Surat Al-Ma’idah Ayat 50
أَفَحُكْمَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Arab-Latin: A fa ḥukmal-jāhiliyyati yabgụn, wa man aḥsanu minallāhi ḥukmal liqaumiy yụqinụn
Artinya: Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?
« Al-Ma'idah 49 ✵ Al-Ma'idah 51 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Berkaitan Surat Al-Ma’idah Ayat 50
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Ma’idah Ayat 50 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai pelajaran menarik dari ayat ini. Didapati pelbagai penafsiran dari kalangan mufassirun mengenai isi surat Al-Ma’idah ayat 50, di antaranya sebagaimana di bawah ini:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Apakah orang-orang yahudi itu menghendaki kamu memutuskan perkara diantara mereka dengan kebiasaan yang dijalankan oleh kaum musyrikin dan para penyembah berhala, berupa kesesatan-kesesatan dan kebodohan-kebodohan?! Hal itu tidak akan terjadi dan tidak pantas selamanya. Dan siapakah yang lebih adil daripada Allah dalam hukum yang ditetapkanNya bagi orang yang memahami dari Allah lah syariatNya dan beriman kepadaNya serta meyakini bahwa hukum Allah adalah haq?
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
50. Apakah mereka berpaling dari keputusanmu seraya mencari keputusan dari orang-orang Jahiliah penyembah berhala yang memberikan keputusan berdasarkan selera hati mereka? Tidak ada yang lebih baik keputusan hukumnya dari Allah bagi orang-orang yang meyakini dan memahami apa yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, bukan bagi orang-orang Jahiliah dan pemuja hawa nafsu yang hanya mau menerima apa yang sejalan dengan selera hati mereka meskipun batil.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
50. أَفَحُكْمَ الْجٰهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ (Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki)
Yakni apakah mereka berpaling dari putusanmu yang sesuai dengan apa yang Allah turunkan kepadamu dan menghendaki hukum jahiliyah?
وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ (dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?)
Yakni tidak ada yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang beriman. Tidak seperti orang-orang bodoh dan menikuti hawa nafsu yang tidak rela kecuali hukum yang sesuai dengan nafsu mereka meskipun itu bathil.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
1 ). Ketajuilah bahwasanya setiap hukum yang bertentangan dengan syari'at Allah, maka sesungguhnya ia adalah bagian dari hukum-hukum jahiliah :
{ أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ }
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?"
2 ). Lafazh "الْجَاهِلِيَّةِ" di dalam al-Qur'an dinisbatkan kepada empat perkara : { أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ } , dan { ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ } [ Ali-Imran : 154 ]. dan { تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ } [ AL-Ahzab : 33 ], dan { حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ } [ AL-Fath : 26 ] , pada perkara pertama datang dari rusaknya hukum, dan kedua daru rusanya sangkaan, dan ketiga dari rusaknya pakaian para wanita, dan keempat dari kesombongan jahiliyah.
3 ). Itulah mereka yang mencari-cari jawaban dari penduduk bumi untuk menghindar dari sanksi Raja langit, tetapi sungguh mereka telah gagal dengan aturan-aturan yang mereka banggakan, yaitu aturan yang berasal dari fikiran mereka sendiri, maka peristiwa ini patutlah menjadi pelajaran bagi mereka yang memohon petunjuk Allah dari orang-orang yang menyesatkan, atau dengan melihat maslahat dari selain syari'at Allah.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
50. Apakah mereka menginginkan keputusan zaman Jahiliyyah yang didirikan atas dasar kesewenang-wenangan, monopoli dan hawa nafsu, dan tidak mau menerima keputusan Allah. Tidak ada keputusan yang lebih baik daripada keputusan Allah bagi kaum yang meyakini kebenaran ayat hukum dalam Al-Qur’an, adapaun selain itu adalah keputusan orang yang bodoh dan mengikuti hawa nafsu.
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki} inginkan {siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi kaum yang meyakini
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
50. "Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki?” maksudnya, apakah dengan berpaling dan menjauhnya mereka darimu karena mereka mencari hukum jahiliyah? Hukum Jahiliyah itu adalah semua hukum yang bertentangan dengan apa yang diturunkan oleh Allah kepada RasulNya. Karena pilihan yang ada hanya hukum Allah dan RasulNya atau hukum jahiliyah. Siapa yang berpaling dari yang pertama, maka dia akan ditimpa oleh yang kedua yang berpijiak kepada kebodohan, kezaliman, dan kesewenang-wenangan. Oleh karena itu Allah menyatakannya jahiliyah. Adapun hukum Allah, maka ia berpijak kepada ilmu, keadilan, cahaya, dan petunjuk. “Siapa yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?” orang yang yakin adalah orang yang mengetahui perbedaan antara dua hukum dan dia membedakan dengan keyakinannya kebaikan dan kemuliaan yang ada pada hukum Allah, bahwa ia secara akal dan syariat wajib untuk diikuti. Keyakinan adalah ilmu yang sempurna yang mendorong kepada amal perbuatan.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 48-50
Ketika Allah SWT menyebutkan Taurat yang Dia turunkan kepada nabi Musa, dan Dia memuji serta mengagungkannya, serta memerintahkan untuk mengikuti Taurat di mana pun yang mudah untuk mengikutinya. Dia juga menyebutkan Injil dan memujinya, serta memerintahkan untuk mengerjakan dan mengikuti apa yang terkandung di dalamnya, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Allah SWT mulai menyebutkan Al-Quran yang agung yang Dia turunkan kepada hambaNya dan RasulNya yang mulia. Allah berfirman, (Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran) yaitu dengan kebenaran yang tidak ada keraguan di dalamnya bahwa itu dari sisi Allah (membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab) yaitu kitab-kitab sebelumnya yang menyebutkan dan memuji Al-Qur’an, bahwa Al-Qur’an akan diturunkan dari sisi Allah kepada hamba dan RasulNya, Muhammad SAW. Maka turunnya Al-Qur’an itu sebagaimana yang diberitakan oleh kitab-kitab itu, dimana Al-Qur’an menambah kebenaran bagi orang-orang yang memegang teguh kitab-kitab itu dari kalangan orang-orang yang berilmu yang patuh kepada perintah Allah, mengikuti syariat-syariatNya, dan membenarkan rasul-rasulNya, sebagaimana Allah SWT berfirman (Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud (107) dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi" (108)) (Surah Al-Isra') yaitu jika apa yang dijanjikan Allah melalui lisan para rasulNya yang terdahulu sebelum nabi Muhammad SAW (pasti dipenuhi) yaitu pasti akan terjadi, tanpa bisa disangkal, dan tidak ada keraguan dalam hal itu.
Firman Allah, (dan menjaganya) Sufyan Ats-Tsauri dan lainnya meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari At-Taimiy, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "maknanya, mempercayainya"
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa “Al-Muhaimin” adalah yang dipercayai, yaitu Al-Qur’an itu dipercayai oleh kotab-kitab sebelumnya.
Diriwayatkan dari Al-Walibi dari Ibnu Abbas, bahwa (Muhaimin)maknanya adalah saksi. Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, dan As-Suddi.
Semua pendapat ini memiliki makna yang serupa, karena nama "Al-Muhaimin" mencakup semuanya: bahwa maknanya adalah dipercaya, saksi, dan hakim atas semua kitab sebelumnya. Allah menjadikan kitab yang agung ini sebagai kitab yang diturunkan di akhir semua kitab, sebagai penutup semua kitab, dan sebagai kitab yang paling mencakup semuanya, paling agung di antara semuanya, dan paling sempurna, dimana menggabungkan kebaikan-kebaikan dari kitab-kitab sebelumnya dan menambahkannya dengan keutamaan-keutamaan yang tidak ada dalam kitab-kitab lainnya. Oleh karena itu, Allah menjadikannya sebagai saksi, sesuatu yang dipercaya, dan hakim atas semua kitab tersebut. Allah SWT berjanji untuk menjaganya dengan DzatNya yang Maha Mulia, Dia berfirman, (Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (9)) (Surah Al-Hijr).
Firman Allah, (maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan), yaitu "Putuskanlah, wahai Muhammad, perkara di antara manusia, baik dari bangsa Arab maupun non-Arab, yang tidak bisa baca tulis maupun yang ahli baca tulis, dengan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu dalam kitab yang agung ini, dan berdasarkan beberapa hukum yang telah ditetapkan Allah untukmu berupa hukum yang telah digunakan oleh para nabi sebelummu yang belum dinasakh dalam syariatmu." Demikian juga Ibnu Jarir memaknainya demikian.
Firman Allah, (dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka), yaitu pendapat yang telah mereka sepakati, dan karena itu mereka meninggalkan apa yang diturunkan Allah kepada para rasulNya. Oleh karena itu, Allah berfirman, (dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu) yaitu janganlah kamu berpaling dari kebenaran yang telah diperintahkan Allah kepadamu menuju kepada hawa nafsu orang-orang bodoh yang fasik itu.
Firman Allah, (Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, telah Kami berikan aturan dan jalan yang terang).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang ayat (Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, telah Kami berikan aturan) dia berkata,”maknanya adalah jalan”. (dan jalan yang terang) dia berkata,”maknanya adalah sunnah”
Demikian juga diriwayatkan dari Mujahid, ‘Ikrimah, Hasan Al-Bashri, Qatadah, Adh-Dhahhak, As-Suddi, dan Abu Ishaq As-Sabi'i, mereka berkata: (aturan dan jalan yang terang) maknanya adalah jalan dan tuntunan. Diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan ‘Atha' Al-Khurasani berpendapat sebaliknya: yaitu tuntunan dan jalan.
Pendapat pertama lebih sesuai karena “Asy-Sir’ah” (yang juga merupakan syari’ah) adalah adalah permulaan yang digunakan untuk mencapai sesuatu. Dikatakan juga “Syara’a kadza” maknanya yaitu memulai dengan hal itu. Demikian pula makna syari'ah, yaitu sesuatu yang dipakai untuk berlayar di atas air. Sedangkan "Al-Minhaj" adalah jalan yang jelas dan mudah, sedangkan “As-Sunan” adalah tuntunan-tuntunan.
Jadi tafsir dari firmanNya, (Syir'atan wa minhajan) dengan jalan dan tuntunan itu lebih jelas kaitannya daripada kebalikannya. Hanya Allah yang lebih mengetahui.
Kemudian hal ini memberitahukan tentang umat-umat yang beragam agamanya, sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah melalui rasul-rasulNya yang mulia berupa syariat yang beragam, tetapi sama dalam ketentuannya, yaitu tauhid.. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits shahih Imam Bukhari dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kami para nabi adalah saudara-saudara yang berlainan ibu, tetapi agama kami satu” yaitu dengan ajaran tauhid yang diperintahkan Allah kepada setiap rasul yang Dia utus, dan terkandung di dalamnya semua kitab yang Dia diturunkan. Sebagaimana Allah SWT berfirman, (Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian”) (25)) (Surah Al-Anbiya) dan (Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu") (Surah An-Nahl: 36). Adapun syariat-syariat yang beragam itu dalam hal perintah danlarangan. Terkadang sesuatu bisa diharamkan dalam syariat ini, kemudian dihalalkan dalam syariat lain, dan sebaliknya. Terkadang sesuatu yang ringan dijadikan lebih berat dalam syariat ini, namun tidak pada syariat itu. Dalam hal ini terdapat hikmah yang jelas dan hujjah yang kuat dari Allah SWT yang menentukannya.
Oleh karena itu, Allah SWT berfirman: (Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu) yaitu bahwa Allah SWT telah menetapkan syariat-syariat yang berbeda, untuk menguji hamba-hambaNya dalam syariat yang diberikan kepada mereka, dan untuk memberi pahala atau hukuman kepada mereka berdasarkan ketaatan atau kedurhakaan mereka kepadaNya melalui apa yang mereka perbuat dan mereka yakini dari semua itu"
Abdullah bin Katsir berkata, (terhadap pemberian-Nya kepadamu) yakni kitab.
Kemudian, Allah SWT menyarankan mereka untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan menyegerakan dalam melakukannya. Allah berfirman, (maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan) yaitu taat kepada Allah dan mengikuti syariatNya yang telah Dia buat untuk menasakh kitab yang sebelumnya, serta membenarkan kitab Al-Qur'an yang merupakan akhir dari kitab yang Dia turunkan.
Kemudian Allah SWT berfirman, (Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya) yaitu tempat kembali kalian semua wahai manusia pada hari kiamat (lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu) yaitu Dia akan memberitahukan kepada kalian tentang kebenaran yang kalian perselisihkan. Lalu Dia akan membalas orang-orang yang jujur dengan kejujuran mereka dan menghukum orang-orang yang kafir, ingkar, dan mendustakan kebenaran, serta menyimpang darinya menuju hal lain tanpa dalil dan bukti yang jelas, bahkan mereka adalah orang-orang yang keras kepala terhadap bukti yang jelas, hujjah yang terang, dalil bukti yang pasti.
Adh-Dhahhak berkata tentang firmanNya, (maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan) yaitu umat nabi Muhammad SAW. Pendapat pertama adalah adalah yang paling jelas.
Firman Allah: (dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka) Ini adalah penegasan untuk melaksanakan perintah sebelumnya dan larangan untuk melanggar perintah itu.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu) yaitu berhati-hatilah terhadap musuh-musuhmu, yaitu orang-orang Yahudi, dimana mereka memalsukan kebenaran dalam hal-hal yang mereka cegah agar tidak sampai kepadamu. Janganlah kamu tertipu dengan merasa, karena mereka adalah pendusta, kafir, dan pengkhianat. (Jika mereka berpaling) dari hukum yang kamu putuskan di antara mereka sesuai dengan kebenaran, lalu mereka melanggar syariat Allah, (maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka) yaitu ketahuilah bahwa hal itu terjadi karena takdir dan kebijaksanaan Allah atas mereka untuk membuat mereka menyimpang dari petunjuk akibat dari dosa-dosa mereka yang lalu yang mengakibatkan kesesatan dan kedengkian mereka (Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik) yaitu sesungguhnya kebanyakan manusia itu tidak mau taat kepada Tuhan mereka, menentang dan menjauh dari kebenaran. Sebagaimana Allah berfirman: (Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya. (103)) (Surah Yusuf), dan (Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah) (Surah Al-An'am: 116).
Firman Allah (Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (50)) Allah menolak orang menyimpang dari hukumNya yang bijaksana dan mencakup setiap kebaikan, menolak sagala jenis keburukan, dan berbuat adil kepada apa saja selainNya berupa pandangan, keinginan, dan istilah-istilah yang mereka ciptakan tanpa dasar dari syariat Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah yang menetapkan hukum-hukum sesat dan salah, berdasarkan pendapat dan keinginan mereka sendiri.
(dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?) yaitu, siapakah yang lebih adil daripada Allah dalam memberikan hukum bagi orang-orang yang telah mengerti hukum Allah, beriman kepadaNya, dan mengetahui bahwa Allah adalah Dzat yang paling adil di antara para hakim, dan Dzat yang paling mengasihi ciptaanNya melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya?. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui, Maha Kuasa, dan Maha Adil atas segala sesuatu
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Surat Al-Ma’idah ayat 50: Hukum jahiliah adalah setiap hukum yang menyelisihi hukum Allam dan Rasul-Nya. Barang siapa yang berpaling dari hukum Allah dan Rasul-Nya, maka ia ditimpa bala' dengan hukum jahiliah yang tegak di atas kebodohan, kezaliman dan kesesatan, adapun hukum Allah, maka ia tegak di atas ilmu, keadilan, cahaya dan petunjuk.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Ma’idah Ayat 50
Apakah keinginan yang tidak sesuai dengan ajaran Allah itu karena mereka ingin kembali pada hukum jahiliah yang mereka kehendaki' sesungguhnya hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum yang telah ditetapkan Allah, yaitu yang telah disyariatkan bagi orang-orang yang benar-benar beriman dan yang meyakini agama-Nya' wahai orang-orang yang beriman! ingatlah kamu semua, janganlah sekali-kali kamu menjadikan orang yahudi dan nasrani sebagai teman setiamu karena akibat negatifnya lebih banyak ketimbang positifnya. Selain itu, mereka satu sama lain saling melindungi karena adanya persamaan kepentingan di antara mereka. Oleh karena itu, barang siapa di antara kamu yang tetap saja memilih dan menjadikan mereka sebagai teman setia dengan mengabaikan umat islam, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka yang sering kali mengabaikan ajaran-ajaran Allah. Sungguh, karena keingkaran mereka, Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang ingkar dan zalim karena selalu mengabaikan tuntunan-Nya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian pelbagai penjelasan dari berbagai ahli ilmu terkait kandungan dan arti surat Al-Ma’idah ayat 50 (arab-latin dan artinya), moga-moga memberi kebaikan bagi ummat. Sokonglah usaha kami dengan memberi tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.