Tulisan Inna Lillahi
Musibah dapat menimpa siapa saja kapanpun dan dimanapun, tua muda, besar-kecil, pria wanita, siapa pun tidak akan lepas dari musibah. Musibah bisa berupa sakit, bencana alam, kehilangan, kematian, dan lainnya. Di saat tersebut ucapkanlah innalillahi wa inna ilaihi rojiun, dan inilah tulisan Innalillahi dalam bahasa Arab:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada-Nya kami kembali”
Makna Tulisan Inna Lillahi
Jika anda melihat ada tulisan inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, atau ucapan innalillahi, biasanya baru saja ada musibah yang menyimpang orang yang menuliskan atau mengucapkan tersebut. Baik musibah tersebut menimpa dirinya langsung, atau keluarganya, atau rekannya, atau orang-orang di dekatnya. Dan memang demikianlah seharusnya seorang muslim, jika ditimpa musibah disunnahkan mengucapkan hal tersebut.
Bagi seorang muslim tulisan Innalillahi atau disebut juga dengan ucapan istirja’ bukanlah sebuah hal yang sepele, dan bukan juga sebuah perkataan basa-basi. Perkataan ini mengandung pelajaran tauhid dan tawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta kepasrahan total kepada diri-Nya semata.
Makna dari kalimat Innalillahi ini adalah seorang muslim mengakui bahwa dirinya dan segala apa ya Allah rezekikan kepadanya tidaklah berada di dalam kekuasaannya. Dan juga tidak berasal dari kemampuan dirinya. Akan tetapi dengan kalimat ini seorang muslim mengakui bahwa dirinya, keluarganya, hartanya, semua pencapaian dan semua rezekinya adalah berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala. Dia mengakui bahwa Allah lah yang untuk memperlakukan dirinya dan segala yang melekat padanya sesuai kehendak Allah Ta’ala.
Dengan kalimat ini seorang muslim juga mengakui bahwa dirinya dan juga seluruh kenikmatan yang dia dapatkan dari Allah kelak akan kembali juga kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, akan dicabut dan ditarik kembali baik dengan keridhaan/kerelaan dirinya ataupun tidak. Bagaimana Allah menciptakan dan memberikan, allah pula yang akan menghancurkan dan menarik kembali segala pemberiannya.
Dengan kalimat ini juga seorang muslim mengakui bahwa Allah hanya menciptakan menganugerahkan berbagai nikmat kepadanya. Allah lah tempat kembali bagi dirinya dan ujung dari segala urusannya.
Ridho Terhadap Takdir Allah
Mengucapkan kalimat ini adalah juga merupakan salah satu bukti bahwa seseorang ridha atau rela terhadap takdir yang Allah tetapkan pada dirinya, keluarganya, hartanya dan kehidupannya. Mengucapkannya berarti bersabar dan rela atas keputusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seorang mukmin haruslah seperti itu menghadapi ujian dari Allah subhanahu wa ta’ala. Kesabarannya insya Allah akan berbalas pahala yang akan diraih dan dipetik kelak di akhirat.
Adapun kebalikannya adalah sikap marah-marah, tidak rela bahkan menyalahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas takdir musibah yang menimpa dirinya dan kehidupannya. Ini bukanlah sikap yang terpuji, bahkan menjadikan musibah terasa lebih berat di hati, serta tidak mendapat pahala bahkan berdosa. Ini bukanlah sikap yang benar, dan bukanlah sikap yang diperbolehkan bagi seorang muslim, karena menunjukkan bahwa dirinya tidak ridho kepada takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala.