Ayat Tentang Ilmu
فَلَمَّا جَآءَتْهُمْ رُسُلُهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ فَرِحُوا۟ بِمَا عِندَهُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَ
Arab-Latin: fa lammā jā`at-hum rusuluhum bil-bayyināti fariḥụ bimā 'indahum minal-'ilmi wa ḥāqa bihim mā kānụ bihī yastahzi`ụn
Artinya: Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu.
تَدْعُونَنِى لِأَكْفُرَ بِٱللَّهِ وَأُشْرِكَ بِهِۦ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ وَأَنَا۠ أَدْعُوكُمْ إِلَى ٱلْعَزِيزِ ٱلْغَفَّٰرِ
Arab-Latin: tad'ụnanī li`akfura billāhi wa usyrika bihī mā laisa lī bihī 'ilmuw wa ana ad'ụkum ilal-'azīzil-gaffār
Artinya: (Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Tentang Ayat Tentang Ilmu
Ada beberapa penafsiran dari para mufassirun terkait kandungan ayat tentang ilmu, di antaranya seperti termaktub:
Kalian mengajakku untuk kafir kepada Allah dan menyekutukanNya dengan sesuatu yang aku tidak memiliki ilmu tentangnya bahwa ia memang berhak untuk disembah selain Allah (dan ini adalah dosa paling besar sekaligus paling buruk) sementara aku mengajak kalian kepada jalan yang menyampaikan kalian kepada Allah yang Mahaperkasa dalam pembalasanNya dan Maha Pengampun bagi siapa yang bertaubat kepadaNya setelah maksiat kepadaNya. (Tafsir al-Muyassar)
Kalian mengajakku pada kebatilan kalian dengan harapan aku akan kafir kepada Allah dan menyembah bersama-Nya makhluk yang aku tidak tahu keabsahan penyembahannya bersama Allah, sedangkan aku mengajak kalian untuk beriman kepada Allah yang Maha Perkasa yang tidak seorang pun bisa mengalahkan-Nya, Dia Mahaperkasa yang tidak bisa dikalahkan oleh siapapun, Maha Penerima tobat para hamba-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Kemudian orang mukmin ini menjelaskan tentang dua ajakan itu dengan berkata: ”Kalian mengajakku untuk kafir dan menyekutukan Allah. Kalian mengajakku untuk menyekutukan Allah dengan sesuatu yang tidak memiliki wujud dan tidak aku ketahui sama sekali. Sedangkan aku mengajak kalian untuk beriman kepada Allah SWT yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa yang tidak mungkin dikalahkan serta Maha Pengampun bagi orang yang mau bertaubat, beriman dan beramal shalih ” (Tafsir al-Wajiz)
ذَٰلِكَ مَبْلَغُهُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱهْتَدَىٰ
Arab-Latin: żālika mablaguhum minal-'ilm, inna rabbaka huwa a'lamu biman ḍalla 'an sabīlihī wa huwa a'lamu bimanihtadā
Artinya: Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Maka berpalinglah dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, yaitu al-Quran, dan dia tidak ingin kecuali kehidupan dunia. Apa yang mereka pegang itu adalah ujung ilmu mereka dan tujuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu lebih tahu tentang siapa yang menyimpang dari jalan petunjuk, sebagaimana Dia jauh lebih tahu tentang siapa yang mendapatkan petunjuk dan mengambil jalan islam. Di sini terkandung peringatan keras terhadap para pendurhaka yang menolak beramal sesuai dengan al-Quran dan Sunnah Rasulullah, yang mendahulukan hawa nafsu dan harta dunia dibanding akhirat. (Tafsir al-Muyassar)
Hal yang dikatakan oleh orang-orang musyrik itu -yaitu memberi nama malaikat dengan nama-nama perempuan- adalah batas pengetahuan mereka karena mereka adalah orang-orang bodoh, tidak sampai kepada ilmu yang pasti. Sesungguhnya Rabbmu -wahai Rasul- paling mengetahui orang-orang yang melenceng dari jalan kebenaran dan Dia paling mengetahui siapa yang mendapat hidayah ke jalan kebenaran, tidak ada sesuatupun yang luput dari-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Usaha mengejar dunia dan perhiasannya itu adalah tujuan yang mereka capai dengan pengetahuannya. Sesungguhnya Tuhanmu wahai nabi lebih mengetahui tentang orang yang menyimpang dari agamaNya yang haqq. Allah SWt juga lebih mengetahui orang yang mendapat petunjuk menuju kebenaran (Tafsir al-Wajiz)
ذٰلِكَ مَبْلَغُهُم مِّنَ الْعِلْمِ ۚ (Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka) Yakni keinginan mereka terhadap kehidupan dunia semata merupakan ujung pengetahuan mereka. Mereka tidak peduli sama sekali terhadap urusan agama. (Zubdatut Tafsir)
وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا ٱلْوَعْدُ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
Arab-Latin: wa yaqụlụna matā hāżal-wa'du ing kuntum ṣādiqīn
Artinya: Dan mereka berkata: "Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang benar?"
orang-orang kafir berkata, “Kapan janji kebangkitan ini terlaksana, wahai Muhammad? Katakanlah waktunya kepada kami, wahai orang-orang beriman, bila kalian adalah orang-orang yang benar dalam apa yang kalian klaim.” Katakanlah kepada mereka (wahai Rasul) “Sesungguhnya ilmu tentang kapan waktu Hari Kiamat merupakan kekhususan Allah, karena aku hanyalah pemberi peringatan kepada kalian yang memperingatkan akibat dari kekafiran kalian dan menjelaskan kepada kalian apa yang Allah perintahkan kepadaku agar menjelaskannya sejelas-jelasnya.” (Tafsir al-Muyassar)
Orang-orang yang mendustakan kebangkitan berkata untuk menunjukkan kemustahilan terjadinya kebangkitan, “Kapan ancaman yang kamu -wahai Muhammad- dan para shahabatmu ancamkan kepada kami jika kalian adalah orang-orang yang benar dalam pengakuan kalian bahwa itu akan datang?” (Tafsir al-Mukhtashar)
Orang-orang musyrik berkata dengan mengolok-olok dan mengejek: “Kapankah hari pengumpulan itu atau hari diturunkannya azab yang selalu kalian peringatkan kepada kami? Jika kalian adalah orang-orang yang benar dalam perkataan kalian, maka kabarkanlah kepada kami tentang hal itu wahai kaum mukmin?!” (Tafsir al-Wajiz)
بَلِ ٱدَّٰرَكَ عِلْمُهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ ۚ بَلْ هُمْ فِى شَكٍّ مِّنْهَا ۖ بَلْ هُم مِّنْهَا عَمُونَ
Arab-Latin: baliddāraka 'ilmuhum fil-ākhirah, bal hum fī syakkim min-hā, bal hum min-hā 'amụn
Artinya: Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (kesana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya.
Katakanlah (wahai Rasul) kepada mereka, bahwa tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara-perkara ghaib yang hanya khusus diketahui oleh Allah semata. Dan mereka tidak tahu kapan akan dibangkitkan dari kubur-kubur mereka ketika Hari Kiamat datang. Bahkan ilmu mereka hanya akan menjadi sempurna di alam akhirat, lalu mereka meyakini kampung akhirat dan segala sesuatu yang terjadi disana berupa kengerian-kengerian ketika mereka menyaksikannya secara langsung, sedangkan di dunia mereka dalam keraguan terhadapnya, bahkan mata hati mereka telah buta terhadapnya. (Tafsir al-Muyassar)
Akan tetapi pengetahuan mereka tentang Akhirat menjadi sempurna setelah mereka melihatnya dengan mata kepala sendiri setelah sebelumnya para Rasul mengabarkan kepada mereka tentang Akhirat, dan Akhirat itu adalah gaib, sehingga mereka mengingkarinya karena mereka tidak melihatnya. Mereka berada dalam keraguan dan kebimbangan terhadap kehidupan Akhirat saat hidup mereka di dunia. Mata dan hati mereka telah buta terhadap Akhirat. (Tafsir al-Mukhtashar)
Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (kesana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi hati mereka buta atas urusan akhirat. Mereka tidak bisa mengambil pelajaran dari berbagai bukti akhirat yang ada sebab tidak normalnya penglihatan mereka yang mereka gunakan untuk memahami sesuatu. Bal adalah huruf yang berfungsi untuk berpindah dari satu keadaan menuju keadaan lain. Maksudnya adalah ilmu, bukti dan hujjah mereka tidak cukup/tidak sampai untuk memahami bahwa akhirat itu ada tanpa suatu keraguan. (Tafsir al-Wajiz)
بَلِ ادّٰرَكَ عِلْمُهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ ۚ (Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (kesana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu) Yakni mereka akan benar-benar mengetahui ketika mereka telah di akhirat, sebab mereka telah melihat sendiri segala apa yang diancamkan kepada mereka; namun ketika itu pengetahuan mereka sudah tidak bermanfaat lagi karena mereka adalah orang-orang yang mendustakannya di dunia. بل هم في شك منها (malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu) Yakni tetapi mereka di dunia berada dalam keraguan tentang akhirat. Kemudian Allah berpindah menyebutkan hal yang lebih parah dari hal ini dengan firman-Nya: بَلْ هُم مِّنْهَا عَمُونَ بَلْ هُم مِّنْهَا عَمُونَ (lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya) Sehingga mereka tidak memahami sama sekali bukti-buktinya karena masalah pada penglihatan mereka yang merupakan sumber pemahaman. (Zubdatut Tafsir)
ثُمَّ رُدُّوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ مَوْلَىٰهُمُ ٱلْحَقِّ ۚ أَلَا لَهُ ٱلْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ ٱلْحَٰسِبِينَ
Arab-Latin: ṡumma ruddū ilallāhi maulāhumul-ḥaqq, alā lahul-ḥukmu wa huwa asra'ul-ḥāsibīn
Artinya: Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat Perhitungan yang paling cepat.
Kemudian mereka yang telah mati itu akan dikembaliakn kepada Allah ,penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa hanya milikNYa lah segala keputusan dan hukuman pada hari kiamat di antara para hambaNya. Dan Dia lah pembuat perhitungan yang paling cepat. (Tafsir al-Muyassar)
Kemudian semua yang dicabut nyawanya akan dikembalikan kepada Allah, Pemilik sejati mereka untuk menerima balasan yang setimpal dengan amal perbuatan masing-masing. Dia lah yang berhak membuat keputusan yang sah dan vonis yang adil bagi mereka. Dan Dia adalah penghitung yang paling cepat amal perbuatan kalian. (Tafsir al-Mukhtashar)
62 Kemudian mereka para hamba Allah yang sudah dicabut nyawanya dikembalikan kepada Allah Sang Penguasa dan Yang Menghukumi dengan benar. Ketahuilah bahwa segala hukum pada hari itu mutlak ada pada kekuasan-Nya. Dan Dialah Pembuat Perhitungan bagi semua makhluk dalam waktu yang paling cepat, tanpa perlu berfikir dan menelaah. (Tafsir al-Wajiz)
ثُمَّ رُدُّوٓا۟ إِلَى اللهِ مَوْلَىٰهُمُ الْحَقِّ ۚ (Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya) Yakni malaikat maut mengembalikan nyawa para hamba-Nya setelah dihadapkan kepada Allah. وَهُوَ أَسْرَعُ الْحٰسِبِينَ (Dan Dialah Pembuat Perhitungan yang paling cepat) Yakni tidak butuh untuk memikirkan dan menimbang-nimbang perkara sebagaimana yang butuhkan hamba-hamba-Nya. (Zubdatut Tafsir)
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُۥٓ ءَاتَيْنَٰهُ حُكْمًا وَعِلْمًا ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ
Arab-Latin: wa lammā balaga asyuddahū ātaināhu ḥukmaw wa 'ilmā, wa każālika najzil-muḥsinīn
Artinya: Dan tatkala dia cukup dewasa Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dan ketika yusuf mencapai puncak kekuatannya dalam masa mudanya, kami anugerahkan kepadanya pemahaman dan ilmu. Dan dengan balasan serupa yang kami beriikan kepada yusuf atas perbuatan baiknya, kami memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik atas tindakan baik mereka. Disini terkandung hiburan bagi rasulullah . (Tafsir al-Muyassar)
Setelah Yusuf mencapai kesempurnaannya secara fisik dan mental, Kami memberinya pemahaman dan ilmu pengetahuan. Balasan semacam itulah yang Kami berikan kepada orang-orang yang berbuat baik dalam melaksanakan ketaatannya kepada Allah. (Tafsir al-Mukhtashar)
Dan ketika dia beranjak dewasa, yaitu memiliki kekuatan fisik dan akal, serta berumur cukup, yaitu 30 sampai 40 tahun, Kami memberinya wahyu kenabian dan hikmah, yaitu keilmuan yang menyokong amalnya, pengetahuan tentang rahasia-rahasia sesuatu, serta pengetahuan tentang agama, tafsir mimpi dan berbagai kejadian. Seperti halnya membalas Yusuf dengan balasan ini, Kami membalas orang-orang yang baik terhadap diri sendiri dengan menaati Allah SWT. (Tafsir al-Wajiz)
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُۥٓ (Dan tatkala dia cukup dewasa) Makna (الأشد) yakni batas umur dimana telah sempurna kekuatan seseorang; kemudian setelah umur ini kekuatannya akan berkurang. Terdapat pendapat mengatakan bahwa itu adalah ketika seseorang menginjak umur 33 tahun. Pendapat lain mengatakan ketika telah mencapai baligh. Dan pendapat lain mengatakan ketika mencapai 18 tahun. ءَاتَيْنٰهُ حُكْمًا وَعِلْمًا ۚ (Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu) Hikmah yakni kenabian. Dan ilmu yakni ilmu agama dan ilmu takwil mimpi. وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِينَ (Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik) Dan semua orang yang berbuat baik maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan. (Zubdatut Tafsir)
وَيَرَى ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ هُوَ ٱلْحَقَّ وَيَهْدِىٓ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَمِيدِ
Arab-Latin: wa yarallażīna ụtul-'ilmallażī unzila ilaika mir rabbika huwal-ḥaqqa wa yahdī ilā ṣirāṭil-'azīzil-ḥamīd
Artinya: Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
Orang-orang yang diberi ilmu mengetahui bahwa al-Qur’an yang diturunkan kepadamu dari sisi Tuhanmu adalah haq, ia membimbing kejalan Allah yang Mahaperkasa yang tidak terkalahkan dan tidak terhalangi, sebaliknya Dia menundukkan segala sesuatu dan mengalahkannya, Maha Terpuji dalam firman-firman, perbuatan-perbuatan dan SyariatNya. (Tafsir al-Muyassar)
Ulama dari kalangan sahabat dan orang-orang yang beriman dari ulama ahli kitab mengakui bahwa wahyu yang Allah turunkan kepadamu adalah benar, tidak ada keraguan padanya, membimbing ke jalan Allah yang Maha Perkasa yang tidak dikalahkan oleh siapa pun, yang Maha Terpuji di dunia dan di Akhirat. (Tafsir al-Mukhtashar)
Orang-orang yang mempunyai ilmu agama, yaitu para ulama ahli kitab, seperti Abdullah bin Salam dan teman-temannya bahwa Alquran yang telah Kami turunkan itu adalah suatu kebenaran yang pasti. Mereka bahwa Alquran adalah petunjuk bagi manusia menuju agama Allah yaitu pengesaan Allah. Juga sebagai jalan untuk memperoleh keridhoan Allah Pemilik kemuliaan dan kekuatan. Yang Maha Terpuji atas segala apapun yang dilakukan-Nya. (Tafsir al-Wajiz)
وَيَرَى الَّذِينَ أُوتُوا۟ الْعِلْمَ الَّذِىٓ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ هُوَ الْحَقَّ (Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar) Dan orang yang memiliki ilmu yang berada di atas kebenaran mengetahui bahwa apa yang diturunkan Allah kepadamu adalah kebenaran. Dan mereka adalah para sahabat. Pendapat lain mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang beriman dari kalangan Ahli Kitab. وَيَهْدِىٓ إِلَىٰ صِرٰطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ(dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji) Dan orang-orang yang memiliki ilmu tentang kitab Allah mengetahui bahwa kitab ini memberi petunjuk kepada agama Allah, agama yang mengajarkan ketauhidan. (Zubdatut Tafsir)
ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ
Arab-Latin: allażī 'allama bil-qalam
Artinya: Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Bacalah (wahai nabi), apa yang diturunkan kepadamu, dengan mengawalinya dengan menyebut nama tuhanmu yang esa dalam penciptaan. Yang menciptakan manusia dari segumpal daging kental yang merah. Bacalah (wahai nabi) apa yang diturunkan kepadamu, sesungguhnya kebaikan tuhanmu banyak,kemurahan NYA melimpah, Yang mengajari makhluk Nya menulis dengan pena, Mengajari manusia apa yang belum diketahuinya, dan memindahkannya dari kegelapan kebodohan menuju cahaya ilmu. (Tafsir al-Muyassar)
Yang telah mengajarkan tulisan dan cara menulis dengan pena. (Tafsir al-Mukhtashar)
Dzat yang mengajarkan manusia menulis dengan pena, dan itu adalah kenikmatan yang agung dari Allah SWT. Allah mengajarkan manusia dengan pena yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. (Tafsir al-Wajiz)
الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam) Yakni mengajarkan manusia menulis dengan pena. Allah mengawali dakwah Islam dengan seruan dan ajakan untuk membaca dan menulis, karena di dalamnya terkandung manfaat yang sangat besar. (Zubdatut Tafsir)
ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ
Arab-Latin: iqra` wa rabbukal-akram
Artinya: Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Bacalah -wahai Rasul- apa yang diwahyukan Allah kepadamu, dan Rabbmu itu Mahamulia, tidak ada kemuliaan yang mendekati kemuliaan-Nya, Dia telah berbuat banyak derma dan kebaikan. (Tafsir al-Mukhtashar)
Bacalah : sebagai penegas “Iqra’” yang pertama. Kamu percaya dan meyakini bahwa Tuhanmu adalah yang Maha mulia di antara orang-orang mulia. Di antara kemuliaannya adalah menjadikanmu bisa membaca, sedangkan engkau adalah nabi yang Ummi (tidak bica membaca) (Tafsir al-Wajiz)
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah) Dan termasuk dari kemurahan-Nya adalah kamu menjadi dapat membaca padahal kamu adalah ‘ummi’. (Zubdatut Tafsir)
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian kumpulan penjelasan dari berbagai pakar tafsir mengenai makna dan arti ayat tentang ilmu (arab, latin, artinya), moga-moga memberi kebaikan untuk kita semua. Dukung kemajuan kami dengan memberikan backlink ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.