Surat Asy-Syu’ara Ayat 137
إِنْ هَٰذَآ إِلَّا خُلُقُ ٱلْأَوَّلِينَ
Arab-Latin: In hāżā illā khuluqul-awwalīn
Artinya: (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.
« Asy-Syu'ara 136 ✵ Asy-Syu'ara 138 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Kandungan Mendalam Terkait Dengan Surat Asy-Syu’ara Ayat 137
Paragraf di atas merupakan Surat Asy-Syu’ara Ayat 137 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan kandungan mendalam dari ayat ini. Terdokumentasi kumpulan penafsiran dari banyak ahli tafsir terhadap makna surat Asy-Syu’ara ayat 137, antara lain seperti termaktub:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
137-138. Dan mereka mengatakan, “Apa yang kami pegangi ini tiada lain adalah keyakinan agama orang-orang terdahulu dan kebiasaan mereka. Dan kami tidaklah akan disiksa atas apa yang kami perbuat dari siksaan yang kamu peringatkan kepada kami.”
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
137-138. Dan mereka juga berkata: “Yang kami lakukan ini adalah agama nenek moyang kami terdahulu, dan kami tidak akan mendapat azab setelah kematian kami.”
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
137. Agama yang kami anut ini tidak lain hanyalah agama, akhlak dan adat kebiasaan orang dahulu.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
137. إِنْ هٰذَآ إِلَّا خُلُقُ الْأَوَّلِينَ ((agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu)
Yakni apa yang kami perbuat sekarang adalah kebiasaan orang-orang sebelum kami. Bapak, kakek, dan orang-orang terdahulu berada di atas agama yang sekarang kami anut ini, dan dahulu urusan dan kehidupan mereka baik-baik saja dan sesuai yang diinginkan, oleh sebab itu kami mengikuti mereka dan kami akan tetap mengikuti mereka, kami tidak ingin menggantinya dengan agama lain.
Dan bisa jadi ayat ini merupakan bantahan yang datang dari Allah, dan maknanya bahwa pendustaan mereka sepreti pendustaan orang-orang yang hidup bermewah-mewahan sebelum kaum Aad terhadap rasul-rasul mereka, sebagaimana firman-Nya تشابهت قلوبهم “hati mereka serupa”
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
137. Agama kami ini tidak lain adalah adat kebiasaan orang dahulu. Kami pengikut para pendahulu kami.
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Ini tidak lain} ini tidak lain {kecuali agama} agama dan kepercayaan {orang-orang terdahulu
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
136-138 maka mereka berkata dengan menentang kebenaran lagi mendustakan Nabi mereka, “sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasihat atau tidak memberi nasihat,” maksudnya, semuanya sama!
Ini adalah puncak kecongkakan, Karena suatu kaum (umat manusia) yang sampai pada keadaan di mana nasihat-nasihat Allah yang dapat mencairkan gunung-gunung yang tuli lagi keras dan dapat meremukkan hati orang-orang yang berakal, adanya nasihat itu dan ketiadaannya sama saja bagi mereka, adalah benar-benar merupakan kaum yang kezhalimannya telah memuncak, kesengsaraannya sudah amat sangat dahsyat dan sudah terputus harapan untuk bisa memberi mereka hidayah. Oleh karena itu, mereka mengatakan, ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu,” maksudnya, semua keadaan dan kenikmatan dan lain-lainnya itu adalah kebiasaan orang-orang terdahulu, yang kadang-kadang mereka tidak membutuhkan dan kadang-kadang mereka membutuhkan. Inilah keadaan (rutinitas) tahunan.
Padahal semua keadaan tersebut adalah ujian dan cobaan dari Allah terhadap hamba-hambaNya. “dan kami sekali-kali tidak akan di azab,” ini adalah suatu pengingkaran mereka terhadap kebangkitan (kiamat), atau merupakan cemoohan mereka terhadap nabi, (yang berarti): kalaupun kami dibangkitkan lagi, maka sesungguhnya kami di dunia, maka demikian pula, kenikmatan itu akan terus dilimpahkan kepada kami bila kami dibangkitkan.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 136-140
Allah SWT berfirman seraya memberitahukan jawaban kaum nabi Hud terhadapnya setelah dia menyeru mereka dengan anjuran dan peringatan serta menakut-nakuti mereka, dan menjelaskan kepada mereka kebenaran dengan sangat jelas (Mereka menjawab, "Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasihat atau tidak memberi nasihat” (136)) yaitu kami tidak akan beranjak dari kebiasaan kami (dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu) (Surah Hud: 53) Demikianlah perkaranya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman (6)) (Surah Al-Baqarah) dan (Sungguh, orang-orang yang telah dipastikan mendapat ketetapan Tuhanmu, tidaklah akan beriman (96) meskipun mereka mendapat tanda-tanda (kebesaran Allah), hingga mereka menyaksikan azab yang pedih (97)) (Surah Yunus)
Firman Allah SWT: ((agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu (137)) Sebagian ulama membacanya “In hadza illa khalqul awwalin” dengan difathah huruf kha’nya dan disukun huruf lamnya. Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Alqamah dan Mujahid berkata bahwa mereka bermaksud,"Tiada lain apa yang kamu sampaikan kepada kami hanyalah kebiasaan orang-orang terdahulu," sebagaimana orang-orang musyrik Quraisy berkata: (Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang”) (Surah Al-Furqan: 5) dan (Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?” Mereka menjawab, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu” (24)) (Surah An-Nahl) Ulama lainnya membacanya (In hadza illa khuluqul awwalin) yaitu dengan didhammah huruf kha’ dan lamnya. Maksud mereka yaitu,”Agama dan tradisi yang biasa mereka lakukan itu termasuk agama orang dahulu dari kalangan nenek moyang mereka. Kami mengikuti mereka dan menelusuri jejak mereka, dan kami hidup sebagaimana mereka hidup, serta kami mati sebagaimana mereka mati, tidak ada hari kebangkitan dan tidak ada hari kiamat. Oleh karena itu mereka berkata: (dan kami sekali-kali tidak akan diazab (138))
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: ((agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu (137)) yaitu agama orang-orang terdahulu. Pendapat ini dipilih Ibnu Jarir.
Firman Allah SWT: (Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan.) yaitu mereka terus mendustakan, menentangnya, dan ingkar kepada nabi Allah Hud. Maka Allah membinasakan mereka. Telah dijelaskan tentang penyebab binasanya mereka di banyak tempat di Al-Qur’an, bahwa Allah mengirimkan angin kencang yang dingin dan kuat. Maka azab inilah yang menjadi sebab kebinasaan mereka. Sesungguhnya mereka adalah makhluk yang paling kejam dan paling sewenang-wenang. Oleh sebab itu Allah menimpakan azab yang lebih kuat dan lebih ganas daripada mereka. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad (6) (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (7)) (Surah Al-Fajr) Mereka adalah kaum 'Ad yang terdahulu, sebagaimana Allah SWT berfirman: (dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Ad yang pertama (50)) (Surah An-Najm) Mereka adalah keturunan Iram bin Sam bin Nuh (yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi) Mereka adalah orang-orang yang tinggal di bangunan-bangunan yang tinggi. Orang yang menganggap bahwa Iram adalah nama sebuah kota, sesungguhnya dia mengambil dari kisah Israiliyat, yaitu dari perkataan Ka'b dan Wahb. Pendapat itu tidak mempunyai sumber yang asli. Oleh karena Allah berfirman: (yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain (8)) (Surah Al-Fajr) yaitu belum pernah diciptakan makhluk seperti mereka dalam hal kekuatan, kekerasan, dan kesewenang-wenangannya. Seandainya yang dimaksud dengan Iram adalah sebuah kota, maka ayat itu menyebutkan yang belum pernah dibangun suatu kota seperti itu. Allah SWT berfirman: (Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, 'Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Kami (15)) (Surah Fushshilat) dan (Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang (6) Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus) (Surah Al-Haqqah: 6,7) yaitu semputna (maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk)) (Surah Al-Haqqah: 7) yaitu seakan akan mereka adalah pohon kurma yang lapuk. Padahal mereka berlindung di dalam bukit-bukit, gua-gua dan parit-parit yang mereka gali sampai tubuh mereka tidak terlihat, tetapi hal tersebut tidak dapat memberi manfaat sedikit pun kepada mereka dari azab Allah (Sungguh, ketetapan Allah itu apabila telah datang tidak dapat ditunda) (Surah Nuh: 4) Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Maka mereka mendustakannya (Hud), lalu Kami binasakan mereka. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman (139) Dan sungguh, Tuhanmu, Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang (140))
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Asy-Syu’ara ayat 137: 137-138. Berkata kaum Ad kepada Nabi mereka Hud : Ketahuilah olehmu wahai Hud, bahwasanya kami tidaklah berda di atas keadaan ini kecuali kami semisal dengan kondisi orang-orang sebelum kami, dan ini adalah naluriah zaman, dan kami tidak akan terkena adzab dan merasakan hukuman sebagaimana engkau klaim dan katakan.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Maksudnya, keadaan seperti ini; terkadang kaya dan terkadang miskin, terkadang mendapat nikmat dan terkadang mendapat bahaya hanyalah hal biasa dari dahulu, bukan sebagai ujian atau nikmat dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala serta cobaan dari-Nya.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Asy-Syu’ara Ayat 137
137. Mereka berkata lagi, "agama kami ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. Apa yang dilakukan nenek moyang kami, itulah yang kami ikuti. " inilah bentuk taklid buta dalam hal keyakinan agama yang sangat dibenci oleh Allah. 138. Dan dengan pongahnya mereka berkata lagi, "dan kami sama sekali tidak akan di azab oleh Allah di akhirat kelak. " mereka menganggap bahwa kenikmatan yang mereka miliki adalah bentuk kasih sayang Allah kepada mereka, maka di akhirat pun mereka yakin tidak akan disiksa.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah sekumpulan penjabaran dari berbagai ulama mengenai isi dan arti surat Asy-Syu’ara ayat 137 (arab-latin dan artinya), moga-moga bermanfaat untuk ummat. Sokong usaha kami dengan memberikan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.