Ayat-ayat Pilihan

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا ٱلْقِبْلَةَ ٱلَّتِى كُنتَ عَلَيْهَآ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَٰنَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Arab-Latin: wa każālika ja'alnākum ummataw wasaṭal litakụnụ syuhadā`a 'alan-nāsi wa yakụnar-rasụlu 'alaikum syahīdā, wa mā ja'alnal-qiblatallatī kunta 'alaihā illā lina'lama may yattabi'ur-rasụla mim may yangqalibu 'alā 'aqibaīh, wa ing kānat lakabīratan illā 'alallażīna hadallāh, wa mā kānallāhu liyuḍī'a īmānakum, innallāha bin-nāsi lara`ụfur raḥīm

Artinya: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

وَإِنَّهُمْ عِندَنَا لَمِنَ ٱلْمُصْطَفَيْنَ ٱلْأَخْيَارِ

Arab-Latin: wa innahum 'indanā laminal-muṣṭafainal-akhyār

Artinya: Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Menarik Tentang Ayat-ayat Pilihan

Diketemukan bermacam penjelasan dari beragam ulama berkaitan kandungan ayat-ayat pilihan, di antaranya sebagaimana terlampir:

46-47 Sesungguhnya Kami mengistimewakan mereka dengan keistimewaan besar, dimana Kami menjadikan alam akhirat terpatri dalam hati mereka, sehingga mereka beramal untuknya dengan menaati Kami, mengajak manusia kepadanya dan mengingatkan mereka tentangnya. Sesungguhnya mereka di sisi Kami termasuk orang-orang yang Kami pilih untuk menjadi pengemban risalah Kami, dan Kami memilih mereka untuk menaati Kami. (Tafsir al-Muyassar)

Sesungguhnya mereka di sisi Kami termasuk hamba-hamba yang Kami pilih untuk menaati Kami dan beribadah kepada Kami. Kami memilih mereka untuk mengemban risalah Kami dan menyampaikannya kepada manusia. (Tafsir al-Mukhtashar)

Dan sungguh, di sisi Kami mereka merupakan orang-orang pilihan dari golongan para nabi yang bernasab mulia untuk para keturunan mereka, yang banyak melakukan kebaikan. (Tafsir al-Wajiz)

وَإِنَّهُمْ عِندَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْأَخْيَارِ (Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik) Yakni mereka adalah orang-orang pilihan dari keturunan orang-orang yang terbaik. (Zubdatut Tafsir)

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ ۗ مَا كَانَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Arab-Latin: wa rabbuka yakhluqu mā yasyā`u wa yakhtār, mā kāna lahumul-khiyarah, sub-ḥānallāhi wa ta'ālā 'ammā yusyrikụn

Artinya: Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).

Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki untuk diciptakanNya dan memilih makhluk yang dikendakiNya untuk menjadi waliNya. Ketetapan menentukan perintah dan pilihan bukanlah menjadi hak seseorang pun. Namun, hal itu hanya menjadi milik Allah. Allah Mahatinggi lagi suci dari kesyirikan mereka. (Tafsir al-Muyassar)

Dan Rabbmu -wahai Rasul- menciptakan apa yang Dia kehendaki untuk diciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki untuk menaati-Nya dan memilih Nabi-Nabi-Nya, sementara orang-orang musyrik tidak mempunyai pilihan hingga mereka dihadapkan kepada Allah. Allah Mahabersih dan Mahasuci dari sekutu-sekutu yang mereka sembah bersama-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Dan Tuhanmu menciptakan sesuatu yang dikehendaki untuk diciptakan dan menentukan sesuatu yang dikehendaki untuk ditentukan (Dalam hal ini adalah penegasan bahwa kebebasan menciptakan dan menentukan itu milik Allah SWT) Penentuan itu tidak dengan menyeleksi sebagian sesuatu dan menyisakan sisanya kepada seorang ciptaan, melainkan dikembalikan kepada Allah SWT. Maha Suci Allah dari pertentangan seseorang tentang ketentuanNya dan Maha Agung serta Maha Suci dari perbuatan syirik mereka. Maksudnya penentuan seorang rasul itu tidak diwakilkan kepada mereka sehingga mereka bisa memilih orang-orang kaya (Tafsir al-Wajiz)

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ(Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki) Yakni apa yang Allah kehendaki untuk Dia ciptakan. وَيَخْتَارُ ۗ( dan memilihnya) Dan memilih siapa yang Allah kehendaki. مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ ۚ( Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka) Namun pilihan itu berada di tangan Allah. Terdapat pendapat mengatakan bahwa ayat ini adalah jawaban atas perkataan mereka: لولا نزل هذا القرآن على رجل من القريتين عظيم "Mengapa Al Quran ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?" (Az-Zukhruf:31) Dan pendapat lain mengatakan bahwa ayat ini adalah jawaban atas orang-orang Yahudi yang berkata: “seandainya malaikat yang diutus kepada Muhammad itu bukan Jibril niscaya kami akan beriman kepadanya.” Yakni Allah menciptakan mereka sesuai dengan bentuk yang Allah kehendaki, dan bukan sesuai kehendak mereka; kemudian Allah memilih dari mereka seorang rasul yang Dia kehendaki pula. سُبْحٰنَ اللهِ (Maha Suci Allah) Maha Suci Allah dari orang yang menyaingi atau bersekutu dengan-Nya. وَتَعٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ (dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan) Yakni dari apa yang mereka jadikan sekutu bagi-Nya, atau dari kemusyrikan mereka. (Zubdatut Tafsir)

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

Arab-Latin: zuyyina lin-nāsi ḥubbusy-syahawāti minan-nisā`i wal-banīna wal-qanaṭīril-muqanṭarati minaż-żahabi wal-fiḍḍati wal-khailil-musawwamati wal-an'āmi wal-ḥarṡ, żālika matā'ul-ḥayātid-dun-yā, wallāhu 'indahụ ḥusnul-ma`āb

Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Dijadikan indah bagi manusia untuk mencintai apa saja yang mereka sukai, berupa wanita, anak-anak, kekayaan yang melimpah seperi emas, perak dan kuda-kuda yang baik, dan binatang-binatang ternak semisal unta,sapi dan kambing, serta tanah yang di jadikan untuk bercocok tanam dan berladang. Semua itu adalah pesona kehidupan dunia dan perhiasannya yang akan sirna. Dan Allah di sisiNYA terdapat tempat kembali dan pahala yang baik, yaitu surga. (Tafsir al-Muyassar)

Allah -Ta'ālā- menyampaikan bahwasanya Dia telah menghiasi hidup manusia -sebagai ujian bagi mereka- dengan kecintaan pada kesenangan-kesenangan duniawi, seperti wanita, anak laki-laki, harta yang banyak dan berlimpah berupa emas dan perak, kuda yang bertanda lagi bagus, binatang ternak berupa unta, sapi dan kambing, dan pertanian. Itu adalah kesenangan hidup di dunia yang bisa dinikmati dalam jangka waktu tertentu kemudian hilang. Maka tidak sepatutnya seorang mukmin menggantungkan hidupnya pada kesenangan tersebut. Hanya Allah saja yang memiliki tempat kembali yang baik, yaitu surga yang luasnya seluas langit dan bumi. (Tafsir al-Mukhtashar)

Syahwat yang menyenangkan hati itu dibuat menjadi sesuatu yang dicintai oleh manusia, yaitu wanita yang untuk dinikmati dan membuat keturunan, anak laki-laki, harta melimpah yang telah terkumpul atau berlipat-lipat mencapai jumlah yang sangat banyak berupa emas, perak, kuda dari keturunan yang baik dan istimewa yang memiliki beberapa tanda, hewan-hewan ternak (unta, sapi, dan kambing) dan hasil pertanian. Semua yang disebutkan itu adalah sesuatu yang hanya dinikmati di dunia, kemudian menghilang. Dan di sisi Allah itu tempat kembali yang lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (Tafsir al-Wajiz)

زُيِّنَ لِلنَّاسِ (Dijadikan indah pada (pandangan) manusia ) Yakni Allah menghiasai hal-hal ini dihadapan pandangan manusia. حُبُّ الشَّهَوٰتِ ( kecintaan kepada apa-apa yang diingini) Yakni hal-hal yang yang menyenangkan hati yang didalamnya terdapat kenikmatan. مِنَ النِّسَآءِ ( wanita-wanita) Allah memulai dengan wanita-wanita karena besarnya kerinduan jiwa kepada mereka. وَالْبَنِينَ ( anak-anak) Dan Allah mengkhususkan penyebutan anak laki-laki tanpa menyebutkan anak perempuan karena tidak semua orang menyukai anak perempuan. وَالْقَنٰطِيرِ (harta yang banyak ) kata jamak dari (القنطار) yakni ukuran seratus Rathl Rathl (sekitar 3,81 kg menurut madzhab Syafi’i). dan pendapat lain mengatakan ini adalah sebutan bagi harta yang banyak. الْمُقَنطَرَةِ (yang melimpah ruah) Yakni yang berlipat ganda. وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ (dan kuda pilihan ) Yakni kuda gembalaan yang digembala di padang rumput. Dan pendapat lain mengatakan yakni kuda yang diberi tanda dengan tanda yang membedakannya dengan yang lain karena kualitas, kemurnian, dan kebagusan sifat-sifatnya. وَالْأَنْعٰمِ ( binatang-binatang ternak) Yakni unta, sapi, dan kambing. وَالْحَرْثِ ۗ ( dan sawah ladang) Yakni ladang dan apa yang ada didalamnya seperti tanah, pohon-pohon, dan tanaman. ذٰلِكَ مَتٰعُ الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا ۖ ( Itulah kesenangan hidup di dunia) Yakni hal-hal yang telah disebutkan tersebut adalah dari apa yang dinikmati di kehidupan ini yang kemudian akan pergi tak tersisa. وَاللهُ عِندَهُۥ حُسْنُ الْمَـَٔابِ(dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik ) Yakni tempat kembali yang baik bagi orang-orang mukmin berupa surga dan apa yang ada didalamnya. (Zubdatut Tafsir)

وَٱذْكُرْ إِسْمَٰعِيلَ وَٱلْيَسَعَ وَذَا ٱلْكِفْلِ ۖ وَكُلٌّ مِّنَ ٱلْأَخْيَارِ

Arab-Latin: ważkur ismā'īla walyasa'a wa żal-kifl, wa kullum minal-akhyār

Artinya: Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa' dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.

Ingatlah pula (wahai rasul) hamba-hamba Kami ismail, al-yasa , dan dzulkifli dengan sebutan yang baik. Sesungguhnya mereka semuanya terrmasuk orang-orang pilihan yang Allah pilih dari makhluk-mahklukNya, dan Allah memilih keadaan dan sifat yang paling sempurna untuk mereka. (Tafsir al-Muyassar)

Ingatlah -wahai Nabi- Ismail bin Ibrahim, Al-Yasa' dan Żulkifli. Sanjunglah mereka dengan sanjungan terbaik, karena mereka memang laik mendapatkannya. Mereka semuanya termasuk orang-orang terpilih di sisi Allah. (Tafsir al-Mukhtashar)

Dan ingatlah wahai, Isma’il bin Ibrahim yang menjadi moyang Arab, Ilyasa’ bin Akhthub, Dzulkifl bin Am’ Ilyasa’, mereka adalah para Nabi dari golongan Bani Israil, mereka adalah pilihan, Allah memilih mereka karena mereka banyak menanggung beban dalam berdakwah di jalan Allah (Tafsir al-Wajiz)

وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ ۖ (Ilyasa’ dan Zulkifli) Pembahasan tentang Ilyasa telah disebutkan pada surat al-An’am: 86, sedangkan pembahasan tentang Zulkifli telah disebutkan pada surat al-Anbiya’: 85. (Zubdatut Tafsir)

وَٱصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِى

Arab-Latin: waṣṭana'tuka linafsī

Artinya: dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.

Dan Aku telah menganugrahkan kepadamu (wahai Musa), nikmat-nikmat ini sebagai pilihan dariKu terhadap dirimu dan sebagai pilihan untuk mengemban risalahKu dan menyampaikan ajaran dariKu, serta melaksanakan perintah dan laranganKu. (Tafsir al-Muyassar)

Dan Aku telah memilihmu menjadi seorang Rasul-Ku, untuk menyampaikan kepada manusia apa yang Aku wahyukan kepadamu. (Tafsir al-Mukhtashar)

Dan Aku jadikan dirimu sebagai seorang yang terpilih untuk menanggung dan menyampaikan risalahku kepada manusia. (Tafsir al-Wajiz)

وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِى (dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku) Yakni Aku memilihmu untuk menegakkan hujjah dan Aku menjadikanmu perantara antara Aku dan hamba-hamba-Ku. (Zubdatut Tafsir)

لَا يُؤَاخِذُكُمُ ٱللَّهُ بِٱللَّغْوِ فِىٓ أَيْمَٰنِكُمْ وَلَٰكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ ٱلْأَيْمَٰنَ ۖ فَكَفَّٰرَتُهُۥٓ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَٰكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ ۖ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَٰثَةِ أَيَّامٍ ۚ ذَٰلِكَ كَفَّٰرَةُ أَيْمَٰنِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ ۚ وَٱحْفَظُوٓا۟ أَيْمَٰنَكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Arab-Latin: lā yu`ākhiżukumullāhu bil-lagwi fī aimānikum wa lākiy yu`ākhiżukum bimā 'aqqattumul-aimān, fa kaffāratuhū iṭ'āmu 'asyarati masākīna min ausaṭi mā tuṭ'imụna ahlīkum au kiswatuhum au taḥrīru raqabah, fa mal lam yajid fa ṣiyāmu ṡalāṡati ayyām, żālika kaffāratu aimānikum iżā ḥalaftum, waḥfaẓū aimānakum, każālika yubayyinullāhu lakum āyātihī la'allakum tasykurụn

Artinya: Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).

Allah tidak menyiksa kalian (wahai kaum Muslimin) atas sesuatu yang kalian tidak bermaksud menyatakannya (sebagai) sumpah dari sumpah-sumpah, seperti ucapan sebagian kalian, ”tidak demi Allah” ,dan ”benar,demi Allah” akan tetapi Allah akan menghukum kalian dalam perkara (sumpah) yang memang sengaja kalian kukuhkan dengan hati kalian. Apabila kalian tidak memenuhi sumpah-sumpah kalian, maka dosanya akan dihapuskan oleh Allah dengan apa yang kalian persembahkan dari ajaran yang Allah syariatkan bagi kalian sebagai penggugurnya, yaitu berupa memberi makan sepuluh orang yang membutuhkan yang tidak memeiliki sesuatu yang bisa mencukupi dan menutup kebutuhan mereka, tiap-tiap orang miskin memperoleh setengah sha makanan standar penduduk negeri setempat, atau memberi pakaian kepada mereka, setiap orang miskin memperoleh apa yang cukup sebagai pakaian berdasarkan kebiasaan yang berlaku, atau memerdekakan seorang budak. Orang yang sumpah yang tidak menepati sumpahnya, dia dihadapkan pada pilihan diantara satu dari tiga pilihan ini. Apabila ia tidak mampu melakukan salah satunya sama sekali, maka dia wajib berpuasa tiga hari. Itu adalah kafarat (penggugur) sikap tidak menepati isi sumpah-sumpah. Dan peliharalah oleh kalian (wahai kaum Muslimin) sumpah-sumpah kalian, dengan menghindari sumpah, atau dengan menepati sumpah bila kalian mengeluarkan sumpah, atau membayar kafarat bila tidak menepati sumpah. Sebagaimana Allah telah menjelaskan kepada kalian hukum bersumpah dan cara-cara membebaskan diri darinya. Dia juga menerangkan kepada kalian hukum-hukum agamaNya agar kalian bersyukur kepadaNya atas hidayah dariNya kepada kalian menuju jalan yang lurus. (Tafsir al-Muyassar)

Allah tidak akan menghukum kalian -wahai orang-orang mukmin- berdasarkan sumpah yang kalian ucapkan tanpa sengaja, tetapi Dia akan menghukum kalian berdasarkan sumpah yang disengaja dan hati kalian bertekad untuk itu, kemudian kalian melanggar sumpah itu. Kafarat dari sumpah yang kalian sengaja dan diucapkan dengan sungguh-sungguh, bila kalian melanggarnya, maka salah satu dari tiga pilihan, yaitu: memberi makan 10 orang miskin dengan jenis makanan yang biasa dikonsumsi oleh rata-rata penduduk negerimu. Masing-masing orang miskin mendapat setengah ṣā’ (sekitar satu setengah kilogram), atau memberikan pakaian kepada mereka dengan jenis pakaian yang umum, atau memerdekakan seorang budak belian yang beriman (muslim). Jika seseorang tidak mampu menebus dengan salah satu dari tiga pilihan tersebut, ia boleh berpuasa selama 3 hari. Hal-hal itu semua merupakan kafarat sumpah kalian -wahai kaum mukminin- bila kalian bersumpah atas nama Allah lantas melanggarnya. Hindarilah bersumpah atas nama Allah dengan maksud berdusta, banyak bersumpah, serta tidak memenuhi sumpah selama tindakan memenuhi sumpah tersebut mengandung kebaikan, maka kerjakanlah hal yang baik tersebut. Bayarlah kafarat sumpah kalian sebagaimana yang Allah jelaskan kepada kalian terkait kafarat sumpah. Allah menerangkan kepada kalian hukum-hukum-Nya yang jelas mengenai yang halal dan haram, agar kalian bersyukur kepada Allah atas apa yang telah diajarkan oleh-Nya sebuah pengetahuan yang belum kalian ketahui sebelumnya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Allah tidak akan menghukum kalian atas sumpah palsu dan hal itu tidak wajib didenda, yaitu ucapan yang keluar dari lisan tanpa maksud untuk bersumpah, seperti ucapan: “Tidak, demi Allah, benar, demi Allah” yang tidak dimaksudkan untuk bersumpah, namun Allah akan menghukum kalian akibat sumpah kalian yang memang dimaksudkan dan diniatkan untuk bersumpah, lalu kalian mengingkarinya. Dan denda atas sumpah sesungguhnya yang dilanggar adalah memberi makan 10 orang miskin dari makanan yang biasa kalian berikan untuk keluarga kalian, yaitu sesuatu yang biasa kalian makan, tanpa berlaku boros dan pelit di waktu makan siang dan makan malam dengan takaran setengah Sha’ gandum dan kurma (ukuran 1 Sha’ adalah 2751 gram) atau senilai takaran itu atau pakaian yang menutupi badan untuk masing-masing orang miskin, atau memerdekakan budak. Dan orang kaya yang bersumpah lagi mengingkarinya bisa memilih 3 hal ini. Dan barangsiapa tidak bisa melaksanakan hal ini karena fakir, maka cukup baginya untuk berpuasa selama 3 hari berturut-turut. Maka jagalah sumpah kalian, jangan mengingkarinya tanpa sebab yang kuat, berusaha dengan baik terhadap sumpah itu dan jangan mengingkarinya, jika memang sumpah itu untuk hal ketaatan bukan kemaksiatan. Seperti penjelasan itulah, Allah menjelaskan kepada kalian hukum-hukum dalam syariatNya, supaya kalian bisa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah atas kalian berupa penjelasan tentang syariat dan hukum. Ayat ini turun terkait kaum yang mengharamkan perempuan dan daging atas dirinya dengan bersumpah untuk menjelaskan bagaimana perbuatan mereka itu dilakukan (Tafsir al-Wajiz)

لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللهُ بِاللَّغْوِ فِىٓ أَيْمٰنِكُمْ (Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud) Orang yang mengucapkan kalimat-kalimat sumpah yang tidak dimaksudkan untuk bersumpah tidak mendapat hukuman dari Allah dan tidak diwajibkan untuk membayar kafarat. Misalnya adalah ucapan seseorang “tidak, demi Allah” dan “bukan demikian demi Allah” yang tidak dimaksudkan untuk bersumpah. وَلٰكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ الْأَيْمٰنَ ۖ (tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja) Yakni apabila melanggar perkataan yang diikat dengan sumpah-sumpah yang kalian ucapkan dengan penuh maksud dan niat. فَكَفّٰرَتُهُۥٓ (maka kaffarat (melanggar) sumpah itu) Yakni barang siapa yang bersumpah dengan sumpah yang teguh kemudian ia melanggarnya maka ia wajib membayar kafarat berupa memberi makan sepuluh orang miskin dalam bentuk makanan yang biasa kalian berikan kepada keluarga kalian. إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسٰكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ (ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu) Yakni dengan makanan yang rata-rata kalian berikan kepada keluarga kalian, dan tidak wajib mengeluarkan yang lebih baik dari itu namun tidak boleh yang lebih jelek dari itu. Dan kalian memberi mereka (orang-orang miskin) makan sampai kenyang. Umar bin Khattab dan ‘Aisyah berpendapat bahwa yang diberikan kepada setiap orang dari sepuluh tersebut dengan takaran setengah sho’ gandum atau kurma. أَوْ كِسْوَتُهُمْ(atau memberi pakaian kepada mereka) Yakni yang menutup badan meski hanya satu helai. Pendapat lain mengatakan yang dimaksud dengan memberi pakaian ialah pakaian yang sah jika dipakai untuk shalat. أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ ۖ( atau memerdekakan seorang budak) Yakni membebaskan budak dari perbudakannya. Orang yang melanggar sumpah tersebut boleh memilih satu diantara tiga kaffarat ini sesuai dengan yang ia kehendaki. فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ أَيَّامٍ ۚ( Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari) Yakni barangsiapa yang tidak memdapatkan salahsatu dari ketiga kaffarat tersebut, maka cukup baginya dengan berpuasa tiga hari, baik puasa tiga hari berturut-turut maupun secara selang-seling. وَاحْفَظُوٓا۟ أَيْمٰنَكُمْ ۚ (Dan jagalah sumpahmu) Allah memerintahkan untuk menjaga sumpah dan tidak bergesa-gesa mengucapkannya atau melanggarnya. Dan jika mereka melanggar maka janganlah meremehkan dengan meninggalkan pembayaran kaffarat. لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (agar kamu bersyukur) Bersyukur atas kenikmatan yang Allah berikan kepada kalian yang meliputi penjelasan syari’at-syari’at dan hukum-hukum-Nya. (Zubdatut Tafsir)

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبْرَٰهِيمَ خَلِيلًا

Arab-Latin: wa man aḥsanu dīnam mim man aslama waj-hahụ lillāhi wa huwa muḥsinuw wattaba'a millata ibrāhīma ḥanīfā, wattakhażallāhu ibrāhīma khalīlā

Artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.

Tidak ada seorangpun yang lebih baik agamanya daripada orang yang tunduk patuh dengan hati dan segenap anggota tubuhnya kepada Allah semata, sedang dia orang yang berbuat baik dengan ucapan dan perbuatannya mengikuti perintah tuhannya, dan mengikuti agama Ibrahim dan ajarannya, menjauhi keyakinan-keyakinan yang rusak dan ajaran-ajaran yang batil. Dan sesungguhnya Allah telah memilih Ibrahim dan menjadikannya orang kesayangganNya di antara seluruh makhlukNYa. Dan didalam ayat ini terdapat dalil penetapan sifat “khullah” bagi Allah ,yaitu derajat paling tinggi dari cinta dan pilihan. (Tafsir al-Muyassar)

Dan tidak ada orang yang agamanya lebih baik dari orang yang berserah diri kepada Allah secara lahir dan batin, mengerjakan amalnya dengan baik, dan mengikuti agama Ibrahim yang merupakan asal usul agama Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seraya memalingkan hati mereka dari kemusyrikan dan kekafiran menuju ajaran tauhid dan iman. Dan Allah telah memilih Nabi Ibrahim sebagai kekasih tercintanya (khalil) di antara makhluk-Nya yang ada. (Tafsir al-Mukhtashar)

125 Tidak ada yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim khalilullah yang lurus. Sebab dia telah membelok dari agama yang keliru menuju agama yang benar yaitu Islam. Dan Allah menjadikan Ibrahim menjadi kesayangan-Nya sebab ketulusannya dalam menghamba kepada Allah dan berjuang sekuat tenaga dalam meraih ridha Allah (Tafsir al-Wajiz)

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلّٰهِ (Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah) Yakni mengikhlaskan dirinya kepada Allah. وَهُوَ مُحْسِنٌ (sedang diapun mengerjakan kebaikan) Yakni ia juga mengerjakan kebaikan-kebaikan. وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرٰهِيمَ (dan ia mengikuti millah Ibrahim) Yakni agama Ibrahim, sebab ia adalah orang yang lurus. حَنِيفًا (yang lurus) Yakni yang tidak condong kepada agama-agama yang bathil, namun lurus pada agama yang benar yaitu Islam. وَاتَّخَذَ اللهُ إِبْرٰهِيمَ خَلِيلًا(Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya) Yakni menjadikannya orang pilihan-Nya dan mengkhususkannya dengan kemuliaan-Nya. Dan makna (الخليل) adalah kekasih terdekat yang kamu istimewakan dengan kasih sayangmu dan ia juga mengistimewakannya untukmu, serta yang kamu percayakan rahasia-rahasiamu kepadanya. (Zubdatut Tafsir)

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ ٱللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوٓا۟ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ ٱلْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِٱلْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ ٱلْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُۥ بَسْطَةً فِى ٱلْعِلْمِ وَٱلْجِسْمِ ۖ وَٱللَّهُ يُؤْتِى مُلْكَهُۥ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

Arab-Latin: wa qāla lahum nabiyyuhum innallāha qad ba'aṡa lakum ṭālụta malikā, qālū annā yakụnu lahul-mulku 'alainā wa naḥnu aḥaqqu bil-mulki min-hu wa lam yu`ta sa'atam minal-māl, qāla innallāhaṣṭafāhu 'alaikum wa zādahụ basṭatan fil 'ilmi wal-jism, wallāhu yu`tī mulkahụ may yasyā`, wallāhu wāsi'un 'alīm

Artinya: Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.

Dan nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah mengutus kepada kalian Thalut menjadi raja kalian sebagai bentuk pengabulan permintaan kalian, yang akan memimpin kalian untuk memerangi musuh-musuh kalian sebagaimana permintaan kalian.” Namun pembesar Bani Israil berkata, “Bagaimana bisa Thalut menjadi raja kami,  dia tidak berhak atas itu, sebab dia bukan dari keturunan raja-raja, dan bukan dari keluarga Nabi. Dia tidak memiliki banyak harta yang dapat dipergunakan mengatur kerajaannya, maka kami lah yang lebih berhak menjadi raja daripada dia, karena kami sesungguhnya keturunan raja-raja dan berasal dari keluarga nabi. Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah memilihnya daripada kalian sedang Dia lebih mengetahui urusan-urusan hamba-hamba Nya, dan telah memberinya tambahan keluasan dalam ilmu dan kekuatan dalam fisiknya untuk memerangi musuh. Dan Allah pemilik seluruh kerajaan memberikan kekuasaan bagi hamba-hamba Nya yang dikehendaki, dan Allah Maha luas karunia dan Anugerah, juga Maha Mengetahui hakikat-hakikat perkara-perkara dengan sebenarnya, tidak ada sesuatupun yang samar bagi Nya. (Tafsir al-Muyassar)

Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Ṭālut sebagai raja agar kalian pergi berperang di bawah komandonya.” Lalu para pembesar mereka menolak dan menentang pengangkatan raja tersebut dengan mengatakan, “Bagaimana mungkin dia menjadi raja kami, sedangkan kami lebih berhak menjadi raja daripada dia, karena dia bukan keturunan raja dan tidak dikaruniai kekayaan yang berlimpah untuk menopang kerajaannya?” Nabi mereka menjawab, “Sesungguhnya Allah telah memilihnya untuk menjadi raja kalian. Allah memberinya kelebihan atas kalian berupa ilmu pengetahuan yang luas dan tubuh yang kuat. Dan Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki berdasarkan kebijaksanaan dan kasih sayang-Nya. Allah Mahaluas anugerah-Nya, Dia memberi siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan Dia Maha Mengetahui siapa saja di antara makhluk-Nya yang berhak menerima anugerah-Nya.” (Tafsir al-Mukhtashar)

Nabi mereka Shamuel berkata: “Sesungguhnya Allah mengutus Thalut sebagai raja bagi kalian, jadi kalian harus menaatinya dan berperang bersamanya.” Lalu mereka berpaling sembari berkata: “Bagaimana bisa Thalut menjadi raja kami sedangkan dia fakir dan bukan dari keluarga kerajaan, sedangkan kami orang-orang yang memiliki kekuasaan, kepemimpinan lebih berhak menjadi raja daripada dia. Dia itu fakir, tidak memiliki rejeki melimpah dan harta yang banyak yang bisa digunakan untuk mendirikan kerajaan?” Lalu Nabi mereka berkata : “Sesungguhnya Allah telah memilihkan untuk kalian seorang raja, dan telah membekalinya dengan pengetahuan dan kekuatan fisik. Dia itu orang yang kuat agama dan strategi untuk melawan musuh dalam perang. Dan Allah itu Maha luas keutamaanNya dan Maha Mengetahui orang yang berhak dan lebi baik atas suatu kekuasaan dan Allah itu memberikan kekuasan bagi orang yang Dia pilih” (Tafsir al-Wajiz)

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ (Nabi mereka mengatakan kepada mereka) Yakni Nabi Shamuel إِنَّ اللَّـهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ ( “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu” ) Yakni Allah memudahkannya untuk kalian dan memerintahkan kalian untuk mentaatinya dan berperang bersamanya. Terdapat pendapat mengatakan sesungguhnya Thalut bukanlah dari keturunan para nabi yakni Bani Lawi, bukan pula keturunan para raja yakni Bani Yahudza. قَالُوٓا۟ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا (Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami) Yakni bagaimana demikian padahal dia bukan dari kerajaan, bukan pula yang diberikan keluasan harta sehingga kita bisa mengikuti dia karena kemuliaannya atau kerena hartanya? اصْطَفَىٰهُ عَلَيْكُمْ (telah memilih rajamu) Yakni Allah telah memilihnya. Dan pilihan Allah hujjah yang tak dapat dibantahkan. وَزَادَهُۥ بَسْطَةً فِى الْعِلْمِ (dan menganugerahinya ilmu yang luas) Yang mana ilmu merupakan unsur terpenting dari manusia, keutamaan tertinggi, dan sisi terbesar untuk dijadikan sebagai pilihan. وَالْجِسْمِ ۖ (dan tubuh yang perkasa) Yang efeknya akan kelihatan ketika berada dalam peperangan dan lainnya, dia memiliki kekuatan dalam agama dan badannya, dan kelihaiannya dalam strategi perang. Dan inilah hal yang harus diperhitungkan, bukan malah nasab keturunan yang bagus karena keutamaan jiwa lebih diunggulkan atas hal itu. وَاللَّـهُ يُؤْتِى مُلْكَهُۥ مَن يَشَآءُ ۚ (Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya) Karena kekuasaan adalah kekuasaan-Nya, dan hamba adalah hamba-Nya. Oleh karena itu mengapa kalian menolak sesuatu yang bukan merupakan milik kalian bukan pula urusan kalian. وٰسِعٌ (Maha Luas) Yakni luas keutamaannya. عَلِيمٌ (Maha Mengetahui) Yakni mengetahui siapa yang berhak mendapatkan kekuasaan dan siapa yang cocok untuk itu. (Zubdatut Tafsir)

فَقَضَىٰهُنَّ سَبْعَ سَمَٰوَاتٍ فِى يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِى كُلِّ سَمَآءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنْيَا بِمَصَٰبِيحَ وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ

Arab-Latin: fa qaḍāhunna sab'a samāwātin fī yaumaini wa auḥā fī kulli samā`in amrahā, wa zayyannas-samā`ad-dun-yā bimaṣābīḥa wa ḥifẓā, żālika taqdīrul-'azīzil-'alīm

Artinya: Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Allah menyelesaikan penciptaan langit-langit yang tujuh dan menyempurnakannya dalam dua hari, maka sempurnalah penciptaan langit dan bumi adalah enam hari, karena sebuah hikmah yang Allah ketahui, padahal Allah kuasa untuk menciptakan keduanya dalam sesaat. Dan Allah mewahyukan di setiap langit apa yang Dia inginkan dan perintahkan padanya. Dan Kami menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang yang bersinar sebagai penjagaan baginya dari setan-setan yang mencuri-curi pendengaran. Penciptaan yang unik itu adalah penetapan dari Allah yang Mahaperkasa dan kerajaanNya, juga MahaMengetahui, di mana IlmuNya meliputi segala sesuatu. (Tafsir al-Muyassar)

Allah menyempurnakan penciptaan langit dalam dua hari, yaitu hari Kamis dan Jumat. Dengan tambahan dua hari, sempurnalah penciptaan langit dan bumi dalam enam hari. Allah mewahyukan di setiap langit apa yang Dia takdirkan padanya, dan apa yang Dia perintahkan berupa ketaatan dan ibadah kepada-Nya. Allah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang. Dan Kami menjaganya dari setan-setan yang naik hendak mencuri pendengaran. Semua yang disebutkan itu adalah pengaturan dari Allah yang Maha Perkasa, yang tidak dikalahkan oleh siapapun, yang Maha mengetahui makhluk-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Kemudian Dia menyempurnakannya dengan menciptakan 7 langit dalam waktu 2 hari. Dapat dikatakan bahwa sempurnanya penciptaan langit dan bumi itu dalam 6 hari. Dia mewahyukan (menciptakan, yaitu sesuatu yang sudah tersusun) kepada setiap langit itu sesuatu yang sudah siap untuk diambil manfaatnya seperti matahari, bulan, bintang dan lain-lain. Dia menghiasi langit dunia dengan planet-planet seperti lampu-lampu (Kalam itu diubah dari hujatan menjadi percakapan untuk menarik perhatian pendengar terhadap kehebatan sesuatu yang disebutkan setelahnya), Dia juga menjaganya dari gangguan dan penurunan serta melindunginya dari setan yang mencuri kabar langit dengan melemparinya dengan meteor. Ciptaan itu memiliki nilai yang sempurna serta merupakan kekuasaanNya dalam kerajaanNya. (Dialah) Dzat yang Maha Mengetahui tentang sesuatu yang berguna bagi ciptaanNya. Penciptaan langit itu sebelum penciptaan bumi sebagaimana pilihan Abu Hayan. Susunan dalam firmanNya {Tsummastawaa ilas samaa’} [11] itu hanya dalam penyebutan saja bukan dalam kenyataannya. Ar-Razi, Asy-Syaukani dan lainnya itu menentukan pilihan bahwa bumi adalah ciptaan yang pertama dan yang terakhir dibentangkan atau dihamparkan. Itu adalah yang paling benar (Tafsir al-Wajiz)

فَقَضَىٰهُنَّ سَبْعَ سَمٰوَاتٍ (Maka Dia menjadikannya tujuh langit) Yakni Allah menciptakan, mengatur, dan menyelesaikan cipataan langit-langit tersebut. فِى يَوْمَيْنِ(dalam dua masa) Sehingga totalnya adalah enam hari. Imam Mujahid berkata: dan setiap hari dari enam hari tersebut seperti seribu tahun menurut perhitungan kalian. وَأَوْحَىٰ فِى كُلِّ سَمَآءٍ أَمْرَهَا ۚ( Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya) Yakni Allah menjadikan aturan yang berlaku di langit. Qatadah mengatakan, yakni Allah menciptakan di langit matahari, bulan, bintang, orbit-orbit, para malaikat, lautan, batu es, dan salju. Kemudian Allah menghamparkan bumi setelah itu. sehingga bumi lebih dulu diciptakan namun ia yang terakhir dihamparkan. Wallahu a’lam. وَزَيَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنْيَا بِمَصٰبِيحَ(Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang) Yakni dengan bintang-bintang yang bersinar di langit seperti cahaya lampu-lampu. وَحِفْظًا ۚ( dan Kami memeliharanya) Yakni Kami menciptakan bintang-bintang itu sebagai hiasan dan penjagaan. Yakni penjagaan dari setan-setan yang hendak mencuri-curi berita langit. ذٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui) Yakni aturan yang sangat luar biasa ini merupakan pengaturan dari Allah yang Maha Kuasa dan Mengetahui atas segala sesuatu. (Zubdatut Tafsir)

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikianlah pelbagai penafsiran dari kalangan ulama berkaitan makna dan arti ayat-ayat pilihan (arab, latin, artinya), semoga bermanfaat bagi kita. Sokonglah usaha kami dengan mencantumkan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Link Terbanyak Dilihat

Nikmati berbagai materi yang terbanyak dilihat, seperti surat/ayat: Al-Baqarah 45, Al-Jin, Ali ‘Imran 97, Al-Hadid 20, At-Thalaq, Al-Qamar 49. Termasuk Tentang Al-Quran, Ali ‘Imran 139, Al-Ma’idah 8, Al-Baqarah 43, Al-Isra 25, Ad-Dukhan.

  1. Al-Baqarah 45
  2. Al-Jin
  3. Ali ‘Imran 97
  4. Al-Hadid 20
  5. At-Thalaq
  6. Al-Qamar 49
  7. Tentang Al-Quran
  8. Ali ‘Imran 139
  9. Al-Ma’idah 8
  10. Al-Baqarah 43
  11. Al-Isra 25
  12. Ad-Dukhan

Pencarian: ...

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: