Ayat Tentang Syukur
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Arab-Latin: wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna 'ażābī lasyadīd
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ
Arab-Latin: fażkurụnī ażkurkum wasykurụ lī wa lā takfurụn
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Tentang Ayat Tentang Syukur
Terdokumentasikan beraneka penafsiran dari kalangan ahli tafsir mengenai isi ayat tentang syukur, di antaranya seperti berikut:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kaum Mukmin untuk berdzikir (mengingat dan menyebutnya), dan menjanjikan kepadanya balasan yang paling utama berupa pujian di hadapan para malaikat yang paling tinggi kedudukannya bagi orang yang berdzikir (mengingat dan menyebut Nya), dan khususkanlah –wahai orang-orang yang beriman- rasa syukur kepada Ku secara lisan dan amalan, dan janganlah kalian mengingkari nikmat-nikmat Ku atas kalian. (Tafsir al-Muyassar)
Ingatlah Aku dengan hati dan anggota badan kalian, maka Aku akan mengingat kalian dengan memuji dan menjaga kalian. Karena setiap perbuatan akan berbalas perbuatan serupa. Syukurilah nikmat-nikmat yang telah Aku berikan kepada kalian. Jangan kufur kepada-Ku dengan mengingkari nikmat-nikmat-Ku dan menggunakannya untuk hal-hal yang diharamkan bagi kalian. (Tafsir al-Mukhtashar)
Wahai manusia ingatlah aku dengan penuh ketaatan, maka aku akan mengingat kalian dengan memberi pahala dan ampunan. Dan bersyukurlah kepadaKu atas-nikmat-nikmatKu atas kalian. Asy-Syukru adalah mengetahui suatu kebaikan dan membicarakan kebaikan itu. Dan janganlah kalian mengingkari nikmatKu atas kalian sehingga kalian menutup-nutupinya. Yang dimaksud dengan Al-Kufru di sini adalah menutupi nikmat, maka Aku akan merenggutnya dari kalian (Tafsir al-Wajiz)
فَاذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ (Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu) Yakni ingatlah Aku dengan cara mentaati-Ku maka Aku akan mengingatmu dengan cara memberimu pahala dan ampunan. Sebagian salaf mengetakan: makna kalimat ini adalah Barangsiapa mengingatku sedang dia taat maka Aku akan mengingatnya dengan ampunan-Ku. وَاشْكُرُوا۟ لِى (dan bersyukurlah kepada-Ku) Syukur adalah mengakui kenikmatan dan membicarakannya. وَلَا تَكْفُرُونِ (dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku) Yakni janganlah kalian mengingkari nikmat-Ku (Zubdatut Tafsir)
وَٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Arab-Latin: wal-ḥamdu lillāhi rabbil-'ālamīn
Artinya: Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.
Segala puji bagi Allah di dunia dan akhirat. Dialah yang berhak atas itu semata tiada sekutu bagiNya. (Tafsir al-Muyassar)
Segala pujian adalah milik Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-. Dia lah yang berhak mendapatkannya. Dia lah Rabb alam semesta seluruhnya, tidak ada yang berhak disembah selain-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Segala puji dan rasa syukur atas Allah Tuhan semua makhluk Yang telah memberi pertolongan kepada rasul-Nya dan membinasakan orang-orang kafir (Tafsir al-Wajiz)
وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِينَ (Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam) Yang telah mengutus para rasul-Nya bagi seluruh alam sebagai pemberi berita gembira dan peringatan. Pendapat lain mengatakan bahwa pujian bagi Allah ini adalah atas kebinasaan orang-orang musyrik dan pertolongan yang diberikan kepada para rasul serta atas segala kenikmatan yang telah diberikan kepada seluruh makhluk. (Zubdatut Tafsir)
فَإِذَا ٱسْتَوَيْتَ أَنتَ وَمَن مَّعَكَ عَلَى ٱلْفُلْكِ فَقُلِ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى نَجَّىٰنَا مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَ
Arab-Latin: fa iżastawaita anta wa mam ma'aka 'alal-fulki fa qulil-ḥamdu lillāhillażī najjānā minal-qaumiẓ-ẓālimīn
Artinya: Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah: "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim".
Dan ketika kamu telah berada di atas kapal dengan tenang, kamu dan orang-orang yang bersamamu dalam keadaan aman dari ancaman tenggelam, maka ucapkanlah, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang kafir.” (Tafsir al-Muyassar)
Maka apabila engkau dan orang-orang mukmin yang selamat bersamamu telah berada di atas kapal, katakanlah, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari kezaliman kaum yang kafir lalu dia membinasakan mereka." (Tafsir al-Mukhtashar)
Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah: "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim" (Tafsir al-Wajiz)
فَإِذَا اسْتَوَيْتَ (Apabila kamu telah naik) Yakni telah menaiki perahu. أَنتَ وَمَن مَّعَكَ(kamu dan orang-orang yang bersamamu) Yakni keluargamu dan para pengikutmu. عَلَى الْفُلْكِ(di atas bahtera itu) Mengendarai perahu itu. فَقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِى نَجَّىٰنَا مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِينَ (maka ucapkanlah: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim”) Yakni memisahkan kami dari mereka, dan menyelamatkan kami dari kezaliman dan kejahatan mereka. Maka Allah membinasakan mereka dengan kuasa dan kemampuan-Nya. (Zubdatut Tafsir)
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ
Arab-Latin: wa inna rabbaka lażụ faḍlin 'alan-nāsi wa lākinna akṡarahum lā yasykurụn
Artinya: Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).
Dan sesungguhnya Tuhanmu itu benar-benar mempunyai karunia yang besar kepada sekalian manusia, dengan tidak menyegerakan siksaan bagi mereka atas perbuatan maksiat mereka kepada Allah dan kekafiran mereka kepadaNya. Akan tetapi, kebanyakan dari mereka tidak bersyukur kepada Allah atas itu, lalu mau beriman kepadaNya dan mengikhlaskan ibadah bagiNya semata. (Tafsir al-Muyassar)
Sesungguhnya Rabbmu itu -wahai Rasul- benar-benar mempunyai karunia yang besar kepada manusia dengan tidak menghiraukan permintaan mereka untuk disegerakan siksa atas mereka meski mereka berada dalam kekafiran dan kemaksiatan, akan tetapi sebagian besar manusia tidak bersyukur atas kenikmatan yang telah Allah berikan kepada mereka. (Tafsir al-Mukhtashar)
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai karunia besar yang diberikan-Nya kepada manusia, berupa berbgai nikmat yang terus-menerus kepada mereka, dan penundaan azab bagi mereka. Tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukurinya. (Tafsir al-Wajiz)
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ (Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia) Penundaan azab dan lainnya merupakan bagian dari karunia dan nikmat Allah. وَلٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ(tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya)) Yakni mereka tidak mensyukuri karunia dan nikmat-Nya serta tidak mengetahui bagaimana seharusnya mereka menyikapi kemurahan rahmat-Nya. (Zubdatut Tafsir)
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۖ لَهُ ٱلْمُلْكُ وَلَهُ ٱلْحَمْدُ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Arab-Latin: yusabbiḥu lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, lahul-mulku wa lahul-ḥamdu wa huwa 'alā kulli syai`ing qadīr
Artinya: Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Hanya milik Allah semata kewenangan bertindak dalam segala urusan, bagiNya sanjungan yang baik, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Tafsir al-Muyassar)
Semua makhluk yang ada di langit dan di bumi menyucikan Allah dan membersihkan-Nya dari segala sifat kekurangan yang tidak pantas bagi-Nya. Hanya milik-Nya kerajaan, dan tidak ada raja selain-Nya, bagi-Nya pujian yang baik dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang mampu melemahkan-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Seluruh makhluk di langit dan bumi mensucikan Allah SWT dari setiap kekurangan dan mengagungkanNya dengan cara yang tidak kita ketahui. BagiNya kerajaan dan kekuasaan yang mutlak, bagiNya pula rasa syukur yang besar atas nikmatNya yang sangat banyak. Dialah Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu dengan mengadakan atau menghilangkannya dan tidak ada satupun yang mampu melemahkanNya. (Tafsir al-Wajiz)
وَقَالَ مُوسَىٰٓ إِن تَكْفُرُوٓا۟ أَنتُمْ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ حَمِيدٌ
Arab-Latin: wa qāla mụsā in takfurū antum wa man fil-arḍi jamī'an fa innallāha laganiyyun ḥamīd
Artinya: Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Dan dia berkata kepada mereka, ”jika kalian dan seluruh penghuni bumi kafir kepada Allah, maka kalian sekali-kali tidak dapat memudaratkan Allah sedikitpun. Sebab sesungguhnya Allah Maha kaya, tidak membutuhkan makhlukNya lagi berhak atas sega pujian dan sanjungan, Dia terpuji dalam setiap keadaan. (Tafsir al-Muyassar)
Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Jika kalian kafir dan seluruh penduduk bumi juga kafir, maka efek negatifnya kembali kepada kalian sendiri, karena sesungguhnya Allah Mahakaya dengan diri-Nya, berhak untuk disanjung dengan sendiri-Nya, iman orang-orang Mukmin tidak memberi-Nya manfaat, kekufuran orang-orang kafir tidak merugikan-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)
8. Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari nikmat Allah maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Tidak Butuh atas syukur kalian, Yang berhak atas segala puji atas berbagai anugerah nikmat-Nya kepada manusia lagi Maha Terpuji atas segala kekuasaan-Nya” (Tafsir al-Wajiz)
وَقَالَ مُوسَىٰٓ إِن تَكْفُرُوٓا۟ أَنتُمْ وَمَن فِى الْأَرْضِ جَمِيعًا (Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari) Yakni jika kalian dan makhluk lainnya mengingkari kenikmatan-Nya, dan tidak mau mensyukurinya. فَإِنَّ اللهَ لَغَنِىٌّ(maka sesungguhnya Allah Maha Kaya) Maha Kaya dan tidak membutuhkan rasa syukur kalian, dan itu tidak akan mengurangi kuasa-Nya sedikitpun. حَمِيدٌ (lagi Maha Terpuji) Yang menjadikan pujian kepada-Nya menjadi sebab bertambahnya kenikmatan. Dan manfaat dari pujian dan rasa syukur kalian kepada Allah akan kembali kepada kalian, yaitu dengan keridhaan Allah kepada kalian dan menambah karunia-Nya kepada kalian. (Zubdatut Tafsir)
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Arab-Latin: wa ammā bini'mati rabbika fa ḥaddiṡ
Artinya: Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.
Jangan memperlakukan anak yatim dengan buruk. Jangan menghardik orang yang meminta-minta, sebaliknya berilah dia makan, dan penuhilah hajatnya. Untuk nikmat tuhanmu yang telah Dia limpahkan kepadamu,maka bicarakanlah hal itu. (Tafsir al-Muyassar)
Syukurilah nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadamu dan bicarakan tentang hal itu. (Tafsir al-Mukhtashar)
Adapun terhadap nikmat Tuhanmu yang berupa risalah kenabian dan lain-lain, maka kabarkanlah itu kepada manusia dan bersyukurlah kepada Allah atas hal itu, karena memperbincangkan nikmat Allah adalah bentuk syukur (Tafsir al-Wajiz)
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan) Allah memerintahkan untuk menceritakan kepada orang lain kenikmatan-kenikmatan yang dia dapatkan dari Allah, dan ini adalah salah satu bentuk rasa syukur. Pendapat lain mengatakan: yang dimaksud dengan kenikmatan di sini adalah al-Qur’an, sehingga Allah memerintahkannya untuk membacakan dan menyampaikannya kepada orang lain. (Zubdatut Tafsir)
لَّا يَحِلُّ لَكَ ٱلنِّسَآءُ مِنۢ بَعْدُ وَلَآ أَن تَبَدَّلَ بِهِنَّ مِنْ أَزْوَٰجٍ وَلَوْ أَعْجَبَكَ حُسْنُهُنَّ إِلَّا مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ رَّقِيبًا
Arab-Latin: lā yaḥillu lakan-nisā`u mim ba'du wa lā an tabaddala bihinna min azwājiw walau a'jabaka ḥusnuhunna illā mā malakat yamīnuk, wa kānallāhu 'alā kulli syai`ir raqībā
Artinya: Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.
Tidak halal bagimu menikahi wanita lain setelah para istrimu Ummahatul Mukminin, tidak halal juga bagimu untuk mentalak mereka dan menikah dengan selain mereka sebagai pengganti mereka. (Hal ini sebagai penghargaan kepada Ummahatul Mukminin dan ungkapan terima kasih atas kebaikan mereka selama ini yang telah memilih Allah, RasulNya dan akhirat), sekalipun kamu mengagumi kecantikan wanita lain tersebut, kecuali hamba-hamba sahaya wanita yang kamu miliki, mereka halal bagimu. Allah Maha Mengawasi segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang samar bagiNya. (Tafsir al-Muyassar)
Tidak diperbolehkan bagimu -wahai Rasul- untuk menikahi wanita-wanita selain istri-istrimu yang berada di dalam tanggunganmu, dan tidak diperbolehkan bagimu untuk menceraikan mereka, atau menceraikan sebagian dari mereka agar kamu menggantinya dengan wanita-wanita selain mereka, meski kecantikan wanita selain istri-istrimu yang ingin kamu nikahi itu menarik bagimu. Akan tetapi diperbolehkan bagimu untuk bersenang-senang dengan hamba sahayamu yang perempuan tanpa batasan jumlah. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu. Ketentuan ini menunjukkan keutamaan ummahatul mukminin, sebab Allah melarang Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk menceraikan mereka maupun menikah dengan cara menggantikan mereka dengan yang lain. (Tafsir al-Mukhtashar)
Tidak halal bagimu menikahi lebih dari sembilan perempuan yang telah Kami pilihkan untukmu wahai Nabi. Itu sudah sesuai sebagaimana empat bagi orang mukmin. Kamu juga tidak dihalalkan mengganti istri-istrimu itu dengan perempuan baru lainnya, dengan cara engkau mentalak beberapa atau semua istrimu kemudian engkau mengganti mereka dengan perempuan baru, meskipun lebih cantik menurutmu. Ini merupakan batasan bagi nabi namun diperbolehkan bagi ummatnya. Kecuali para sahaya yang engkau punyai dan engkau kehendaki, halal bagimu untuk menambahnya. Selain sembilan istri itu Nabi memiliki sahaya Mariah Alqibtiyah yang dihadiahkan oleh Almuqauqis, dari rahimnya Nabi mempunyai putera Ibrahim yang meninggal saat masih disusui. Allah Maha Mengawasi dan Memperhatikan atas segala sesuatu. Min dalam azwaj mengandung arti umum yang menafikan kata sesudahnya. Ikrimah berkata: Ketika Rasul telah memilih istrinya, maka mereka para istri sejatinya memilih Allah dan rasul-Nya. Maka Allah menurunkan ayat ini. (Tafsir al-Wajiz)
لَّا يَحِلُّ لَكَ النِّسَآءُ مِنۢ بَعْدُ (Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu) Lewat ayat ini Allah mengharamkan Rasulullah untuk menikahi wanita lain selain istri-istri yang telah ia nikahi itu sebagai balasan bagi mereka yang telah memilih Allah, Rasulullah, dan hari akhir daripada kehidupan dunia dan perhiasannya. وَلَآ أَن تَبَدَّلَ بِهِنَّ مِنْ أَزْوٰجٍ(dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain)) Yakni tidak boleh bagimu menceraikan salah satu dari mereka atau lebih kemudian menikahi wanita lainnya sebagai gantinya. وَلَوْ أَعْجَبَكَ حُسْنُهُنَّ(meskipun kecantikannya menarik hatimu) Meski kecantikan wanita yang ingin kamu jadikan pengganti istrimu itu menarik hatimu. إِلَّا مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ (kecuali perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki) Yakni boleh bagimu mengganti mereka dengan budak wanita yang kamu miliki atau menambah istrimu dengan mereka. Aisyah dan sebagian sahabat berkata: “tidaklah Rasulullah meninggal dunia sampai Allah menghalalkan baginya untuk menikahi wanita mana saja yang beliau kehendaki kecuali wanita yang memiliki mahram dengannya. (Zubdatut Tafsir)
وَرَأَيْتَ ٱلنَّاسَ يَدْخُلُونَ فِى دِينِ ٱللَّهِ أَفْوَاجًا
Arab-Latin: wa ra`aitan-nāsa yadkhulụna fī dīnillāhi afwājā
Artinya: dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
Dan kamu menyaksikan orang-orang dalam jumlah besar masuk islam secara berkelompok-kelompok. (Tafsir al-Muyassar)
Dan engkau melihat manusia masuk ke dalam agama Islam secara berbondong-bondong. (Tafsir al-Mukhtashar)
Kamu melihat manusia dari bangsa Arab dan bangsa lainnya masuk Islam secara berbondong-bondong, seperti penduduk Mekah, Thaif, Yaman, Bani Hawazin dan suku-suku Arab. (Tafsir al-Wajiz)
وَرَاَيۡتَ النَّاسَ يَدۡخُلُوۡنَ فِىۡ دِيۡنِ اللّٰهِ اَفۡوَاجًا (dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong) Setelah Rasulullah berhasil menakhlukkan kota Makkah, orang-orang Arab berkata: “Apa yang menjadikan Muhammad dapat mengalahkan penduduk Baitul haram, padahal Allah telah menolong mereka dari pasukan gajah; sungguh dia berada di atas kebenaran, dan kalian tidak akan mampu melawannya.” Kemudian banyak sekali dari mereka yang masuk Islam, setelah sebelumnya mereka hanya masuk satu persatu atau dua orang dua orang, kemudian menjadi satu kabilah masuk Islam seluruhnya. (Zubdatut Tafsir)
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah variasi penafsiran dari berbagai pakar tafsir terhadap isi dan arti ayat tentang syukur (arab, latin, artinya), moga-moga menambah kebaikan untuk kita. Support perjuangan kami dengan mencantumkan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.