Ayat Tentang Kebersihan

وَحَنَانًا مِّن لَّدُنَّا وَزَكَوٰةً ۖ وَكَانَ تَقِيًّا

Arab-Latin: wa ḥanānam mil ladunnā wa zakāh, wa kāna taqiyyā

Artinya: dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa,

وَقَالَ ٱلْمَلِكُ ٱئْتُونِى بِهِۦ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُ ٱلرَّسُولُ قَالَ ٱرْجِعْ إِلَىٰ رَبِّكَ فَسْـَٔلْهُ مَا بَالُ ٱلنِّسْوَةِ ٱلَّٰتِى قَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ ۚ إِنَّ رَبِّى بِكَيْدِهِنَّ عَلِيمٌ

Arab-Latin: wa qālal-maliku`tụnī bih, fa lammā jā`ahur-rasụlu qālarji' ilā rabbika fas`al-hu mā bālun-niswatillātī qaṭṭa'na aidiyahunn, inna rabbī bikaidihinna 'alīm

Artinya: Raja berkata: "Bawalah dia kepadaku". Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf: "Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku, Maha Mengetahui tipu daya mereka".

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Menarik Tentang Ayat Tentang Kebersihan

Diketemukan aneka ragam penjabaran dari kalangan mufassir mengenai makna ayat tentang kebersihan, sebagiannya sebagaimana di bawah ini:

Sang raja berkata kepada para stafnya, ”bebaskanlah orang yang telah mena’bir mimpi ini dari penjara dan hadapkan dia kepadaku,” maka kemudian ketika utusan raja datang kepada yusuf memanggilnya, yusuf berkata kepada utusan itu, ”kembalilah kepada tuanmu sang raja, dan mintalah bertanya kepada wanita-wanita yang dahulu mengiris-iris tangan mereka sendiri soal hakikat urusan mereka dan kepentingan mereka terhadapku, supaya tampak jelas fakta sebenarnya bagi seluruh orang dan menjadi jelas pula kebersihan namaku. Sesungguhnya tuhanku mahamengetahui tindakan dan perbuatan mereka, tidak tersembunyi bagiNya sesuatupun dari tindakan mereka itu. (Tafsir al-Muyassar)

Setelah mendengar takwil mimpi yang disampaikan oleh Yusuf itu raja berkata kepada para pembantunya, "Keluarkan dia dari penjara dan bawalah dia kepadaku!" Dan ketika bertemu dengan utusan raja, Yusuf berkata, "Kembalilah kepada tuan rajamu! Dan tanyakan padanya tentang wanita-wanita yang melukai tangan mereka masing-masing." Yusuf ingin nama baiknya dipulihkan sebelum dia keluar dari penjara. "Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengetahui apa yang telah mereka perbuat terhadapku. Tidak ada sesuatupun dari peristiwa yang luput dari pengetahuan-Nya". (Tafsir al-Mukhtashar)

Setelah datang kepadanya utusannya dengan membawa tafsir mimpinya dan mendengar kelebihan Yusuf, Raja berkata kepada orang-orang sekitarnya: “Bawalah Yusuf kepadaku supaya aku mendengar sendiri darinya.” Ketika utusan raja datang setelah memanggil Yusuf untuk menghadap kepadanya, Yusuf berkata dengan maksud agar dibebaskan: “Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya: “Bagaimana perkara wanita-wanita yang memotong tangannya sendiri dan apakah penyebabnya? Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat, dan mereka rahasiakan?” (Tafsir al-Wajiz)

وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِى بِهِۦ ۖ (Raja berkata: “Bawalah dia kepadaku”) Sang raja ingin melihat Yusuf dan mengetahui keadaannya setelah ia tahu keutamaan nabi Yusuf yang disampaikan oleh utusannya, dan tahu keahliannya dalam takwil mimpi. قَالَ (berkatalah Yusuf) Nabi Yusuf berkata kepada utusan itu. ارْجِعْ إِلَىٰ رَبِّكَ (Kembalilah kepada tuanmu) Yakni tuanmu, sang raja. فَسْـَٔلْهُ مَا بَالُ النِّسْوَةِ الّٰتِى قَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ ۚ (dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya) Nabi Yusuf tiidak lagi terburu-buru untuk keluar dari penjara dan tidak bergegas memenuhi panggilan sang raja, agar ia dapat menunjukkan kepada manusia bahwa ia tidak bersalah. Dan ini setelah kelembutan dan kesabarannya didalam penjara yang cukup lama yang susah untuk dibayangkan. Oleh sebab itu Rasulullah bersabda dalam hadits shahih, menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan nabi Yusuf: “seandainya aku dipenjara sebagaimana nabi Yusuf dipenjara niscaya aku akan langsung menjawab panggilan sang raja”. (Zubdatut Tafsir)

۞ يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ

Arab-Latin: yā banī ādama khużụ zīnatakum 'inda kulli masjidiw wa kulụ wasyrabụ wa lā tusrifụ, innahụ lā yuḥibbul-musrifīn

Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Wahai anak cucu Adam, pastikan diri kalian ketika akan melaksanakan shalat berada dalam kondisi berhias sesuai yang disyariatkan dengan mengenakan pakaian yang menutup aurat, memperhatikan kebersihan dan kesucian dan lain sebagainya. Makan dan minumlah dari barang yang baik-baik yang di karuniakan Allah kepada kalian, dan janganlah kalian melampaui batas kewajaran dalam hal itu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas dan berlebihan dalam makanan dan minuman dan hal lainnya. (Tafsir al-Muyassar)

Wahai anak-anak Adam! Kenakanlah pakaian yang menutupi aurat dan mempercantik penampilan kalian, yaitu pakaian yang bersih dan suci, ketika kalian menunaikan salat dan melaksanakan tawaf. Makanlah dan minumlah apa saja yang baik yang dihalalkan oleh Allah, tetapi jangan berlebih-lebihan dan jangan melampaui batasan yang wajar dalam hal itu. Dan jangan beralih dari yang halal menuju yang haram. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas-batas yang wajar. (Tafsir al-Mukhtashar)

Wahai anak Adam, berhiaslah dan tutupilah aurat di setiap shalat dan thawaf. Kalian diperbolehkan untuk makan dan minum tanpa berlaku boros, yaitu melampaui batas dalam melakukan setiap sesuatu. Sesungguhnya Allah membenci orang-orang yang berlebihan, meridhai orang yang menghalalkan sesuatu yang halal dan mengharamkan sesuatu yang haram. (Tafsir al-Wajiz)

يٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ (Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid) Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berhias dan menutup aurat ketika mendatangi masjid untuk mendirikan sholat atau mengerjakan Thawaf. وَكُلُوا۟ وَاشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ( makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan) Allah melarang mereka berlebih-lebihan dan memerintahkan mereka untuk memakan makanan yang baik-baik, dan hal ini bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai orang yang zuhud, karena tidak ada kezuhudan dengan meninggalkan makan dan minum; dan orang yang meninggalkannya sama sekali maka ia telah bunuh diri dan menjadi ahli neraka, adapun orang yang hanya membatasi dirinya dengan sedikit makan dan minum sehingga melemahkan badannya dan menjadikannya tidak mampu untuk menjalankan kewajibannya melakukan ketaatan atau bekerja untuk dirinya dan keluarganya maka ia telah melanggar apa yang Allah perintahkan dan anjurkan. Adapun orang yang berlebih-lebihan dalam membelanjakan hartanya sampai batas perbuatan orang-orang yang lemah akal dan mubadzir maka ia juga termasuk orang yang menyelisihi apa yang telah Allah syariatkan kepada hamba-hamba-Nya dan telah terjerumus kedalam perbuatan yang dilarang dalam al-qur’an. (Zubdatut Tafsir)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقَٰتِكُم بِٱلْمَنِّ وَٱلْأَذَىٰ كَٱلَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ

Arab-Latin: yā ayyuhallażīna āmanụ lā tubṭilụ ṣadaqātikum bil-manni wal-ażā kallażī yunfiqu mālahụ ri`ā`an-nāsi wa lā yu`minu billāhi wal-yaumil-ākhir, fa maṡaluhụ kamaṡali ṣafwānin 'alaihi turābun fa aṣābahụ wābilun fa tarakahụ ṣaldā, lā yaqdirụna 'alā syai`im mimmā kasabụ, wallāhu lā yahdil-qaumal-kāfirīn

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah kalian menghapus pahala sedekah yang kalian keluarkan dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti. Itu lebih menyerupai orang yang mengeluarkan hartanya agar manusia melihatnya (Riya) lalu mereka memuji-mujinya, sedang dia tidak beriman kepada Allah dan tidak yakin terhadap hari akhir. Perumpamaan amal ini adalah seperti batu licin yang di atasnya terdapat debu yang ditimpa hujan lebat, maka curahan air akan melenyapkan debu itu dan menjadikan batu itu licin tanpa ada sesuatu pun yang tersisa di atasnya. Demikianlah keadaan orang-orang yang beramal dengan riya, amal perbuatan mereka akan sirna di sisi Allah, dan mereka tidak menjumpai apa pun dari pahala apa yang mereka infakkan. Dan Allah tidak memberi taufik kepada orang-orang kafir untuk selaras dengan kebenaran dalam infak-infak yang mereka keluarkan dan perbuatan lainnya. (Tafsir al-Muyassar)

Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya! Janganlah kalian merusak pahala sedekah kalian dengan menyebut-nyebut kebaikannya di depan penerima sedekah dan menyakiti hatinya. Karena perumpamaan bagi orang yang melakukan hal itu ialah seperti orang yang menggunakan hartanya supaya dilihat oleh manusia dan mendapat pujian dari mereka, sedangkan ia ingkar, tidak beriman kepada Allah dan hari kiamat berikut pahala dan hukuman yang ada di dalamnya, perumpamaannya ialah seperti batu licin yang di atasnya terdapat debu, lalu batu tersebut terkena air hujan yang sangat deras, sehingga debu yang ada di atas batu itu hilang dan batu itu terlihat bersih dan licin, tidak ada sesuatupun di atasnya. Begitulah nasib orang-orang yang ria (pamer). Pahala amal perbuatan dan infak mereka hilang tak tersisa di sisi Allah. Dan Allah -Ta'ālā- tidak akan menunjukkan orang-orang kafir kepada sesuatu yang diridai-Nya dan bermanfaat bagi mereka di dalam amal perbuatan dan infak mereka. (Tafsir al-Mukhtashar)

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengharap pahala atas sedekah kalian yang disertai dengan manna dan sesuatu yang menyakitkan (maksudnya seperti di ayat sebelumnya) yang mana keduanya menyerupai keadaan orang munafik yang menafkahkan hartanya hanya untuk pamer kepada orang-orang sehingga mereka memujinya, namun tidak berniat ikhlas karena Allah, tidak mencari pahala akhirat, dan tidak beriman kepada Allah dan akhirat. Perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, lalu batu itu diguyur hujan deras dan menghanyutkan tanah itu sehingga batu itu menjadi bersih tanpa sesuatu yang tumbuh di atasnya. Seperti itulah infak orang munafik yang tidak bermanfaat dan tidak mendapatkan pahala. Jadi amal dan infak mereka di dunia yang disertai dengan manna (membicarakan pemberian), sesuatu yang menyakitkan, dan infaknya orang munafik itu tidak menghasilkan pahala sedikit pun pada hari kiamat sebagaimana batu yang tidak ada apapun yang tumbuh di atasnya. Dan Allah itu tidak menunjukkan orang-orang kafir kepada sesuatu yang mengandung kebaikan dan hidayah. (Tafsir al-Wajiz)

لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقٰتِكُم ( janganlah kamu membatalkan sedekahmu ) Yakni menghilangkan kebaikannya dan merusak pahalanya. Adapun yang dapat membatalkan sedekah adalah perbuatan memyebut-nyebut pemberian, caci maki, dan riya’. كَالَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ النَّاسِ (seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia ) Yakni yang sengaja bersedakah untuk pamer dan tidak bermaksud untuk mendapat ridha Allah dan pahala akhirat; akan tetapi dia melakukan itu hanya untuk dilihat orang lain agar mendapat pujian dan sanjungan mereka. فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ (Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin ) Makna (الصفوان) adalah batu besar yang licin. عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌ (yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat ) Makna (الوابل) adalah hujan yang lebat. فَتَرَكَهُۥ صَلْدًا ۖ (lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah) ) Yakni batu tersebut ditimpa hujan lebat yang menghilangkan tanah diatasnya sehingga menjadi bersih. Maka begitulah keadaan orang yang melakukan sedekah untuk riya’, sesungguhnya sedekah tersebut tidak akan memberinya manfaat berupa pahala, dan harta yang disedekahkan akan hilang dan habis, seperti batu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman dan tidak terdapat tanah diatasnya. لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۗ (Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan) Yakni mereka tidak dapat mendapatkan pahala dari apa yang ia sedekahkan tidak pula dapat mengembalikan harta yang telah disedekahkan padahal ia telah berlelah-lelah untuk mendapatkan harta tersebut sebelumnya. (Zubdatut Tafsir)

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْمَلِكُ ٱلْقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلْمُؤْمِنُ ٱلْمُهَيْمِنُ ٱلْعَزِيزُ ٱلْجَبَّارُ ٱلْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Arab-Latin: huwallāhullażī lā ilāha illā huw, al-malikul-quddụsus-salāmul-mu`minul-muhaiminul-'azīzul-jabbārul-mutakabbir, sub-ḥānallāhi 'ammā yusyrikụn

Artinya: Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Dia- lah Allah, Tuhan yang berhak disembah, Yang tidak ada tuhan yang haq selainNya, Pemilik segala sesuatu, Yang bertindak terhadapnya tanpa ditolak dan dihalangi, Yang disucikan dari segala kekurangan, Yang selamat dari segala aib, Yang membenarkan para nabi dan RasulNya dengan apa Yang Dia mengutus mereka dengannya, yaitu ayat-ayat yang jelas, Yang mengawasi seluruh makhlukNya dalam seluruh amal perbuatan mereka, Yang Mahaperkasa Yang tidak terkalahkan, Yang Mahakuat Yang mengalahkan seluruh hambaNya, dan seluruh makhluk tunduk kepadaNya, Yang memiliki segala keagungan dan kebesaran, Mahasuci Allah dari segala apa yang mereka sekutukan denganNya dalam beribadah kepadaNya. (Tafsir al-Muyassar)

Dia lah Allah yang tiada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya, Maha Mengetahui yang gaib dan yang nampak, tidak ada sesuatu pun dari hal itu yang luput dari-Nya. Maha Pengasih di dunia dan Akhirat serta Maha Penyayang di dunia dan Akhirat. Rahmat-Nya meliputi seluruh alam, Maharaja, Mahasuci dan bersih dari semua kekurangan, Mahaselamat dari semua aib, Yang membenarkan para Rasul-Nya dengan ayat-ayat yang jelas, Mahateliti atas amal perbuatan hamba-hamba-Nya, Maha Perkasa yang tidak ada sesuatu pun yang mengalahkan-Nya, Mahakuasa yang bisa memaksa segala sesuatu dengan kekuasaan-Nya dan Maha Memiliki segala keagungan. Mahasuci Allah dan Mahabersih dari apa yang disekutukan oleh orang-orang musyrik berupa berhala-berhala dan lainnya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Allah Sang Penguasa segala sesuatu. Yang bersih dari segala kekurangan, dan Yang Suci dari segala aib. Bersih dari segala kekurangan dan aib. Bersih dari segala bahaya. Yang Maha Memberi keamanan untuk hamba-Nya dari kedhaliman. Yang Maha membenarkan risalah-Nya yang disampaikan. Penguasa Kerajaan Yang Maha Mengawasi hamba-Nya. Kekuasaan/Kekuatan-Nya menyelimuti segala sesuatu. Pemilik keagungan. Segala sesuatu tunduk kepada perintah-Nya. Yang Maha Besar dan Maha Luhur dan Tinggi dari segala cela. Allah bersih dari sebutan kaum musyrik yang menyatakan bahwa Allah mempunyai sekutu ataupun anak (Tafsir al-Wajiz)

هُوَ اللهُ الَّذِى لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ (Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia) Allah mengulangi kalimat ini sebagai penekanan dan pengikraran. الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ(Raja, Yang Maha Suci) Yakni suci dari segala aib yang tidak layak ada pada diri-Nya. Pendapat lain mengatakan maknanya adalah Allah tidak akan menzalimi makhluk-Nya. الْمُؤْمِنُ (Yang Mengaruniakan Keamanan) Yakni Yang memberi keamanan bagi hamba-Nya dari kezaliman. Pendapat lain mengatakan maknanya adalah Yang membenarkan rasul-rasul-Nya dengan memberi mereka mukjizat. الْمُهَيْمِنُ(Yang Maha Memelihara) Yakni yang menyaksikan dan mengawasi amal perbuatan hamba-hamba-Nya. الْعَزِيزُ(Yang Maha Perkasa) Yakni yang Maha perkasa dan kuasa yang tidak akan terkalahkan. الْجَبَّارُ(Yang Maha Kuasa) Yakni yang maha agung. Pendapat lain mengatakan maknanya adalah yang kekuatan-Nya tidak mampu dihadapi. الْمُتَكَبِّرُ ۚ( Yang Memiliki segala Kesombongan) Yakni Maha Tinggi dari segala kekurangan, dan Maha Agung dari segala yang tidak pantas bagi-Nya. dan sifat sombong pada Dzat Allah adalah pujian, sedangkan pada diri makhluk adalah keburukan. (Zubdatut Tafsir)

إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Arab-Latin: illā man atallāha biqalbin salīm

Artinya: kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,

“Dan janganlah Engkau timpakan kehinaan kepadaku pada hari manusia keluar dari kubur-kubur mereka untuk mengahadapi perhitungan amal dan pembalasannya, pada hari yang harta dan anak-anak tidak bermanfaat bagi siapa pun dari hamba-hamba, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih dari kekafiran, kemunafikan dan tindakan-tindakan kenistaan.” (Tafsir al-Muyassar)

kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih; yaitu orang yang tidak melakukan kesyirikan, kemunafikan, ria dan kesombongan, sebab ia akan mendapatkan manfaat dari harta yang ia infakkan di jalan Allah, dan doa anak-anaknya yang selalu mendoakan dirinya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Di sisi Allah, harta dan anak tidak berguna bagi seseorang kecuali orang yang datang dengan hati yang beriman, ikhlas dan bersih dari kekufuran dan kemunafikan. (Tafsir al-Wajiz)

إِلَّا مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih) Harta dan kerabat seseorang tidak bermanfaat di sisi Allah, yang dapat memberi keselamatan baginya hanyalah hati yang bersih, yaitu hati yang lurus dan sehat, hati orang yang beriman, sebab hati orang kafir dan munafik adalah hati yang sakit. (Zubdatut Tafsir)

ٱلْخَبِيثَٰتُ لِلْخَبِيثِينَ وَٱلْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَٰتِ ۖ وَٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

Arab-Latin: al-khabīṡātu lil-khabīṡīna wal-khabīṡụna lil-khabīṡāt, waṭ-ṭayyibātu liṭ-ṭayyibīna waṭ-ṭayyibụna liṭ-ṭayyibāt, ulā`ika mubarra`ụna mimmā yaqụlụn, lahum magfiratuw wa rizqung karīm

Artinya: Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).

Setiap yang keji dari kaum lelaki dan kaum perempuan, ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan akan cocok, sejalan dan sesuai dengan yang keji pula. Dan setiap yang baik dari kaum lelaki dan kaum perempuan, ucapan dan perbuatan akan cocok dan sesuai dengan yang baik-baik (pula). Para lelaki dan wanita yang baik-baik bersih dari tuduhan buruk yang dilontarkan oleh orang-orang keji. Mereka akan mendapatkan ampunan dari Allah yang akan menutupi dosa-dosa mereka dan mendapatka rizki yang baik di surga. (Tafsir al-Muyassar)

Setiap yang keji dari kalangan laki-laki, wanita, perbuatan dan perkataan akan cocok dan sesuai dengan kekejian yang semisalnya, sebaliknya setiap yang baik itu cocok dan sesuai dengan yang baik juga. Mereka yang baik-baik lagi bersih itu terjauhkan dari apa yang dituduhkan oleh laki-laki keji dan wanita-wanita keji. Bagi mereka yang baik-baik dan bersih-bersih itu ampunan dari Tuhan mereka yang menghapus segala dosa mereka, dan bagi mereka juga rezeki yang mulia yaitu Surga. (Tafsir al-Mukhtashar)

Wanita-wanita yang buruk itu untuk lelaki yang buruk begitu juga sebaliknya. Setiap mereka tidak memberi kebaikan satu sama lain dalam hal itu dan memang dikhususkan untuk yang serupa dengannya. Dan wanita-wanita baik yang suci itu untuk laki-laki baik yang suci, begitu juga sebaliknya, sehingga masing-masing jenis itu sesuai dengan jenisnya. Rasulallah SAW adalah sebaik-baik manusia, dan isteri-isterinya adalah sebaik-baik wanita. Mereka itu adalah para lelaki dan wanita baik yang berlepas diri dari sesuatu yang diucapkan oleh orang-orang yang suka berbuat buruk dan berbohong dalam kebenaran mereka dengan membuat kepalsuan. Dan bagi mereka itu ampunan (penutup) dari Tuhan mereka atas dosa-dosa mereka dan rejeki surga. (Tafsir al-Wajiz)

الْخَبِيثٰتُ لِلْخَبِيثِينَ (Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji) Yakni para wanita yang buruk untuk para laki-laki yang buruk. وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثٰتِ ۖ( dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji) Para laki-laki itu tidak akan mendapatkan selain para wanita yang buruk. وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبٰتِ ۚ( dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik) Rasulullah adalah orang yang baik sehingga sangat pantas untuk mendapatkan wanita yang baik; dan Aisyah adalah wanita yang baik sehingga sangat pantas untuk mendapatkan lelaki yang baik. أُو۟لٰٓئِكَ (Mereka (yang dituduh) itu) Yaki para lelaki yang baik dan para wanita yang baik itu. مُبَرَّءُونَ(bersih dari apa yang dituduhkan) Yakni terlepas dari perkataan para lelaki dan wanita yang buruk itu. Dengan ayat ini Ummul Mu’minin Aisyah terbebas dari tuduhan mereka. لهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia) Yakni rezeki berupa surga. (Zubdatut Tafsir)

أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنفُسَهُم ۚ بَلِ ٱللَّهُ يُزَكِّى مَن يَشَآءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا

Arab-Latin: a lam tara ilallażīna yuzakkụna anfusahum, balillāhu yuzakkī may yasyā`u wa lā yuẓlamụna fatīlā

Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih?. Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya sedikitpun.

Apakah kamu tidak mengetahui (wahai rasul), perkara orang-orang yang memuji-muji diri mereka sendiri dan perbuatan-perbuatan mereka, dan menyifatinya dengan kesucian dan bebas dari keburukan? Allah lah semata yang memuji siapa saja yang dikehendakiNYA dari hamba-hambaNYA, karena Dia mengetahui hakikat amal perbuatan mereka sebenarnya,dan mereka tidak mengalami pengurangan pada amal perbuatan mereka sedikitpun,meski sekecil benang yang ada di belahan biji kurma. (Tafsir al-Muyassar)

Tidakkah kamu -wahai Rasul- mengetahui perihal orang-orang yang gemar memuji (menganggap suci) diri mereka sendiri dan amal perbuatan mereka? Padahal hanya Allah yang berhak memuji hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki, karena Dia Maha Mengetahui rahasia-rahasia hati. Dan Dia tidak akan mengurangi pahala amal perbuatan mereka sedikit pun, meski sebesar serat yang ada di biji kurma. (Tafsir al-Mukhtashar)

Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang menyanjung diri sendiri dengan bathil, yaitu dengan menganggap bahwa keutamaan-keutamaan itu hanya milik mereka seperti ucapan orang-orang Yahudi dan Nasrani: “Kami adalah putera-putera dan kekasih-kekasih Allah” dan perkataan sebagian orang: “Kami tidak memiliki dosa sama sekali, kami seperti anak kecil”. Katakanlah kepada mereka wahai Nabi: “Janganlah kalian memuji diri sendiri. Hanya Allahlah yang Maha Mengetahui orang yang layak disucikan (dibersihkan dari dosa) dan mereka yang tidak tidak dizalimi dengan diberi tambahan dan tidak dikurangi sedikitpun pahala mereka meskipun hanya seukuran fatil (yaitu serabut yang ada dalam biji kurma)” Ayat ini turun untuk lelaki-lelaki Yahudi yang mendatangi Rasulallah SAW dengan anak-anak mereka, lalu mereka bersumpah bahwa mereka seperti anak-anak mereka yang mana dosa-dosa mereka telah dilebur (Tafsir al-Wajiz)

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنفُسَهُم ۚ (Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih?) Yakni dengan mengaku-ngaku memiliki berbagai keutamaan dalam dirinya padahal ia tidak memilikinya, seperti perkataan orang Yahudi dan Nasrani: kami adalah anak-anak dan kekasih Allah, atau perkataan sebagian orang: kami tidak mempunyai dosa, kami layaknya bayi yang baru lahir. Dan pendapat lain mengatakan yakni sanjungan dan pujian sebagian orang kepada orang lain. بَلِ اللهُ يُزَكِّى مَن يَشَآءُ(Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya) Karena Dia yang Maha mengetahui siapa dari hamba-Nya yang memiliki kesucian diri dan siapa yang tidak memilikinya, maka hendaklah para hamba meninggalkan anggapan mereka bahwa mereka suci sebagai bentuk kecongkakan dan pembanggaan diri. وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا(dan mereka tidak aniaya sedikitpun) Makna (الفتيل) yakni benang yang ada di belahan biji kurma, Allah menjadikannya sebagai perumpamaan hal yang sedikit. Dan makna dari ayat ini bahwa mereka yang menganggap diri mereka suci akan disiksa atas anggapan mereka sesuai dengan dosa yang dilakukan ini dan mereka tidak dizalimi sedikitpun dengan penambahan siksaan diatas kadar yang berhak mereka dapatkan meski dengan kezaliman sebasar benang yang terdapat di biji kurma tersebut, sebagaimana pahala yang berhak mereka dapatkan tidak dikurangi sedikitpun meski sebesar benang itu. (Zubdatut Tafsir)

عَٰلِيَهُمْ ثِيَابُ سُندُسٍ خُضْرٌ وَإِسْتَبْرَقٌ ۖ وَحُلُّوٓا۟ أَسَاوِرَ مِن فِضَّةٍ وَسَقَىٰهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُورًا

Arab-Latin: 'āliyahum ṡiyābu sundusin khuḍruw wa istabraquw wa ḥullū asāwira min fiḍḍah, wa saqāhum rabbuhum syarāban ṭahụrā

Artinya: Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.

Tubuh mereka menjadi indah dengan pakaian-pakaian yang bagian dalamnya adalah sutra lembut, sedangkan bagian luarnya adalah sutra tebal, mereka dihiasi dengan perhiasan dari gelang-gelang perak, di samping semua kenikmatan itu, Tuhan mereka memberi mereka minuman yang tidak ada noda dan kotoran padanya. (Tafsir al-Muyassar)

Badan-badan mereka terbungkus oleh baju hijau mewah yang terbuat dari sutera tipis dan sutera tebal. Mereka di Surga mengenakan gelang perak. Dan Allah memberi mereka minuman yang steril dari semua pencemaran. (Tafsir al-Mukhtashar)

Mereka dihiasi oleh Tuhan mereka dengan gelang-gelang perak, dan diberikan minuman yang bersih dan suci (Tafsir al-Wajiz)

عٰلِيَهُمْ ثِيَابُ سُندُسٍ (Mereka memakai pakaian sutera halus) Makna (السندس) yakni sutra halus dan tipis. Sedangkan (الإستبرق) yakni sutra yang tebal. وَحُلُّوٓا۟ أَسَاوِرَ مِن فِضَّةٍ(dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak) sedangkan dalam surat al-Fatir disebutkan: “mereka dipakaikan gelang yang terbuat dari emas,” sebab setiap mereka akan dipakaikan gelang sesuai dari apa yang mereka sukai. وَسَقَىٰهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُورًا(dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih) Abu Qalabah dan Ibrahim an-Nakha’i berkata: yakni mereka akan diberi makanan, dan jika mereka akan selesai makan maka mereka akan diberi minuman yang bersih, lalu mereka akan meminumnya sehingga masuk ke perut mereka dan keringat keluar dari tubuh mereka yang beraroma minyak Kasturi.” (Zubdatut Tafsir)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نَٰجَيْتُمُ ٱلرَّسُولَ فَقَدِّمُوا۟ بَيْنَ يَدَىْ نَجْوَىٰكُمْ صَدَقَةً ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَأَطْهَرُ ۚ فَإِن لَّمْ تَجِدُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Arab-Latin: yā ayyuhallażīna āmanū iżā nājaitumur-rasụla fa qaddimụ baina yadai najwākum ṣadaqah, żālika khairul lakum wa aṭ-har, fa il lam tajidụ fa innallāha gafụrur raḥīm

Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan RasulNya serta melaksanakan syariatNya, bila kalian hendak berbicara kepada Rasulullah secara rahasia empat mata, maka sebelum itu berikanlah sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan. Ini lebih baik bagi kalian, karena ini mengandung pahala dan lebih bersih bagi hati kalian dari dosa. Namun bila kalian tidak memiliki sesuatu untuk disedekahkan, maka tidak mengapa, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi hamba-hambaNya yang beriman lagi Maha Penyayang kepada mereka. (Tafsir al-Muyassar)

Ketika banyak sahabat yang mengadakan pembicaraan khusus dengan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menginginkan pembicaraan khusus dengan Rasul, maka hendaknya kalian membayarkan sedekah sebelum pembicaraan itu. Membayarkan sedekah itu lebih baik bagi kalian dan lebih bersih karena mengandung ketaatan kepada Allah yang bisa membersihkan hati. Jika kalian tidak mempunyai apa yang bisa kalian sedekahkan, maka tidak mengapa bagi kalian untuk berbicara khusus dengan Rasul, sesungguhnya Allah Maha Pengampun atas dosa-dosa hamba-Nya dan Maha Penyayang terhadap mereka karena tidak membebani mereka kecuali sebatas kemampuan mereka.” (Tafsir al-Mukhtashar)

Sebagai pengagungan/penghormatan kepada rasul SAW. Sedekah itu adalah baik bagi kalian di sisi Allah. Sedekah itu dapat membersihkan jiwa. Namun apabila kamu tidak mendapati sesuatu untuk disedekahkan, maka tidak apa-apa. Allah Maha Pengampun atas pembicaraanmu, dan Allah Maha Penyayang kepada kalian (Tafsir al-Wajiz)

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نٰجَيْتُمُ الرَّسُولَ فَقَدِّمُوا۟ بَيْنَ يَدَىْ نَجْوَىٰكُمْ صَدَقَةً ۚ (Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu) Yakni jika kalian hendak berbicara dengan Raulullah secara khusus tentang suatu urusan kalian maka hendaklah kalian bersedekah sebelum itu. Allah menurunkan ayat ini, sehingga orang-orang jahat tidak lagi berbicara dengan Rasulullah secara khusus karena mereka enggan mengeluarkan sedekah sebelum melakukan pembicaraan, dan orang-orang berimanpun merasa kesulitan karena mereka tidak mampu mengeluarkan sedekah, sehingga mereka tidak dapat melakukan pembicaraan dengan Rasulullah secara khusus; maka Allah memberi keringanan bagi mereka dengan ayat setelah ayat ini. ذٰلِكَ(Yang demikian itu) Yakni melakukan sedekah sebelum melakukan pembicaraan khusus dengan Rasulullah. خَيْرٌ لَّكُمْ وَأَطْهَرُ ۚ( lebih baik bagimu dan lebih bersih) Karena terdapat ketaatan kepada Allah di dalamnya. فَإِن لَّمْ تَجِدُوا۟ فَإِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ(jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) Yakni barangsiapa yang tidak memiliki sesuatu untuk disedekahkan maka tidak mengapa kalian mengadakan pembicaraan dengan Rasulullah secara khusus tanpa mengeluarkan sedekah terlebih dahulu. (Zubdatut Tafsir)

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah berbagai penafsiran dari kalangan ahli tafsir terkait kandungan dan arti ayat tentang kebersihan (arab, latin, artinya), moga-moga menambah kebaikan bagi ummat. Dukunglah kemajuan kami dengan mencantumkan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Artikel Banyak Dikunjungi

Terdapat ratusan konten yang banyak dikunjungi, seperti surat/ayat: Al-Isra 25, Al-Hadid 20, Tentang Al-Quran, Al-Baqarah 43, Al-Baqarah 45, At-Thalaq. Juga Ali ‘Imran 97, Ali ‘Imran 139, Al-Jin, Ad-Dukhan, Al-Qamar 49, Al-Ma’idah 8.

  1. Al-Isra 25
  2. Al-Hadid 20
  3. Tentang Al-Quran
  4. Al-Baqarah 43
  5. Al-Baqarah 45
  6. At-Thalaq
  7. Ali ‘Imran 97
  8. Ali ‘Imran 139
  9. Al-Jin
  10. Ad-Dukhan
  11. Al-Qamar 49
  12. Al-Ma’idah 8

Pencarian: ...

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.