Surat An-Naml Ayat 32
قَالَتْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَؤُا۟ أَفْتُونِى فِىٓ أَمْرِى مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّىٰ تَشْهَدُونِ
Arab-Latin: Qālat yā ayyuhal-mala`u aftụnī fī amrī, mā kuntu qāṭi'atan amran ḥattā tasy-hadụn
Artinya: Berkata dia (Balqis): "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Penting Mengenai Surat An-Naml Ayat 32
Paragraf di atas merupakan Surat An-Naml Ayat 32 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beberapa pelajaran penting dari ayat ini. Terdokumentasikan beberapa penafsiran dari beragam mufassir terhadap makna surat An-Naml ayat 32, misalnya sebagaimana termaktub:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Sang ratu berkata, “Wahai para pembesar, sampaikanlah kepadaku pendapat kalian dalam perkara ini. Aku tidaklah memutuskan dalam suatu perkara kecuali dengan kehadiran kalian dan pertimbangan dari kalian.”
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
32. Kemudian sang ratu mengulangi perkataannya dengan penuh penghormatan dalam bermusyawarah seraya menyatakan bahwa dia tidak akan mengambil keputusan sebelum mendapat pandangan dari para petinggi itu.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
32. Ratu itu berkata, "Wahai para pembesar dan pemuka kaumku! Berilah aku saran yang benar dalam urusanku ini, sebab aku tidak pernah memutuskan suatu persoalan hingga kalian berkumpul di majelisku dan memberiku saran dan pendapat kalian".
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
32. قَالَتْ يٰٓأَيُّهَا الْمَلَؤُا۟ أَفْتُونِى فِىٓ أَمْرِى (Berkata dia (Balqis): “Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku)
Yakni Hai para pemuka kaum, berikanlah aku pendapat dan jelaskanlah padaku keputusan yang benar dalam perkara ini serta berikanlah aku jawaban terbaik.
مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّىٰ تَشْهَدُونِ(aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku))
Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kalian duduk bersamaku untuk memberi pendapat.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
32. Bilqis menjawab: "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku ini, aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kalian berada dalam majelisku"
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{Dia berkata,“Wahai para pembesar, berilah aku nasehat dalam urusanku} jelaskanlah kepadaku terkait hal yang benar dalam perkara yang menimpaku ini {Aku tidak memutuskan suatu urusan} menentukan suatu keputusan {sampai kalian menyaksikan} kalian hadir
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
32-33 di antara hal yang menunjukkan ketegasan dan kematangan akal si ratu itu adalah ia segera mengumpulkan para tokoh kerajaannya dan para pembesar negaranya, lalu berkata,”hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini),” maksudnya, sampaikan kepadaku apa yang akan kita jawabkan kepadanya?! Apakah kita masuk saja pada kekuasaannya, kita tunduk, atau apa yang harus kita lakukan?! “aku tidak pernah memutuskan suatu persoalan sehingga kalian hadir dalam majelisku,” maksudnya, aku sekali-kali tidak bersikap dictator dalam suatu perkara tanpa melibatkan pendapat dan musyawarah kalian. “mereka menjawab, ’kita adalah orang-orang yang memilki kekuatan dan (juga) memiilki keberanian yang sangat,” maksudnya, kalau engkau menolak perkataannya dan engkau tidak mau tunduk kepadanya, maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang kuat dalam peperangan. Nampaknya mereka lebih condong pada pendapat yang terakhir ini yang kalau saja terjadi, maka ia akan menjadi kebinasaan mereka. Akan tetapi mereka juga tidak terlalu mantap padanya, maka mereka mengatakan, ”dan keputusan berada ditanganmu,” maksudnya, keputusannya adalah keputusanmu. Hal ini disebabkan mereka tahu kecerdasan akalnya, ketegasannya dan ketulusannya kepada mereka. “maka pertimbangkanlah,” dengan pertimbangan akal dan pikiran, “apa yang akan kamu perintahkan,”
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 32-35
Setelah Balqis membacakan surat nabi Sulaiman, maka dia meminta saran dari mereka tentang apa yang harus ia lakukan. Oleh karena itu dia berkata: (Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku))
yaitu sampai kalian hadir dan mengemukakan saran (Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan)") Mereka menyebutkan kepada ratunya tentang jumlah, peralatan, dan kekuatan mereka, kemudian menyerahkan keputusan mereka kepadanya setelah menjelaskan hal itu, seraya berkata: (dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan) yaitu tidak ada hambatan bagi kami dan keberatan jika engkau berniat akan memeranginya. Setelah itu segala sesuatu kami serahkan kepada pendapatmu, kami akan mengerjakan dan menaatinya.
Hasan Al-Bashri berkata bahwa mereka menyerahkan keputusan mereka kepada ratu mereka. Setelah mereka mengemukakan pendapatnya kepadanya, dan ratu mereka lebih luas wawasannya daripada mereka dan lebih mengetahui tentang nabi Sulaiman, bahwa nabi Sulaiman adalah seorang raja yang mempunyai tentara yang sangat banyak, dan tunduk kepadanya kalangan jin, manusia, dan semua burung. Ia menyaksikan melalui surat yang diantarkan burung hud-hud perkara yang sangat menakjubkan dan aneh. Oleh karena itu ia berkata kepada mereka,"Sesungguhnya aku khawatir akan mengalami kekalahan jika memerangi dan menentangnya, lalu dia mengincar kita dengan tentaranya, lalu membinasakannya bersama tentaranya, sehingga dia kebinasaan dan darah akan menimpa aku dan kalian, bukan orang lain" Oleh karena itu dia berkata: (Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya) Ibnu Abbas berkata, yaitu apabila raja-raja memasuki suatu negeri dengan paksa, maka mereka akan merusaknya, yaitu memeranginya (dan menjadikan hina penduduknya yang mulia), yaitu mereka menginginkan apa yang ada padanya berupa wilayah dan tentara, lalu mereka menghinakannya dengan sehina-hinanya, baik dengan dibunuh ataupun dijadikan tawanan.
Ibnu Abbas berkata bahwa Balqis berkata: (Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan hina penduduknya yang mulia) kemudian Allah SWT berfirman: (dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat)
Kemudian Balqis mengambil keputusan untuk cenderung kepada perdamaian, gencatan senjata, dan diplomasi. Lalu dia berkata: (Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu (35)) yaitu aku akan mengirimkan hadiah yang layak untuk raja seperti dia. Dan aku akan menunggu jawabannya setelah itu, barangkali dia menerima hal itu dan membiarkan kita, atau dia akan menetapkan upeti atas kita yang kita memberikat kepadanya setiap tahun, sebagai pegangan untuk kita terhadapnya dan dia membiarkan dan tidak memerangi kita.
Qatadah berkata,”Betapa alangkah cerdiknya dia di masa dia Islam dan masih musyrik. dia mengetahui bahwa hadiah itu dapat melunakkan hati orang.
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat An-Naml ayat 32: Raja tersebut berkata kepada seorang pembesar dan laki-laki yang paling mulia di negerinya : Wahai kaum, isyaratkan kepadaku dan kabarkan kepadaku apa yang harus aku perbuat atas urusan ini dan tidaklah aku termasuk orang yang keras kepada dalam berpendapat dan tidak juga lamban dalam urusan, sampai-sampai aku mengambil pendapat kalian dan isyarat dari kalian (saat ini).
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Yakni apakah kita harus tunduk dan taat kepadanya atau apa yang kita lakukan?
Yakni tidak memutuskan sendiri atau sewenang-wenang.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat An-Naml Ayat 32
Mengingat penting dan seriusnya persoalan ini, dia, balqis, berkata kepada para pembesar itu, untuk meminta pertimbangan, 'wahai para pembesar! berilah aku pertimbangan dari kalian dalam perkaraku ini. Apa yang harus aku perbuat' walaupun aku sebagai pemimpin tunggal bagi kamu, aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis-ku untuk bermusyawarah bagaimana sebaiknya menyikapi surat sulaiman ini. "33. Mendengar permintaan ratu balqis, mereka, para pemuka itu, menjawab sebagai bentuk loyalitas mereka yang tinggi terhadap sang ratu, 'baginda ratu! 'kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa untuk berperang, tetapi meskipun demikian, keputusan terakhir berada di tanganmu, wahai paduka yang mulia! maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan. ' kami akan turuti apa yang engkau perintahkan kepada kami. ".
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah beraneka penjelasan dari kalangan pakar tafsir berkaitan makna dan arti surat An-Naml ayat 32 (arab-latin dan artinya), moga-moga berfaidah bagi kita. Bantu kemajuan kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.