekafiran demi harta itu. Demikianlah makna pendapat ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Suddi serta lainnya (tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak)) yaitu tangga yang terbuat dari perak. Pendapat itu dikatakan Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, As-Suddi, Ibnu Zaid dan lainnya (yang mereka menaikinya) yaitu menaikinya (Dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka) yaitu daun-daun pintu dari perak untuk rumah mereka (dan (begitu pula) dipan- dipan yang mereka bertelekan di atasnya) yaitu semuanya itu terbuat dari perak (Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan) yaitu dari emas. Pendapat itu dikatakan Ibnu Abbas, Qatadah, As-Suddi, dan Ibnu Zaid.
Kemudian Allah berfirman: (Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia) yaitu sesungguhnya semuanya itu hanya barang dunia yang fana, pasti lenyap, dan hina di sisi Allah SWT, yaitu Allah menyegerakan bagi mereka sebagai imbalan dari kebaikan yang mereka kerjakan di dunia berupa balasan makanan dan minuman, agar mereka dipenuhi balasannya di akhirat. Mereka tidak memiliki suatu kebaikan pun yang akan dibalaskan kepada mereka di sisi Allah SWT, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih,”Seandainya dunia ini mempunyai bobot di sisi Allah yang seimbang dengan sayap nyamuk, maka Allah tidak akan memberi minum bahkan seteguk airpun kepada seorang kafir”
Kemudian Allah SWT berfirman: (dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa) yaitu kehidupan akhirat itu khusus bagi mereka, tidak ada seorangpun dari kalangan selain mereka.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Az-Zukhruf ayat 26: (Dan) ingatlah (ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab) atau berlepas diri (terhadap apa yang kalian sembah.)
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, dimana orang-orang Ahli Kitab dan kaum musyrik menisbatkan diri kepada Beliau, dan masing-masing mereka menyangka bahwa mereka berada di atas jalan Beliau, maka dalam ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang agama Beliau yang diwariskannya kepada anak cucunya.
Di antara mufassir ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Abiihi (bapaknya) ialah pamannya.
Ayah dan kaumnya menyembah selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Maksudnya, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak menyembah berhala-berhala yang disembah kaumnya, membencinya, menjauhinya dan memusuhi orang-orang yang menyembahnya.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Az-Zukhruf Ayat 26
26-27. Dan ingatlah ketika nabi ibrahim, nenek moyang mereka yang tidak mau mengikuti jejak buruk dari leluhurnya, berkata kepada ayah-Nya dan kaumnya yang menyekutukan Allah dan menyembah berhala-berhala, 'sesungguhnya aku berlepas diri dari apa, yaitu berhala-berhala, yang kamu sembah, kecuali yang kamu sembah itu adalah Allah, tuhan yang telah menciptakan aku, menciptakan kalian, dan apa yang kamu sembah itu; karena sesungguhnya dia pulalah yang akan memberi petunjuk kepadaku untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. '26-27
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian pelbagai penjelasan dari para mufassirun terkait kandungan dan arti surat Az-Zukhruf ayat 26 (arab-latin dan artinya), moga-moga menambah kebaikan bagi ummat. Bantulah syi'ar kami dengan mencantumkan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.