Surat Maryam Ayat 29
فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا۟ كَيْفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِى ٱلْمَهْدِ صَبِيًّا
Arab-Latin: Fa asyārat ilaīh, qālụ kaifa nukallimu mang kāna fil-mahdi ṣabiyyā
Artinya: Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Tafsir Mendalam Berkaitan Dengan Surat Maryam Ayat 29
Paragraf di atas merupakan Surat Maryam Ayat 29 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan tafsir mendalam dari ayat ini. Didapatkan sekumpulan penafsiran dari para mufassirin terhadap kandungan surat Maryam ayat 29, antara lain seperti berikut:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Maryam memberikan isyarat kepada bayinya, isa, agar mereka bertanya langsung dan berbicara kepadanya. Mereka menjawab dengan nada pengingkaran kepada maryam, ”bagaimana mungkin kami akan berbicara dengan seorang yang berada di buaian ibunya berupa anak kecil yang masih disusui?”
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
29. Namun Maryam tidak menjawab perkataan mereka, tetapi dia menunjuk kepada Isa agar mereka bertanya kepadanya, sehingga ini juga mengundang keingkaran mereka: “Bagaimana kami akan berbicara dengan bayi yang masih dalam buaian?”
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
29. Maka ia pun menunjuk kepada anaknya Isa -'alaihissalām- yang masih bayi yang masih di ayunan. Kaumnya berkata kepadanya dengan penuh keheranan, "Bagaimana bisa kami berbicara dengan seorang anak yang masih dalam ayunan?"
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
29. فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ (maka Maryam menunjuk kepada anaknya)
Yakni kepada Isa. Maryam cukup menunjuk Isa tanpa menyuruhnya untuk berbicara, sebab Maryam telah bernazar kepada Allah untuk berpuasa dari bicara.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
29. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya agar anaknya yang menjawab. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{Dia menunjuk kepada bayinya} Lalu Maryam mengisyaratkan kepada Isa AS untuk berbicara {Mereka berkata,“Bagaimana mungkin kami berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan”
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
29. “Maka Maryam menunjuk,” maka Maryam mengacungkan isyarat kepada mereka “kepada anaknya” kea rah Isa. Maksudnya, “Berbicaralah kalian dengan dia!” Maryam memberikan isyarat karena dia diperintahkan ketika hendak berbicara dengan kaumnya, agar mengatakan, “Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Dzat Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini,” (Maryam:26). Dikala Maryam memberikan isyarat kepada mereka agar melakukan komunikasi dengan Isa, mereka terheran-heran dan mengatakan, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” karena hal itu merupakan perkara yang tidak biasa (aneh), dan tidak pernah terjadi pada seorang pun pada usia itu.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 27-33
Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang Maryam ketika diperintahkan puasa pada hari itu, yaitu agar dia tidak berbicara kepada seorang pun. Maryam akan menjaga dan melaksanakan perintah itu. Maryam berserah diri kepada perintah Allah SWT dan pasrah kepada keputusanNya. Lalu Maryam menggendong putranya dan membawanya kepada kaumnya. Ketika mereka melihatnya membawa bayinya, mereka sangat kaget dan mengecamnya dengan sangat berat, (Mereka berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar”) yaitu perkara yang sangat berat dosanya. Pendapat ini dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, As-Suddi, dan lainnya
(Hai saudara perempuan Harun) yaitu wahai wanita yang ibadahnya mirip dengan nabi Harun (Ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezin) yaitu kamu berasal dari keluarga yang baik, suci, terkenal kesalehannya, ibadahnya, dan zuhudnya. Maka bagaimana bisa hal itu terjadi darimu?
Ali bini Abi Thalhah dan As-Suddi berkata bahwa dikatakan kepada Maryam: (Hai saudara perempuan Harun) yaitu saudara nabi Musa, dan Maryam berasal dari keturunannya. Sebagaimana yang dikatakan kepada seseorang dari Bani Tamim “wahai saudara Tamim”, dan dari Bani Mudhar dipanggil “wahai saudara Mudhar”. Dikatakan, bahwa Maryam dinisbatkan kepada seorang lelaki shalih di kalangan mereka yang bernama Harun; Maryam dalam kezuhudan dan ibadahnya sama dengan lelaki itu.
Firman Allah: (maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih ada dalam ayunan?” (29)) yaitu ketika mereka mencurigai keadaan Maryam dan mengingkari kejadian yang dialaminya, dan berkata kepadanya seraya menuduhnya berbuat tidak senonoh dan perbuatan zina. Saat itu Maryam sedang puasa dan tidak bicara, maka dia memalingkan ke arah anaknya, dan memberi isyarat mereka agar berbicara dengan anaknya. Maka mereka menjawab seraya memperolok-olokkan dan menyangkan bahwa Maryam meledek dan mempermainkan mereka: (Bagaimanakah kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?) (Berkata Isa, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah”) kalimat pertama yang diucapkan adalah menyucikan dan membersihkan Dzat Tuhannya dari sifat beranak, kemudian meneguhkan bahwa dirinya hamba Allah.
Firman Allah: (Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi) membersihkan nama ibunya dari tuduhan yang dinisbatkan kepadanya berupa perbuatan keji.
Firman Allah: (dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada) Mujahid dan Ats-Tsauri berkata bahwa makna yang dimaksud adalah Allah menjadikanku orang yang mengajarkan kebaikan.
Firman Allah: (dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup) Sebagaimana firman Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW: (dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (99))(Surah Al-Hijr)
Firman Allah: (dan berbakti kepada ibuku) yaitu Allah memerintahkan kepadaku untuk berbakti kepada ibuku. Allah SWT menyebutkannya setelah taat kepada Tuhannya, karena Allah SWT sering menjadikan beriringan antara perintah menyembahNya dan taat kepada kedua orang tua. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu) (Surah Al-Isra: 23) dan (Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu) (Surah Luqman: 14)
Firman Allah: (dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka) yaitu, Allah tidak menjadikanku seorang yang sewenang-wenang dan enggan untuk menyembah dan taat kepadaNya serta enggan berbakti kepada ibuku, sehingga aku menjadi orang yang celaka. Sufyan Ats-Tsauri berkata bahwa makna “al-jabbarusy syaqiyyu” adalah orang yang dikendalikan oleh amarah.
Firman Allah: (Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali (33)) Penegasan darinya tentang penyembahannya kepada Allah SWT dan bahwa dia adalah makhluk Allah yang hidup, mati dandibangkitkan sebagaimana semua makhluk. Akan tetapi, dia diselamatkan dari semua keadaan merupakan keadaan paling berat yang dirasakan semua hamba Allah. Semoga shalawat dan salam Allah tercurahkan kepadanya
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Maryam Ayat 29
Maryam tidak gentar menghadapi cemoohan kaumnya, maka untuk menjawabnya dia menunjuk kepada anak yang sedang digendongnya. Melihat isyaratnya untuk bertanya kepada anak tersebut, mereka berkata, 'bagaimana mungkin kami akan berbicara dengan bayi yang masih dalam ayunan itu''30. Isa yang berada dalam gendongan ibunya mendengar pembicaraan kaumnya. Dia berkata, 'sesungguhnya aku adalah hamba Allah yang mahakasih. Dia akan memberiku sebuah kitab injil sesuai ketetapan-Nya, dan dia juga akan menjadikan aku seorang nabi untuk menyampaikan ajaran-ajaran-Nya kepada bani israil.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian sekumpulan penafsiran dari banyak ulama terkait makna dan arti surat Maryam ayat 29 (arab-latin dan artinya), moga-moga membawa manfaat bagi kita. Bantulah perjuangan kami dengan memberikan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.