Surat Ali ‘Imran Ayat 134

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Arab-Latin: Allażīna yunfiqụna fis-sarrā`i waḍ-ḍarrā`i wal-kāẓimīnal-gaiẓa wal-'āfīna 'anin-nās, wallāhu yuḥibbul-muḥsinīn

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

« Ali 'Imran 133Ali 'Imran 135 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Hikmah Penting Berkaitan Dengan Surat Ali ‘Imran Ayat 134

Paragraf di atas merupakan Surat Ali ‘Imran Ayat 134 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beragam hikmah penting dari ayat ini. Ditemukan beragam penjabaran dari berbagai mufassirin terkait kandungan surat Ali ‘Imran ayat 134, sebagiannya sebagaimana berikut:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Orang-orang yang menginfakkan harta mereka dalam keadaan mudah dan susah, dan orang-orang yang menahan apa yang ada dalam diri mereka berupa amarah dengan cara bersabar, dan apa bila mereka mampu memaafkan orang yang menzolimi mereka, dan ini merupakan kebaikan yang Allah cintai pemiliknya.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

134-135. Sifat orang yang bertakwa adalah senantiasa menginfakkan hartanya baik itu di saat kaya maupun susah, menahan kemarahannya dengan bersabar, dan memaafkan orang yang bersalah terhadapnya. Allah mencintai orang-orang yang baik dalam berinteraksi, memohon ampunan kepada-Nya jika berbuat dosa kecil atau besar, dan yakin tidak ada yang dapat mengampuni dosa melainkan Allah, serta tidak terus menerus melakukan kemaksiatannya, mereka mengetahui betapa buruknya kemaksiatan, namun jika mereka bertaubat niscaya Allah akan menerima taubat mereka.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

134. Orang-orang yang bertakwa ialah orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah dalam keadaan mudah maupun susah, yang menahan amarahnya meskipun sebenarnya mampu melampiaskannya, dan yang memaafkan orang yang berbuat zalim kepadanya. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik yang memiliki perangai semacam itu.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

134. الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى السَّرَّآءِ ((yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang)
Yakni dalam keadaan lapang dan makmur.

وَالضَّرَّآءِ (maupun sempit)
Yakni dalam keadaan susah dan miskin.

وَالْكٰظِمِينَ الْغَيْظَ (dan orang-orang yang menahan amarahnya)
Yakni yang menyembunyikan kemarahan mereka dan menahannya dalam hati mereka, sehingga tidak berbuat zalim kepada seorangpun sebab kemarahan mereka.
Dikatakan (كظم غيظه) apabila ia mendiamkannya dan tidak memperlihatkannya.

وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ (dan memaafkan (kesalahan) orang)
Yakni tidak membalas kesalahan yang dilakukan orang lain kepada mereka padahal ia berhak untuk mendapat balasan. Dan ini apabila mereka sebenarnya mampu untuk membalas.

وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan)
Yakni dengan memberi maaf dan perbuatan baik lainnya.


📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

1 ). Manasik haji itu bagaikan sebuah lahan taqwa yang luas : di dalamnya ada anjuran infaq dan sedekah, melatih pengontrolan diri, dan peluang yang besar untuk saling memberi maaf, dan berbuat baik kepada semua umat manusia, perhatikan firman Allah : { أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ , الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ } "Allah menyiapkannya untuk orang-orang yang bertaqwa , (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan".

2 ). Dalam penjelasan sifat-sifat orang bertaqwa, yang mereka adalah orang-orang yang dijanjikan surga oleh Allah , ayat ini dimulai dengan : { الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ } "(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit", dan sejatinya kalimat yang lebih utama untuk mengawali ayat ini adalah perkara meninggalkan kemaksiatan sebagaimana yang juga disebutkan dalam ayat ini, atau dengan menjelaskan tentang amalan yang mulia yaitu shalat, dan hikmahnya adalah tatkala Allah menjelaskan larangan-Nya memakan harta riba pada ayat sebelumnya melalui firman-Nya : { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً } "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda" , Allah kemudian menyebutkan lawan katanya pada ayat selanjutnya dengan (yakni lawan kata dari riba) yaitu infaq : { يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ }.

3 ). Alkisah, suatu ketika seseorang vertamu di rumah Maimun bin Mahram, dengan sesegera mungkin pembantu yang bekerja di rumah beliau datang melayani Maimun dan tamunya membawakan semangkuk gulai, tiba-tiba kakinya tergelincir dan kuah gulai itupun tumpah menyiram tubuh Maimun hingga basah.

Dengan gerakan spontan, Maimun hendak memukulnya, namun pembantunya segera mengingatkan Maimun, seraya berkata, "Wahai Tuanku, sampai sejauh mana engkau melaksanakan firman Allah Swt. yang berbunyi : { وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ } "... dan orang-orang yang mengekang amarahnya.".
"Itu sudah kulaksanakan," jawab Maimun.

Kemudian pembantunya itu berkata kembali, "Bagaimana dengan ayat berikutnya : { وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ } "...dan saling memaafkan kesalahan orang lain".
"Ya, sekarang kumaafkan kekhilafanmu itu" ucap Maimun.
Namun, pembantunya itu kembali berkata, melanjutkan ayat tersebut : { وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ } "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan".

Atas kejadian seperti itu, akhirnya Maimun berkata, "Kini aku berbuat baik kepadamu, dengan membebaskan (memerdekakanmu) dirimu, semata-mata hanya karena Allah Swt."

4 ). { وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ } ""...dan saling memaafkan kesalahan orang lain" Dan tidak hanya kepada kaum muslimin, dan diantara balasan yang paling cepat dirasakan oleh orang yang memberi maaf adalah kebahagiaan dan kelezatan serta keselamatan hati, Ibrahim عليه السلام tidak sekalipun pernah mendoakan keburukan kepada orang lain, dan Allah telah bersaksi untuknya : { إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ } "(lngatlah) ketika ia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci" [ash-shaffat : 84], juga Nabi kita Muhammad tidak pernah mengharap balas dendam atas kesalahan orang lain, dan Allah mensucikan dirinyab : { وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ } "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung" [al-qalam : 4].


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

134 Di antara contoh sifat orang yang bertakwa adalah orang-orang yang menafkahkan hartanya untuk mencari ridho Allah, dan orang-orang yang menahan amarahnya dengan bersabar sesuai kemampuan mereka untuk menampakkannya. Sehingga tidak ada satu pun yang terzalimi.. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit} waktu mudah dan waktu susah {orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya} orang-orang yang menahan amarahnya keluar meskipun dan bisa mengendalikannya {dan orang-orang yang memaafkan orang lain} orang-orang yang membiarkan orang-orang yang menzaliminya dan pantas mendapatkan hukuman {Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

134. Kemudian Allah menjelaskan tentang sipat-sipat orang yang bertakwa dan perbuatan-perbuatan mereka seraya berfirman, ”yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, ”yaitu, pada saat kondisi mereka saat sulit atau kondisi mereka sedang lapang. Bila mereka sedang lapang, maka mereka akan mempernanyak infak, dan bila mereka sedang kesulitan, maka mereka tidak menganggap remah suatu kebaikan walau hanya sedikit saja.
“Dan orang-orang menahan amarahnya, ”yaitu, bila terjadi dari orang lain tindakan yang menyakitkan terhadapnyayang menimbulkan kemarahan yaitu hati yang oenuh dengan kedongkalan yang akan menimbulkan balas dendam dengan perkataan maupun perbuatan.Mereka itu tidaklah bertindak menurut tabiat kemanusiaanya, akan tetapi mereka menahan apa yang ada di dalam hati mereka di sebabkan kemarahan, dan menghadapi orang yang berbuat jelek kepadanya itu dengan kesabaran.
“Dam memaafkan kesalahan orang.”termasuk dalam tindakan memaafkan orang adalah memaaafkan segala hal yang terjadidari orang yang telah berbuat jelek kepada kita dengan perkataan maupun perbuatan.Memaafkan itu sekedar lebih baik dari pada menhahn amarah, karena memaafkan itu tindakan meninggalkan balas dendam di sertai dengan bentuk kelapang dadaan terhadap orang yang berbuat jelek.itu hanya dapat terjadi pada orang-orang yang menghiasi dirinyadengan ahklak yang terpuji dan jauh daru akhlak yang tercela, dan dari orang-orang yang bertransaksi dengan Allah dan memaafkan hamba-hamba Allah merupakan kasih sayang terhadap mereka dan tindakan baik terhadap mereka, benci dari keburukan yang menimpa merekaagar Allah mengampuni dirinya sehinggga dia mendapatkan pahala di sisi Allah yang maha mulia, dan bukan dari hamba yang miskin, sebagaiman Allah berfirman,
"maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah."
(Asy-Syuara:40)
Kemudian Allah menyebutkan kondisi yang lebih umum daripada yang lainya dan lebih baik, lebih tinggi dan lebih utama, yaitu berbuat kebaikan Allah berfirman, ”Allah menyukai orang –orang yang berbuat kebaikan.” Kebaikan itu ada dua macam: berbuat baik pada perkara ibadah kepada sang pencipta dan berbuat baik kepada para mahluk.
Dan ihsan kepada perkara ibadah kepada sang pencipta telah di tafsirkan oleh NAbi dengan sadbanya, ”Engkau menyembah Allah seaka-akan engakau melihatNya, dan bila engkau tidak melihatnya, maka sesungguhnya dia melihatmu.”
Adapun berbuat baik kepada para makhluk yaitu memberikan manfaat yang bersipat agama maupun duniawi kepada mereka sehingga termasuk dalam kategori itu adalah memerintahkan mereka kepada yang ma'rup dan melarang mereka dari yang mungkar, mengajarkan orang yang bodoh di antara mereka, menasehati masyarakat umum maupun khusus, berusaha menyatukan kalimat mereka, menyalurkan segala macam sedekah, infak yang wajib maupun yang Sunnah kepada mereka dengan perbedaan berbagai kondisi dan karakter mereka. Termasuk juga dalam hal itu adalah mengerahkan kedermawanan hati, menolak keburukan dan bersabar atas ganguan, sebagaimana Allah menjelaskan sipat-sipat orang-orang yang bertakwa dalam ayat ini.
Maka barangsiapa yang melaksanakan perkara-perkara tersebut, ia telah menegakkan hak-hak Allah dan hak-hak hambaNya. kemudian Allah menyebutkan tentang alasan mereka kepada Tuhan mereka dari kejahatan dan dosa-dosa mereka, seraya berfirman,


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 130-136
Allah SWT berfirman selagi melarang hamba-hambaNya yang mukmin untuk terlibat dalam riba dan makanannya secara berlipat ganda, sebagaimana mereka dulu berkata pada masa Jahiliyah, “Jika masa hutang telah tiba, maka kamu harus melunasinya, atau kamu mengembangkannya. Jika kamu melunasinya, dan jika tidak maka akan bertambah waktu pembayaran, dan jumlah nilainya. Demikian juga setiap tahun, sehingga hutang yang sedikit berlipat-lipat akan menjadi banyak berlipat-lipat ganda. Allah memerintahkan hamba-hambaNya untuk bertakwa barangkali mereka berhasil baik di dunia maupun di akhirat. Kemudian, Allah mengancam mereka dengan neraka dan memperingatkan mereka akibat dari hal itu. Allah SWT berfirman, (Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir (131) Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat (132)) Kemudian Allah mengajak mereka untuk melakukan kebaikan dan mendekatkan diri. Lalu Allah berfirman (Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (133)) yaitu sebagaimana neraka itu dipersiapkan untuk orang-orang kafir.
Dikatakan bahwa makna dari firmanNya (yang luasnya seluas langit dan bumi) yaitu memberi penegasan atas luasnya, sebagaimana Allah berfirman tentang sifat permadani surga (yang sebelah dalamnya dari sutera) (Surah Ar-Rahman: 54) yaitu bagaimana dengan sangkaanmu secara nyata? Dikatakan bahwa lebarnya surga sejajar dengan tingginya, karena surga adalah kubah di bawah 'Arsy. Sesuatu yang berbentuk kubah dan melingkar itu luasnya seperti tingginya. Dalil dari hal tersebut adalah apa yang ada dalam hadits shahih, "Jika kalian meminta surga kepada Allah, maka mintalah kepadaNya surge Firdaus, karena itulah surge paling tinggi, dan paling luas. Di dalamnya sungai-sungai surge mengalir dan atapnya adalah 'Arsy Allah yang Maha Pengasih.
Ayat ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Hadid: (Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi) (Surah Al-Hadid: 21).
Diriwayatkan dari Thariq bin Syiihab bahwa beberapa orang Yahudi bertanya kepada Umar bin Khattab tentang surga yang luasnya seperti langit dan bumi, lalu mereka bertanya,”Lalu di mana neraka?” Umar berkata kepada mereka, “Bagaimana kalian melihat jika siang datang, di manakah malamnya?”Dan bagaimana jika malam datang, di manakah siangnya?” Mereka berkata, “Hal yang serupa dengan itu telah dihapus dari Taurat.”
Kemudian Allah SWT yang menggambarkan sifat-sifat penghuni surga, Lalu Dia berfirman: ((yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit) yaitu baik dalam keadaa sulit maupun mudah, rela maupun terpaksa, sehat maupun sakit di segala keadaan. Sebagaimana Allah berfirman: (Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan) [Surah Al-Baqarah: 274] yaitu, mereka tidak disibukkan oleh perkara apa pun berupa taat kepada Allah SWT, berinfak dalam keadaan sakitnya, dan berbuat baik kepada makhlukNya berupa keluarga dan orang lain dengan berbagai bentuk kebaikan.
Firman Allah SWT: (dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang) yaitu ketika kemarahan memperngaruhi mereka, mereka menahannya, yaitu, mereka menyembunyikannya sehingga mereka tidak menampakkannya, dan memaafkan kesalahan orang lain yang berbuat jahat kepadanya
Firman Allah SWT: (dan orang-orang yang menahan amarahnya) yaitu, mereka tidak membiarkan kemarahan mereka mempengaruhi perilaku terhadap orang lain; sebaliknya, mereka menahan diri dari merusak hubungan dengan orang lain dan mencoba untuk menghindari kemarahan yang dapat menimbulkan kerusakan. Mereka menghindari melampiaskan amarah mereka kepada orang lain dan merasa bahwa hal ini lebih baik di sisi Allah. Kemudian Allah SWT berfirman : (dan memaafkan (kesalahan) orang) yaitu dengan menahan untuk berbuat keburukan mereka memaafkan orang yang menganiaya mereka sehingga tidak ada dendam yang ada pada diri mereka kepada seseorang pun, dan ini merupakan keadaan yang paling sempurna. Oleh karena itu Allah SWT berfirman (Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan) ini merupakan kedudukaan “ihsan”. Dalam hadits disebutkan “Tiga hal, aku bersumpah atasnya yaitu Tidaklah harta seorang berkurang karena sedekah, tidaklah Allah menambahkan kepada seseorang yang memberi maaf kecuali kemuliaan, dan orang yang tunduk kepada Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya”
Firman Allah SWT: (Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka) yaitu bahwa ketika seseorang di antara mereka menyadari dosa, maka sebaiknya diiringi dengan taubat dan memohon ampunan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari nabi Muhammad SAW bersabda: “Jika seseorang melakukan dosa, kemudian dia berkata, “Ya Tuhan, aku telah berdosa, maka ampunilah dosaku.” Allah berfirman, “HambaKu telah berbuat dosa dan dia tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosa dan menghukumnya atas dosa itu, sungguh Aku mengampuni hambaKu” kemudian dia melakukan dosa lain kemudian dia berkata, “Ya Tuhan, aku telah berdosa, maka ampunilah dosaku.” Lalu Allah berfirman, “HambaKu telah dia tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosa dan menghukumnya atas dosanya, sungguh Alu telah mengampuni hambaKu” Kemudian dia melakukan dosa lagi, dan berkata, “Ya Tuhan, aku telah berdosa, maka ampunilah dosaku.” Allah berfirman, “HambaKu telah tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosa dan menghukumnya atas dosanya, sungguh aku telah mengampuni hambaKu.” Kemudian dia melakukan dosa lagi, dan berkata, “Ya Tuhan, aku telah mengetahui dosaku, maka ampunilah dosaku” kemudian Allah berfirman, “Hambaku telah tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosa dan menghukumnya atas dosanya, Aku telah bersaksi kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni hambaKu, maka biarkan dia berbuat apa yang dia inginkan"
Firman Allah SWT: (dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?) yaitu tidak ada satu pun yang mengampuni dosa-dosa selain Allah
Firman Allah: (Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui) mereka bertaubat dari dosa-dosa mereka, lalu kembali kepada Allah dengan segera, dan mereka tidak terus menerus bermaksiat dan mempertahankannya. Sekalipun mereka melakukan dosa lagi, mereka akan bertaubat lagi.
Terkait firman Allah: (sedang mereka mengetahui), Mujahid dan Abdullah bin Ubaid bin Umair berkata bahwa (sedang mereka mengetahui) bahwa orang yang bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Ini sebagaimana firmanNya: (Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya) (Surah At-Taubah: 104) dan (Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (110)) (Surah An-Nisa). Ada banyak ayat serupa dengan ini.
Kemudian setelah Allah menggambarkan sifat-sifat mereka sebagaimana yang telah Dia gambarkan, Allah berfirman: (Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka) yaitu balasan mereka, ini adalah sifat-sifat mereka (ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai) yaitu berbagai jenis minuman (sedang mereka kekal di dalamnya) yaitu mereka tinggal di sana (dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal) Allah memuji surga.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Ali ‘Imran ayat 134: Yang menderma di waktu senang dan sudah, dan menahan marah, dan memaafkan manusia; dan Allah itu kasih kepada mereka yang berbuat kebajikan.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Yakni ketika mereka lapang, mereka banyak berinfak, namun ketika susah mereka tidak meremehkan perkara ma'ruf meskipun kecil.

Padahal mampu melampiaskan amarahnya dan bersabar dari membalas orang yang berbuat buruk kepada mereka.

Dengan tidak membalas.

Untuk dapat memahami ayat ini kami bawakan kisah berikut –terlepas apakah kisah ini sahih atau tidak- hanya saja kita dapat mengambilnya sebagai pelajaran. Kisah ini disebutkan dalam kitab Minhajul Muslim ketika menerangkan tentang ihsan:

Dahulu seorang majikan pernah dibuat marah oleh budaknya, majikannya pun marah dan hendak menghukumnya, maka budaknya membacakan ayat, “Wal kaazhimiinal ghaizh” (Dan orang-orang yang menahan marahnya), maka majikannya berkata, “Ya, saya tahan marah saya.” Budaknya membacakan ayat lagi, “Wal ‘aafiina ‘anin naas” (serta memaafkan orang lain), maka majikannya berkata, “Ya, kamu saya maafkan.” Budaknya lalu membacakan lagi, “Wallahu yuhibbul muhsininiin” (Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan), maka majikannya berkata, “Sudah pergi sana, kamu merdeka karena Allah Ta’ala.”

Inilah contoh menahan marah, memaafkan orang lain dan berbuat ihsan.

Ihsan terbagi menjadi dua:

Ihsan dalam beribadah.
Ihsan dalam beribadah ditafsirkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya, yaitu, "Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak merasa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Muslim)

2. Ihsan kepada makhluk

Sedangkan ihsan kepada makhluk adalah memberikan manfaat baik yang bersifat agama maupun dunia kepada makhluk serta menghindarkan keburukan dari mereka. Termasuk ke dalamnya beramr ma'ruf dan bernahi munkar, mengajarkan orang yang tidak tahu, menasehati orang yang lalai, memberikan sikap nasihat (tulus) kepada manusia secara umum maupun khusus, berusaha menyatukan mereka, memberikan sedekah dan nafkah yang wajib maupun sunat sesuai keadaan mereka dan sifatnya, memberikan kedermawanan, menghindarkan gangguan dan siap memikul gangguan yang menyakitkan.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali ‘Imran Ayat 134

Mereka adalah orang yang terus-menerus berinfak di jalan Allah, baik di waktu lapang, mempunyai kelebihan harta setelah kebutuhannya terpenuhi, maupun sempit, yaitu tidak memiliki kelebihan, dan orangorang yang menahan amarahnya akibat faktor apa pun yang memancing kemarahan dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan akan sangat terpuji orang yang mampu berbuat baik terhadap orang yang pernah berbuat salah atau jahat kepadanya, karena Allah mencintai, melimpahkan rahmat-Nya tiada henti kepada orang yang berbuat kebaikan. Pesan-pesan yang mirip dengan kandungan ayat ini disampaikan pula melalui surah an-nahl/16: 126; asy-syura'/42: 40 dan 43setelah Allah menjelaskan sikap penghuni surga ketika menghadapi orang lain, maka dia menjelaskan sikap mereka terhadap diri sendiri. Mereka adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji, yaitu dosa besar yang akibatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, pembunuhan, dan riba, atau menzalimi diri sendiri dalam bentuk pelanggaran apa pun yang akibatnya hanya pada pelaku saja, baik dosa tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak, maka segera mengingat Allah dan bertobat, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Sungguh Allah maha pengampun, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah' dan setelah bertobat mereka tidak meneruskan atau mengulangi perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui dan menyadari akibat buruk dari perbuatan dosa dan menyadarkan mereka untuk segera bertobat.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikian beberapa penjelasan dari beragam mufassir terhadap kandungan dan arti surat Ali ‘Imran ayat 134 (arab-latin dan artinya), semoga membawa faidah untuk ummat. Support dakwah kami dengan memberikan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Artikel Banyak Dicari

Tersedia ratusan halaman yang banyak dicari, seperti surat/ayat: Al-Kautsar, Al-Waqi’ah, Al-Baqarah, Asmaul Husna, Al-Ikhlas, Yasin. Juga Shad 54, Al-Kahfi, Ar-Rahman, Al-Mulk, Ayat Kursi, Do’a Sholat Dhuha.

  1. Al-Kautsar
  2. Al-Waqi’ah
  3. Al-Baqarah
  4. Asmaul Husna
  5. Al-Ikhlas
  6. Yasin
  7. Shad 54
  8. Al-Kahfi
  9. Ar-Rahman
  10. Al-Mulk
  11. Ayat Kursi
  12. Do’a Sholat Dhuha

Pencarian: surat al hasyr, fa inna ma'al usri yusra inna ma'al usri yusra artinya, surat al mu'minun ayat 1-11, surat al mu'minun, al bayyinah ayat 5

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.