Surat At-Tur Ayat 26

قَالُوٓا۟ إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِىٓ أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ

Arab-Latin: Qālū innā kunnā qablu fī ahlinā musyfiqīn

Artinya: Mereka berkata: "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab)".

« At-Tur 25At-Tur 27 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Mendalam Mengenai Surat At-Tur Ayat 26

Paragraf di atas merupakan Surat At-Tur Ayat 26 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai pelajaran mendalam dari ayat ini. Diketemukan berbagai penjabaran dari banyak mufassir berkaitan makna surat At-Tur ayat 26, antara lain sebagaimana di bawah ini:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

25-28. Para penghuni surga datang, sebagian bertanya kepada sebagian yang lain tentang kenikmatan besar yang mereka dapatkan dan sebabnya. Mereka berkata, “kami di dunia saat berada berada di tengah keluarga kami adalah orang-orang yang takut kepada Tuhan kami, takut kepada azabNya di Hari Kiamat. Lalu Allah memberi kami nikmat hidayah dan taufik, Allah menjaga kami dari azab beracun Neraka Jahanam, yakni api dan panasnya. Sesungguhnya kami sebelum ini beribadah dengan rendah hati kepada Allah semata tidak menyekutukanNya dengan apa pun, maka Allah menjaga kami dari azab neraka dan menyampaikan kami ke surga yang penuh kenikmatan ini. Allah menjawab doa kami dan memberi kami apa yang kami minta. Sesungguhnya Allah Mahabaik lagi Maha Penyayang di antara kebaikan Allah dan dan rahmatNYa kepada kami adalah Dia memberikan ridha dan surgaNya, serta menjaga kami dari murkaNya dan neraka.”


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

26. Mereka menjawab, “Sesungguhnya dulu kami di dunia di antara keluarga kami dalam keadaan ketakutan dari siksa Allah.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

26. قَالُوٓا۟ إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِىٓ أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (Mereka berkata: “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab)”)
Yakni merasa takut dari azab Allah, atau takut untuk bermaksiat kepada Allah.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

26. Mereka berkata: “Kami takut dengan azab Allah di akhirat”


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Mereka berkata,“Sesungguhnya kami dahulu, ketika berada di tengah-tengah keluarga kami, adalah orang yang takut} orang-orang yang takut dengan azab


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

26. “Mereka berkata,” menjelaskan penyebab yang membuat mereka sampai ke surga berupa berbagai pengalaman serta kesenangan, “sesungguhnya kami dahulu,” ketika berada di dunia, “sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab),” artinya, kami merasa takut sehingga kami meninggalkan berbagai dosa dan karena rasa takut itu kami memperbaiki aib-aib kami.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 21-28
Allah SWT memberitahukan tentang karunia, kemurahan, kelembutan, dan kebaikanNya kepada makhlukNya bahwa orang-orang mukmin itu apabila anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, maka anak cucu mereka itu akan diikutkan kepada mereka dalam kedudukan yang sama, sekalipun anak cucu mereka masih belum mencapai tingkatan amal mereka. Demikian itu agar hati dan pandangan para ayah merasa sejuk dengan berkumpulnya mereka bersama anak-anak mereka, sehingga mereka dapat bergabung bersama-sama dalam keadaan yang sebaik-baiknya dari segala sisi, yaitu Allah melenyapkan kekurangan dari amal dan menggantinya dengan amal yang sempurna, tanpa mengurangi amal dan kedudukan yang sempurna, mengingat adanya kesamaan di antara mereka.Oleh karena itu Allah berfirman: (Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Allah benar-benar mengangkat anak cucu orang mukmin menjadi sederajat dengannya, sekalipun amal mereka berada di bawahnya agar hatinya menjadi senang. Kemudian Ibnu Abbas membaca firmanNya: (Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka)
Firman Allah SWT: (Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya) Setelah memberitahukan tentang karunia yang telah dia berikan, yaitu derajat keturunan ditinggikan sampai mencapai derajat para bapak, tanpa amal kebaikan yang mengharuskannya. Maka Allah memberitahukan tentang keadilanNya, yaitu bahwa Dia tidak menghukum seseorang karena dosa orang lain. Jadi Allah SWT berfirman: (Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya) yaitu tergantung kepada amal perbuatannya sendiri, tidak menanggung dosa orang lain, baik bapak atau anaknya sendiri. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (38) kecuali golongan kanan (39) berada di dalam surga, mereka tanya-menanya (40) tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa (41)) (Surah Al-Muddatstsir)
Firman Allah: (Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka inginkan (22)) yaitu, Kami memberi mereka tambahan nikmat berupa buah-buahan dan daging dari segala jenis yang enak dan disukai.
Firman Allah: (Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas)) yaitu mereka saling memberi minuman khamr. Pendapat itu dikatakan Adh-Dhahhak. (yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa) Mereka tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak berguna setelah meminumnya, yakni tidak mengigau, tidak pula berdosa, berkata kotor sebagaimana yang dikatakan oleh para peminum khamr di dunia.
Ibnu Abbas berkata bahwa “al-laghwu” adalah kata-kata yang bathil, dan “At-Ta’tsim” adalah perkataan yang dusta.
Mujahid berkata bahwa mereka tidak saling mencaci dan berbuat dosa.
Qatadah berkata bahwa hal itu selalu disertai setan ketika di dunia, maka Allah SWT menyucikan khamr akhirat dari kekotoran khamr dunia dan penyakitnya sebagaimana yang telah disebutkan. Maka dibersihkan dari khamr akhirat kepala pusing, perut sakit, dan tertutupnya akal sehat. Allah SWT memberitahukan bahwa khamr akhirat tidak mendorong mereka untuk mengeluarkan kata-kata kotor, kata-kata yang tidak ada gunanya, dan keji. Allah SWT memberitahukan tentang kebaikan rupanya, keharuman aroma dan pengaruhnya. Jadi Allah SWT berfirman: ((Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum (46) Tidak ada dalam khamr itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya (47)) (Surah Ash-Shaffat) dan (mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk (19)) (Surah Al-Waqi'ah) Allah berfirman di sini: (Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa (23))
Firman Allah SWT: (Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan (24)) pemberitahuan tentang pelayan dan pembantu-pembantu mereka di surga, bahwa rupa mereka bagaikan mutiara tua dan tersimpan dalam hal keindahan, wibawa, kebersihan dan keindahan pakaian mereka. Sebagaimana Allah berfirman: (Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda (17) dengan membawa gelas, cerek dan gelas besar (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir (18)) (Surah Al-Waqi’ah)
Firman Allah SWT: (Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya (25)) yaitu, mereka saling berbicara dan bertanya tentang amal perbuatan dan keadaan mereka ketika di dunia. Hal ini sebagaimana percakapan para peminum kepada sebagian yang lain di dunia ini apabila minuman telah mempengaruhi mereka, (Mereka berkata, "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab)" (26)) yaitu kami dahulu di dunia ketika hidup di tengah-tengah keluarga kami selalu dicekam oleh rasa takut kepada Tuhan kami, takut terhadap siksa dan azabNya (Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka (27)) yaitu kemudian Allah memberikan karuniaNya kepada kami dan menyelamatkan kami dari apa yang kami takutkan (Sesungguhnya kami dahulu menyembahNya) yaitu kami tunduk memohon kepadaNya. Maka Dia memperkenankan bagi kami dan memberi kami apa yang kami minta (Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang)


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat At-Tur ayat 26: 25-28. Setelah Allah mensifatkan kenikmatan yang mereka hidup di dalam surga, Allah mengabarkan bahwa mereka (penghuninya) bertanya satu sama lain; Mereka berkata : Sungguh kami ketika berada di tengah-tengah keluarga kami, merasa takut dengan Allah, kami takut dari adzab dan hukuman-Nya; Sehingga Allah mempersilahkan kami dan membalas kami dengan adzab yang buruk yaitu neraka jahannam yang panas sangat apinya. Kemudian mereka berkata : Sesungguhnya kami sebelumnya hanyalah beribadah kepada Allah saja, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan kami memohon agar diselamatkan dari adzab neraka yang buruk. Sungguh Allah Maha Memiliki Kebaikan yang banyak dan Maha Lembut, Maha Kasih Sayang yang luas kasih sayang-Nya.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Menyebutkan keadaan mereka sewaktu di dunia sehingga mereka sampai ke tempat yang penuh kenikmatan itu.

Yakni oleh karena rasa takut kami kepada azab, maka kami tinggalkan dosa-dosa dan kami kerjakan perintah-perintah Allah Subhaanahu wa Ta'aala.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat At-Tur Ayat 26

Ketika para penghuni surga ditanya tentang sikap dan perbuatan apa yang membuat mereka mendapat ganjaran surga, dengan serentak mereka berkata, 'sesungguhnya kami di dunia dahulu, sewaktu kami masih berada di tengah-tengah keluarga, kami selalu merasa takut akan diazab di neraka, karena itu kami selalu melakukan kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah. 27. Sebagai rahmat dari dari Allah, maka Allah sesuai dengan janji-Nya memberikan karunia surga kepada kami dan senantiasa memelihara kami dari azab neraka yang tidak terkirakan pedihnya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikian beragam penjabaran dari banyak pakar tafsir terkait makna dan arti surat At-Tur ayat 26 (arab-latin dan artinya), semoga membawa faidah bagi kita. Dukung dakwah kami dengan mencantumkan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Bacaan Terbanyak Dibaca

Telaah ratusan halaman yang terbanyak dibaca, seperti surat/ayat: Al-Baqarah 255, Yusuf 87, Al-Kautsar 2, An-Nahl 97, Az-Zalzalah 7-8, Ali ‘Imran 173. Serta Tiga (3) Terakhir al-Baqarah, At-Taubah 103, Al-Baqarah 156, Luqman 12, At-Talaq 3, An-Nahl.

  1. Al-Baqarah 255
  2. Yusuf 87
  3. Al-Kautsar 2
  4. An-Nahl 97
  5. Az-Zalzalah 7-8
  6. Ali ‘Imran 173
  7. Tiga (3) Terakhir al-Baqarah
  8. At-Taubah 103
  9. Al-Baqarah 156
  10. Luqman 12
  11. At-Talaq 3
  12. An-Nahl

Pencarian: ad dukhan surat ke, ayat tentang syukur nikmat dan kufur nikmat, surah penyembuh penyakit, pangkal al baqarah, kutiba alaikum siyam

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.