Surat al-Hasyr Ayat 18-24

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Arab-Latin: yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad, wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta'malụn

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ نَسُوا۟ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

Arab-Latin: wa lā takụnụ kallażīna nasullāha fa ansāhum anfusahum, ulā`ika humul-fāsiqụn

Artinya: Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Menarik Tentang Surat al-Hasyr Ayat 18-24

Terdokumentasikan variasi penjabaran dari para ulama berkaitan isi surat al-hasyr ayat 18-24, sebagiannya sebagaimana termaktub:

Janganlah kalian wahai orang-orang beriman seperti orang-orang yang meninggalkan hak-hak Allah yang Dia wajibkan atas mereka, akibatnya Allah membuat mereka lupa terhadap hak mereka berupa kebaikan yang menyelamatkan mereka dari azab Allah pada Hari Kiamat. Mereka adalah orang-orang yang disifati dengan kefasikan, orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan rasulNya. (Tafsir al-Muyassar)

Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah dengan meninggalkan perbuatan taat kepada perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri dan tidak melakukan amal yang bisa menyelamatkan diri mereka dari murka Allah dan siksa-Nya. Orang-orang yang lupa kepada Allah itu, yang tidak menaati perintah-Nya dan tidak meninggalkan (berhenti dari) larangan-Nya, mereka adalah orang-orang yang keluar dari ketaatan terhadap Allah. (Tafsir al-Mukhtashar)

Mereka tidak melakukan ketaatan dan disibukkan dengan dengan dunia. Maka Allah menghukum mereka dengan menjadikan mereka lupa kepada hak jiwa mereka. Mereka tidak mengerjakan sesuatu yang bisa bermanfaat bagi mereka di akhirat. Merekalah orang-orang yang benar-benar telah keluar dari ketaatan kepada Allah (Tafsir al-Wajiz)

وَلَا تَكُونُوا۟ كَالَّذِينَ نَسُوا۟ اللهَ (Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah) Yakni orang-orang yang tidak menjalankan penitah-Nya dan tidak mempedulikan ketaatan kepada-Nya. فَأَنسَىٰهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ (lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri) Allah menjadikan mereka melupakan diri mereka karena mereka melupakan Allah dengan tidak menyibukkan diri dengan amalan yang dapat menyelamatkan mereka dari azab. Pendapat lain mengatakan yakni mereka melupakan Allah di saat lapang, maka Allah melupakan mereka di saat mereka kesusahan. أُو۟لٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُونَ (Mereka itulah orang-orang yang fasik) Yakni orang-orang yang enggan mentaati Allah. (Zubdatut Tafsir)

لَا يَسْتَوِىٓ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ وَأَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۚ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ

Arab-Latin: lā yastawī aṣ-ḥābun-nāri wa aṣ-ḥābul-jannah, aṣ-ḥābul-jannati humul-fā`izụn

Artinya: Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung.

Tidak sama para penghuni neraka yang disiksa dan para penduduk surga yang diberi nikmat. Para penduduk surga adalah orang-orang yang mendapatkan apa yang mereka cari, yang selamat dari segala apa yang dibenci. (Tafsir al-Muyassar)

Tidaklah sama para penghuni Neraka dan para penghuni Surga. Justru mereka berbeda terkait balasan yang mereka terima sebagaimana berbedanya perbuatan mereka di dunia. Para penghuni Surga adalah orang-orang yang menang karena mereka memperoleh apa yang mereka cari dan selamat dari apa yang mereka hindari. (Tafsir al-Mukhtashar)

Penghuni surga adalah orang yang beruntung karena mendapatkan berbagai kenikmatan dan keridhoan Allah. Mereka adalah orang-orang yang selamat dari azab Allah (Tafsir al-Wajiz)

أَصْحٰبُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَآئِزُونَ (penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung) Yakni berhasil meraih apa yang mereka harapkan dan selamat dari segala yang mereka benci. (Zubdatut Tafsir)

لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُۥ خَٰشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ ٱللَّهِ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَمْثَٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Arab-Latin: lau anzalnā hāżal-qur`āna 'alā jabalil lara`aitahụ khāsyi'am mutaṣaddi'am min khasy-yatillāh, wa tilkal-amṡālu naḍribuhā lin-nāsi la'allahum yatafakkarụn

Artinya: Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.

Seandainya Kami menurunkan al-Quran ini kepada sebuah gunung dari gunung-gunung yang ada, lalu ia mengerti ancaman dan janji di dalamnya, niscaya kamu melihat gunung itu dengan kekuatan dan kekerasannya tunduk, merendah dan terbelah karena takut kepada Allah. perumpamaaan itu Kami buat dan jelaskan kepada manusia agar mereka memikirkan Kuasa Allah dan keagunganNya. Ayat ini mengandung dorongan untuk merenungkan al-Quran, memahami makna-maknanya, dan mengamalkannya. (Tafsir al-Muyassar)

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur`ān ini di atas gunung niscaya engkau akan melihat -wahai Rasul- gunung itu meski sangat keras menjadi tunduk dan hancur karena sangat ketakutan kepada Allah. Karena di dalam Al-Qur`ān itu terdapat nasihat-nasihat yang menakutkan dan ancaman yang keras. Permisalan ini Kami berikan kepada manusia agar mereka menggunakan akalnya, sehingga bisa mengambil pelajaran dari nasihat-nasihat dan pelajaran-pelajaran yang ada di dalam ayat-ayat Al-Qur`ān. (Tafsir al-Mukhtashar)

Maka engkau akan melihat gunung itu tunduk dan hancur sebab takut kepada Allah. Juga sebagai wujud pengagungan dan ketakutan kepada hukuman Allah. Permisalan di dalam Alquran tersebut dimaksudkan kepada manusia agar mereka senantiasa berfikir (koreksi diri), mengambil pelajaran dan bertaubat. Maksudnya adalah bahwa permisalan ini menunjukkan tentang kerasnya hati manusia, mereka meningalkan kekhusuan dalam mendengar dan menyimak ayat Alquran (Tafsir al-Wajiz)

لَوْ أَنزَلْنَا هٰذَا الْقُرْءَانَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُۥ خٰشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللهِ ۚ (Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah) Yakni keagungan, kefasihan, dan kandungan al-Qur’an yang penuh pelajaran yang dapat melembutkan hati, dan jika ia diturunkan kepada salah satu gunung yang kamu lihat meski gunung itu sangat kuat dan keras niscaya akan hancur karena ketakutannya kepada Allah dan siksaa-Nya, dan karena kekhawatirannya tidak dapat menjalankan pengagungan firman Allah yang diwajibkan kepadanya. وَتِلْكَ الْأَمْثٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ(Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir) Yakni dalam hal yang harus mereka fikirkan agar dapat mengambil pelajaran dan menjauhi larangan yang dikandungnya. (Zubdatut Tafsir)

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ۖ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ

Arab-Latin: huwallāhullażī lā ilāha illā huw, 'ālimul-gaibi wasy-syahādah, huwar-raḥmānur-raḥīm

Artinya: Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Allah adalah Tuhan Yang berhak disembah, Yang tidak ada Tuhan yang haq kecuali Dia, Yang mengetahui apa yang rahasia dan apa yang terang-terangan, mengetahui apa yang ghaib dan apa yang hadir, Dia Maha Pengasih yang rahmatNya meliputi segala sesuatu, juga Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman kepadaNya. (Tafsir al-Muyassar)

Dia lah Allah yang tiada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya, Maha Mengetahui yang gaib dan yang nampak, tidak ada sesuatu pun dari hal itu yang luput dari-Nya. Maha Pengasih di dunia dan Akhirat serta Maha Penyayang di dunia dan Akhirat. Rahmat-Nya meliputi seluruh alam, Maharaja, Mahasuci dan bersih dari semua kekurangan, Mahaselamat dari semua aib, Yang membenarkan para Rasul-Nya dengan ayat-ayat yang jelas, Mahateliti atas amal perbuatan hamba-hamba-Nya, Maha Perkasa yang tidak ada sesuatu pun yang mengalahkan-Nya, Mahakuasa yang bisa memaksa segala sesuatu dengan kekuasaan-Nya dan Maha Memiliki segala keagungan. Mahasuci Allah dan Mahabersih dari apa yang disekutukan oleh orang-orang musyrik berupa berhala-berhala dan lainnya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Tidak ada Tuhan selain Allah. Yang Maha Tahu atas segala yang ghaib, isi hati dan segala yang terlihat. Allah Maha Tahu atas segala yang berwujud materi maupun tidak. Kemahatahuan Allah meliputi segala yang ghaib maupun yang tampak. Yang Maha Luas sifat pengasih-Nya kepada para hamba-Nya, Maha Pengasih selamanya (Tafsir al-Wajiz)

عٰلِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهٰدَةِ ۖ (Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata) Yakni Allah mengetahui apa yang tersembunyi dari panca indra atau yang nampak. (Zubdatut Tafsir)

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْمَلِكُ ٱلْقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلْمُؤْمِنُ ٱلْمُهَيْمِنُ ٱلْعَزِيزُ ٱلْجَبَّارُ ٱلْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Arab-Latin: huwallāhullażī lā ilāha illā huw, al-malikul-quddụsus-salāmul-mu`minul-muhaiminul-'azīzul-jabbārul-mutakabbir, sub-ḥānallāhi 'ammā yusyrikụn

Artinya: Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Dia- lah Allah, Tuhan yang berhak disembah, Yang tidak ada tuhan yang haq selainNya, Pemilik segala sesuatu, Yang bertindak terhadapnya tanpa ditolak dan dihalangi, Yang disucikan dari segala kekurangan, Yang selamat dari segala aib, Yang membenarkan para nabi dan RasulNya dengan apa Yang Dia mengutus mereka dengannya, yaitu ayat-ayat yang jelas, Yang mengawasi seluruh makhlukNya dalam seluruh amal perbuatan mereka, Yang Mahaperkasa Yang tidak terkalahkan, Yang Mahakuat Yang mengalahkan seluruh hambaNya, dan seluruh makhluk tunduk kepadaNya, Yang memiliki segala keagungan dan kebesaran, Mahasuci Allah dari segala apa yang mereka sekutukan denganNya dalam beribadah kepadaNya. (Tafsir al-Muyassar)

Allah Sang Penguasa segala sesuatu. Yang bersih dari segala kekurangan, dan Yang Suci dari segala aib. Bersih dari segala kekurangan dan aib. Bersih dari segala bahaya. Yang Maha Memberi keamanan untuk hamba-Nya dari kedhaliman. Yang Maha membenarkan risalah-Nya yang disampaikan. Penguasa Kerajaan Yang Maha Mengawasi hamba-Nya. Kekuasaan/Kekuatan-Nya menyelimuti segala sesuatu. Pemilik keagungan. Segala sesuatu tunduk kepada perintah-Nya. Yang Maha Besar dan Maha Luhur dan Tinggi dari segala cela. Allah bersih dari sebutan kaum musyrik yang menyatakan bahwa Allah mempunyai sekutu ataupun anak (Tafsir al-Wajiz)

هُوَ اللهُ الَّذِى لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ (Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia) Allah mengulangi kalimat ini sebagai penekanan dan pengikraran. الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ(Raja, Yang Maha Suci) Yakni suci dari segala aib yang tidak layak ada pada diri-Nya. Pendapat lain mengatakan maknanya adalah Allah tidak akan menzalimi makhluk-Nya. الْمُؤْمِنُ (Yang Mengaruniakan Keamanan) Yakni Yang memberi keamanan bagi hamba-Nya dari kezaliman. Pendapat lain mengatakan maknanya adalah Yang membenarkan rasul-rasul-Nya dengan memberi mereka mukjizat. الْمُهَيْمِنُ(Yang Maha Memelihara) Yakni yang menyaksikan dan mengawasi amal perbuatan hamba-hamba-Nya. الْعَزِيزُ(Yang Maha Perkasa) Yakni yang Maha perkasa dan kuasa yang tidak akan terkalahkan. الْجَبَّارُ(Yang Maha Kuasa) Yakni yang maha agung. Pendapat lain mengatakan maknanya adalah yang kekuatan-Nya tidak mampu dihadapi. الْمُتَكَبِّرُ ۚ( Yang Memiliki segala Kesombongan) Yakni Maha Tinggi dari segala kekurangan, dan Maha Agung dari segala yang tidak pantas bagi-Nya. dan sifat sombong pada Dzat Allah adalah pujian, sedangkan pada diri makhluk adalah keburukan. (Zubdatut Tafsir)

هُوَ ٱللَّهُ ٱلْخَٰلِقُ ٱلْبَارِئُ ٱلْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

Arab-Latin: huwallāhul-khāliqul-bāri`ul-muṣawwiru lahul-asmā`ul-ḥusnā, yusabbiḥu lahụ mā fis-samāwāti wal-arḍ, wa huwal-'azīzul-ḥakīm

Artinya: Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dia-lah Allah, Yang Maha Pencipta, Yang menetapkan takdir para makhluk, Yang membuat, mengadakan, dan menumbuhkan mereka sesuai dengan hikmahNya, Yang membentuk makhlukNya bagaimana Allah berkehendak. Milik Allah-lah Asma’ul Husna dan sifat-sifat yang tinggi, seluruh apa yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Allah Maha perkasa, Pemilik hukuman berat atas musuh-musuhNya, Mahabijaksana dalam pengaturanNYa terhadap urusan makhlukNya. (Tafsir al-Muyassar)

Dia lah Allah Yang Maha Pencipta yang menciptakan segala sesuatu, yang mengadakan segala sesuatu, Maha Pembentuk makhluk-makhluk-Nya sesuai dengan keinginan-Nya, Dia memiliki al-Asma`ul Husna (nama-nama yang Maha indah) yang mencakup seluruh sifat-sifat-Nya yang tinggi. Seluruh yang ada di langit dan di bumi menyucikan-Nya dari setiap kekurangan, Maha Perkasa yang tidak ada seorang pun yang mampu mengalahkan-Nya, Maha Bijaksana di dalam penciptaan-Nya, syariat-Nya dan takdir-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Allah-lah Yang menumbuhkan segala sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Artinya Allah-lah Yang menjadikan sesuatu ada dari ketidakadaannya, inilah makna dari Pencipta sebagai Yang Menumbuhkan. Allah Maha Memberi bentuk atas segala sesuatu atas kehendak-Nya. Allah memiliki nama-nama yang menunjukkan kesempurnaan dan ketinggian sifat luhur-Nya (Tafsir al-Wajiz)

هُوَ اللهُ الْخٰلِقُ (Dialah Allah Yang Menciptakan) Yakni yang mengatur segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. الْبَارِئُ (Yang Mengadakan) Yakni Maha Pencipta segala sesuatu. الْمُصَوِّرُ ۖ( Yang Membentuk Rupa) Yakni yang membentuk rupa dengan segala bentuknya yang berbeda-beda. لَهُ الْأَسْمَآءُ الْحُسْنَىٰ ۚ( Yang Mempunyai Asmaaul Husna) Telah dijelaskan kalimat ini sebelumnya pada surat al-A’raf: 180. يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ ۖ( Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi) Yakni segala yang ada di langit dan bumi mengucapkan tasbih dengan lisan dan keadaan mereka. (Zubdatut Tafsir)

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Itulah sekumpulan penafsiran dari beragam pakar tafsir terkait makna dan arti surat al-hasyr ayat 18-24 (arab, latin, artinya), moga-moga berfaidah bagi kita. Bantu kemajuan kami dengan memberi tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Halaman Sering Dilihat

Kami memiliki ratusan topik yang sering dilihat, seperti surat/ayat: Al-Isra 25, Ali ‘Imran 97, Al-Hadid 20, Al-Ma’idah 8, Tentang Al-Quran, Al-Baqarah 43. Serta Ad-Dukhan, Al-Qamar 49, Al-Baqarah 45, Ali ‘Imran 139, At-Thalaq, Al-Jin.

  1. Al-Isra 25
  2. Ali ‘Imran 97
  3. Al-Hadid 20
  4. Al-Ma’idah 8
  5. Tentang Al-Quran
  6. Al-Baqarah 43
  7. Ad-Dukhan
  8. Al-Qamar 49
  9. Al-Baqarah 45
  10. Ali ‘Imran 139
  11. At-Thalaq
  12. Al-Jin

Pencarian: ...

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: