Surat An-Nur Ayat 36
فِى بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا ٱسْمُهُۥ يُسَبِّحُ لَهُۥ فِيهَا بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْءَاصَالِ
Arab-Latin: Fī buyụtin ażinallāhu an turfa'a wa yużkara fīhasmuhụ yusabbiḥu lahụ fīhā bil-guduwwi wal-āṣāl
Artinya: Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Hikmah Berharga Berkaitan Dengan Surat An-Nur Ayat 36
Paragraf di atas merupakan Surat An-Nur Ayat 36 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai hikmah berharga dari ayat ini. Terdokumentasikan pelbagai penafsiran dari para pakar tafsir terhadap makna surat An-Nur ayat 36, di antaranya sebagaimana terlampir:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Cahaya yang terang itu adalah di masjid-masjid, yang Allah memerintahkan untuk ditinggikan urusan tentangnya dan bangunannya, di mana di dalamnya namaNya disebut-sebut dengan membaca al-Qur’an, tasbih, tahlil dan jenis-jenis dzikir lainnya. Orang-orang mengerjakan shalat di dalamnya karena Allah di waktu pagi dan sore hari.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
36. Cahaya ini bersinar di masjid-masjid. Allah memerintahkan agar mengagungkan bangunan, penjagaan, dan pemakmurannya bagi orang-orang yang shalat; di dalamnya disebutkan nama Allah dengan azan, bacaan al-Qur’an, dan zikir-zikir berupa tasbih dan tahmid pada pagi dan sore hari yang memenuhi timbangan amal.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
36. Lampu penerang tersebut dinyalakan dalam masjid-masjid yang Allah perintahkan untuk diagungkan kemuliaan dan bangunannya, dan disebut nama-Nya di dalamnya dengan azan, zikir dan salat, serta (laki-laki yang tidak lalai) mendirikan salat di dalamnya demi meraih rida Allah pada waktu pagi dan petang hari.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
36. فِى بُيُوتٍ (di masjid-masjid)
Yakni lentera-lentera tersebut di dalam masjid-masjid.
أَذِنَ اللهُ أَن تُرْفَعَ(Allah telah memerintahkan untuk dimuliakan)
Yakni dibangun dengan tinggi dan megah, serta dimuliakan dan disucikan dari segala najis dan kotoran.
وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُۥ(dan disebut nama-Nya di dalamnya)
Yakni dengan azan, tasbih, dan zikir lainnya; masjid-masjid adalah bangunan terbaik di bumi.
يُسَبِّحُ لَهُۥ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ(Bertasbih kepada Allah pada waktu pagi dan waktu petang)
Yakni di awal-awal dan akhir-akhir siang.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
36. Allah memerintahkan dan mewajibkan supaya masjid-masjid dibangun dan diagungkan dengan mengagungkanNya, disucikan dari kotoran-kotoran, supaya namaNya diulang-ulang di dalamnya dengan mengumandangkan adzan, bertasbih, berdzikir, bershalawat, dan membaca Al-Qur’an, dan supaya di dalalmnya manusia shalat kepada Allah, mensucikanNya di permulaan dan di akhir siang
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahayaNya seperti sebuah lubang yang tidak tembus} seperti lubang pada dinding yang tidak bisa ditembus {yang di dalamnya ada pelita} pelita {Pelita itu di dalam tabung kaca. Tabung kaca itu bagaikan bintang (yang berkilau seperti) mutiara} berkilau seperti mutiara karena kemurian dan keindahannya {yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun} pelita itu menghasilkan cahayanya dari minyak pohon yang diberkahi yaitu pohon zaitun {yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat} tidak di bagian timur sehingga tidak terkena sinar matahari ketika terbenam, dan tidak pula di barat sehingga tidak terkena sinar matahari ketika terbit, namun pohon itu tumbuh di tengah-tengaah sehingga terkena matahari sepanjang siang, sehingga minyaknya murni dan berkilau {yang minyaknya hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah memberi petunjuk menuju cahayaNya kepada orang yang Dia kehendaki. Dan Allah membuat} menjelaskan {perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
36 maksudnya peribadahan karena Allah dilakukan “di masjid-masjid,” yang agung dan penuh keutamaan, ia adalah tempat yang paling Allah cintai, yaitu masjid-masjid “yang telah Allah perintahkan,” maksudnya Allah menyuruh dan memerintahkan “untuk dimuliakan dan disebut namaNYa di dalamnya,” dua hal ini merupakan himpunan hukum-hukum masjid. Termasuk tindakan memuliakannya adalah, membangunnya, menyapunya, membersihkannya dari segala najis dan kotoran, menjaganya dari orang-orang gila, anak-anak yang tidak bisa memelihara diri dari najis, dan dari orang kafir, serta harus dijaga drai perkara-perkara yang melalaikan, dan teriakan suara selain dzikir kepada Allah, “disebut namaNya didalamnya,” termasuk dalam maknanya adalah seluruh shalat, baik yang wajib ataupun yang Sunnah, membaca al-qur’an, bertasbih, tahlil, dan macam-macam dzikir yang lain, mempelajari ilmu dan mengajarkannya, saling mendiskusikan ilmu, I’tikaf, dan ibadah-ibadah yang lain yang dilakukan dimasjid. Karenanya, memakmurkan masjid itu ada dua macam; memakmurkan bangunan dan pemeliharaannya secara fisik, dan menyemarakkannya dengan cara berdzikir kepada Allah yaitu dengan cara shalat dan yang lain. Yang terakhir inilah yang paling baik diantara keduanya. Oleh sebab itu, telah disyariatkan shalat lima waktu dan shalat jum’at di masjid, secara wajib menurut pendapat mayoritas para ulama, dan Sunnah menurut ulama yang lainnya.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 36-38
Setelah membuat perumpmaan tentang hati orang mukmin dan tentang petunjuk dan ilmu yang terkandung di dalamnya seperti lampu yang ada di dalam kaca yang jernih yang bahan bakarnya adalah minyak yang baik yang seperti lentera besar, Allah menyebutkan tentang tempatnya, yaitu masjid-masjid, yang merupakan hal yang paling disukai Allah dari bumi. Masjid-masjid itu merupakan rumah-rumah Allah yang di dalamnya Dia disembah dan diesakan. Jadi Allah SWT berfirman: (Di dalam masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan) yaitu Allah SWT telah memerintahkan untuk merawat dan membersihkannya dari kotoran, ucapan dan perbuatan yang tidak layak bagi kesuciannya. Sebagaimana yang diriwayatkan Ali bin Abu Thalhah dari Ibnu Abbas tentang ayat ini: (Di dalam masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan) dia berkata,”Allah melarang percakapan yang tidak ada gunanya di dalamnya”
Qatadah berkata bahwa yang dimaksud adalah masjid-masjid yang Allah SWT memerintahkan untuk membangun, meramaikan, memuliakan, dan menyucikannya.
Firman Allah SWT: (dan disebut nama-Nya di dalamnya) yaitu nama-nama Allah, sebagaimana firmanNya (Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid) (Surah Al-A'raf: 31) dan (Dan (katakanlah), "Luruskanlah muka (diri) kalian di setiap salat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kalian kepada-Nya) (Surah Al-A'raf: 29) serta (Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, janganlah menyembah apa pun bersamaan dengan (menyembah) Allah (18)) (Surah Al-Jin) Firman Allah SWT: (dan disebut namaNya di dalamnya) Ibnu Abbas berkata bahwa maknannya adalah di dalamnya kitabnya dibaca
Firman Allah SWT: (bertasbih kepada Allah di dalam masjid-masjid itu, pada waktu pagi dan waktu petang) yaitu di waktu-waktu pagi dan petang. “Al-Ashal” adalah bentuk jamak dari “Al-ashil” yang maknanya penghujung siang.
Sa'id bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tasbih dalam Al-Qur'an adalah shalat.
Sebagian ulama qiraah membacanya “yusabbahu lahu fiha bil ghuduwwi wal ashal” dengan difathah huruf ba’nya, dari “yusabbihu” yang mabni terhadap kata yang bukan fa’ilnya, dan diwaqaf pada firmanNya, (Wal-ashal) dengan waqaf tam. Dan diawali lagi dengan firmanNya (laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah) seakan-akan menjadi tafsir dari fa'il yang dibuang, sebagaimana perkataan penyair:
“Kupenuhi seruanmu, wahai Yazid yang berani terhadap menghadapi sengketa dari keadaan zaman”
Seakan-akan dikatakan, "Siapakah yang membuatnya menangis?" dijawab, "Ini yang membuatnya menangis." Dan seakan-akan dikatakan, "Siapakah yang bertasbih kepada Allah di dalamnya?" Maka dijawab, "Laki-laki". Adapun bacaan ulama’ yang membacanya (“yusabbihu”) dengan dikasrah huruf ba’nya maka menjadikannya sebagai fi'il dan fa'ilnya adalah (rijalun) maka itu tidak mewaqafkannya melainkan hanya pada fa'ilnya, karena fa'il' merupakan kesempurnaan kalimat yang sebelumnya. Maka firmanNya (rijalun) mengandung makna mengisyaratkan kepada tugas mereka yang luhur, niat dan tekadnya yang tinggi yang dengan itu mereka menjadi orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid yang merupakan rumah-rumah Allah di bumiNya, sebagai tempat untuk beribadah kepadaNya, bersyukur kepadaNya, mengesakan dan menyucikanNya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah) (Surah Al-Ahzab: 23) Adapun para wanita, maka shalat mereka di dalam rumah mereka lebih utama bagi mereka, karena berdasarkan apa yang diriwayatkan Imam Abu Dawud dari Abdullah bin Mas'ud dari Nabi SAW bersabda:”Shalat wanita di dalam rumahnya lebih utama daripada shalatnya di dalam ruang tamunya, dan shalatnya di dalam kamarnya lebih utama daripada shalatnya di dalam rumahnya.
Firman Allah SWT: (laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah) sebagaimana Allah SWT: (Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu membuatmu lalai dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi (9)) (Surah Al-Munafiqun) dan (Wahai orang-orang yang beriman, apabila (seruan) untuk melaksanakan salat pada hari Jumat telah dikumandangkan, segeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli (9)) (Surah Al-Jumu'ah). Allah SWT berfirman bahwa dunia, kegemerlapannya, perhiasannya, dan kesenangan jual beli tidak dapat menyibukkan mereka dari mengingat Tuhan mereka yang merupakan Pencipta dan Pemberi rezeki mereka. Mereka mengetahui bahwa pahala yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada apa yang ada pada mereka, karena apa yang ada pada mereka pasti habis, sedangkan pahala yang ada di sisi Allah kekal. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat) yaitu mereka lebih mendahulukan ketaatan kepada Allah, perintah Allah dan apa yang Dia sukai:
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah) yaitu dari mengerjakan shalat fardhu.
As-Suddi berkata yaitu dari mengerjakan shalat jamaah.
Muqatil bin Hayyan berkata, tidak melalaikan mereka dari shalat jamaah dan mendirikannya sebagaimana yang diperintahkan Allah, dan mereka menjaga waktu shalat dan apa yang diperintahkan oleh Allah untuk menjaganya.
Firman Allah: (Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang) yaitu hari kiamat, yang di hari itu semua hati dan penglihatan guncang karena kedahsyatan yang besar dan kengeriannya. sebagaimana firmanNya: (Dan berilah mereka peringatan akan hari yang semakin dekat (hari Kiamat, yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan karena menahan kesedihan) (Surah Ghafir: 18)
Firman Allah (Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak) (Surah Ibrahim: 42) dan firman Allah SWT di sini (supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik daripada yang telah mereka kerjakan) yaitu
mereka termasuk orang-orang yang diterima kebaikannya dan dimaafkan keburukan mereka.
Firman Allah: (dan supaya Allah menambah karuniaNya kepada mereka) yaitu, Allah menerima dengan baik kebaikan mereka dan melipatgandakan pahalanya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya Allah tidak akan menzalimi (seseorang) walaupun sebesar zarah. Jika (sesuatu yang sebesar zarah) itu berupa kebaikan, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya. Ayat ini memerintahkan agar orang suka berbuat baik (40)) (Surah An-Nisa’). Dan Allah berfirman di sini: (Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa batas)
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Surat An-Nur ayat 36: Oleh karena cahaya iman dan Al Qur’an sebabnya paling sering muncul di masjid, maka Allah menyebutkan masjid itu sambil meninggikannya.
Masjid adalah tempat yang paling dicintai Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« أَحَبُّ الْبِلاَدِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلاَدِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا » .
“Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar.” (HR. Muslim)
Kedua hal ini “meninggikan dan menyebut nama Allah” adalah keseluruhan hukum-hukum masjid. Termasuk ke dalam meninggikannya adalah membangunnya, menyapunya, membersihkannya dari kotoran dan najis, serta menjaganya dari orang gila dan anak-anak yang biasa tidak menjaga dirinya dari najis (namun hadits yang memerintahkan menjauhkan orang gila dan anak kecil dari masjid adalah dha’if), demikian juga menjaganya dari orang kafir dan dari membuat kegaduhan di dalamnya serta mengeraskan suara selain dzikrullah. Termasuk ke dalam menyebut nama Allah adalah semua shalat, yang fardhu maupun yang sunat, membaca Al Qur’an, berdzikr, mendalami ilmu dan mengajarkannya, mudzaakarah (mengingat-ingat pelajaran) di sana, i’tikaf dan ibadah lainnya yang dilakukan di masjid. Oleh karena itu, memakmurkan masjid terbagi dua; memakmurkan dalam arti membangunkannya dan memeliharanya, dan memakmurkannya dengan dzikrullah, seperti shalat dan lain-lain. Yang kedua lebih utama, bahkan sebagai tujuannya. Oleh karenanya menurut sebagian ulama wajib shalat yang lima waktu dan shalat Jum’at di masjid (tidak di selain masjid), sedangkan menurut yang lain hanya sunat saja.
Faedah:
Sebagaimana dijelaskan, bahwa membangun masjid termasuk ke dalam makna ‘memakmurkan masjid’, maka dari itu pahala orang yang membangunnya begitu besar, Allah berjanji akan membangunkan rumah untuknya di surga sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Masjid memiliki peranan penting dalam membina umat dan masyarakat dan merupakan bangunan yang diberkahi, dari masjidlah kebaikan muncul dan tersebar. Oleh karena itulah, saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hijrah ke Madinah, maka bangunan yang pertama kali Beliau bangun adalah masjid. Di masjid itulah, Beliau mendidik umat, mengajarkan kepada mereka aqidah yang benar, ibadah yang benar, akhlak yang benar dan bermu'amalah yang benar sehingga para sahabat Beliau menjadi umat yang terbaik. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…dst." (Terj. Ali Imran: 110)
Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala memuji orang-orang yang memakmurkannya dengan ibadah.
Yang bertasbih ialah laki-laki yang tersebut pada ayat 37 berikut.
Disebutkan kedua waktu ini secara khusus karena keutamaannya dan karena longgar dan mudahnya beribadah dilakukan di waktu itu. Oleh karena itu, disyariatkan dzikr pagi dan petang, yang di antaranya adalah mengucapkan subhaanallahi wa bihamdih sebanyak 100 kali. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِى سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ . لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلاَّ أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ » .
“Barang siapa yang berkata di waktu pagi dan sore hari, “Subhaanallahi wa bihamdih.” Sebanyak 100 kali, maka tidak ada seorang pun pada hari kiamat yang datang membawa amalan yang lebih utama daripada apa yang dia bawa kecuali seorang yang mengucapkan sebanyak itu atau lebih.” (Muslim)
Arti Subhaanallah bihamdih adalah aku menyucikan Allah dari semua kekurangan dan memuji-Nya dengan semua kesempurnaan.
Ada pula yang menafsirkan tasbih di sini dengan shalat. Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, “Semua tasbih dalam Al Qur’an adalah shalat.”
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat An-Nur Ayat 36
Cahaya itu Allah pancarkan di langit dan bumi, seperti disebutkan dalam ayat sebelumnya. Namun, tidak semua orang dapat meraih cahaya itu. Cahaya itu di rumah-rumah ibadah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya; di sana bertasbih-lah orang-orang yang menyucikan nama-Nya melalui berbagai ibadah, seperti azan, salat, dan tilawah Al-Qur'an, pada waktu pagi dan petang, 37. Mereka yang bertasbih itu adalah orang-orang yang hatinya tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, betapa pun besar dan penting usaha mereka; dan tidak pula lalai dari melaksanakan salat dengan baik, benar, serta konsisten, dan demikian pula menunaikan zakat secara sempurna. Mereka takut kepada hari ketika pada hari itu hati bergoncang antara harap dan cemas, dan penglihatan menjadi gelap akibat kecemasan dan ketakutan yang amat besar terkait tempat kembali yang belum diketahuinya, antara surga atau neraka. Itulah hari kiamat. 37. Mereka yang bertasbih itu adalah orang-orang yang hatinya tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, betapa pun besar dan penting usaha mereka; dan tidak pula lalai dari melaksanakan salat dengan baik, benar, serta konsisten, dan demikian pula menunaikan zakat secara sempurna. Mereka takut kepada hari ketika pada hari itu hati bergoncang antara harap dan cemas, dan penglihatan menjadi gelap akibat kecemasan dan ketakutan yang amat besar terkait tempat kembali yang belum diketahuinya, antara surga atau neraka. Itulah hari kiamat.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah beraneka penafsiran dari para ahli tafsir terkait kandungan dan arti surat An-Nur ayat 36 (arab-latin dan artinya), moga-moga bermanfaat bagi ummat. Dukung usaha kami dengan memberikan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.