Surat Al-‘Adiyat Ayat 7
وَإِنَّهُۥ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ
Arab-Latin: Wa innahụ 'alā żālika lasyahīd
Artinya: Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,
« Al-'Adiyat 6 ✵ Al-'Adiyat 8 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Tafsir Penting Terkait Surat Al-‘Adiyat Ayat 7
Paragraf di atas merupakan Surat Al-‘Adiyat Ayat 7 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai tafsir penting dari ayat ini. Terdokumentasi pelbagai penjabaran dari banyak pakar tafsir berkaitan isi surat Al-‘Adiyat ayat 7, antara lain sebagaimana di bawah ini:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
6-8. Sesungguhnya manusia sangat ingkar terhadap nikmat-nikmat tuhannya, Dan dia mengakui dirinya memang pengingkar. Dan sesungguhnya manusia sangat mencintai harta.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
7. Dan sesungguhnya ia menjadi saksi atas keingkarannya terhadap kebaikan, ia tidak bisa mengingkari kenyataan ini karena sudah sangat jelas.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
7. وَإِنَّهُۥ عَلَىٰ ذٰلِكَ لَشَهِيدٌ (dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya)
Yakni mengakui sendiri bahwa dirinya sangat ingkar, karena terlihat dari dirinya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
7-8. Dan sesungguhnya dia mengakui rasa tidak terima kasihnya itu. Dia menganggap bahwa nikmat itu dia ciptakan sendiri, karena yang tampak hanyalah jerih payahnya atas hal itu. Sesungguhnya perbuatannya itu diakui olehnya dengan tidak berterima kasih (kepada Allah) dan hal itu adalah pengakuan melalui perilaku. Sesunggunhnya dia sangat menyukai harta yang banyak sehingga dia kikir atau dia merasa mampu dan pandai untuk mencari dan mendapatkannya.
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{Sesungguhnya dia atas hal itu benar-benar menjadi saksi} menjadi saksi
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
7. “Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,” yakni sesungguhnya manusia menyaksikan keengganannya menunaikan kewajiban dan keingkaran yang ia ketahui pada dirinya, ia tidak membantah dan tidak mengingkarinya: karena itu adalah sesuatu yang jelas. Kemungkinan kata ganti dalam ayat ini merujuk pada Allah, artinya sesungguhnya manusia benar-benar ingkar terhadap Rabbnya dan Allah menyaksikan hal itu. Dalam ayat ini terdapat ancaman dan peringatan keras bagi orang yang ingkar terhadap Rabbnya, karena Allah Maha Menyaksikannya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 1-11
Allah SWT bersumpah dengan menyebut kuda apabila dilarikan di jalan Allah, maka ia lari dengan kencangnya dan suara napasnya yang keras saat lari (dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya) (2)) yaitu suara detak teracaknya ketika menginjak batu-batuan, lalu keluarlah percikan api darinya.
(dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi (3)) yaitu mengadakan serangan di waktu pagi, sebagaimana Rasulullah SAW mengadakan serangan di waktu subuh, maka apabila beliau mendengar suara azan di kabilah yang akan diperangi, beliau mengurungkan. Dan apabila tidak, maka menyerangnya.
Firman Allah: (maka ia menerbangkan debu (4)) yaitu debu di tempat kuda-kuda mereka sedang bertempur.
(dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh (5)) yaitu kuda-kuda tersebut berada di tengah-tengah peperangan.
(dan kuda yang mencetuskan bunga api dengan pukulan (kuku kakinya) (2)) yaitu dengan teracaknya. Dikatakan bahwa kuda-kuda itu menyalakan peperangan di antara para penunggangnya. Pendapat itu dikatakan Qatadah.
Diriwayatkan dari Mujahid tentang firmanNya: (dan kuda yang mencetuskan bunga api dengan pukulan (kuku kakinya) (2)) yaitu tipu muslihat peperangan.
Ibnu Jarir berkata bahwa pendapat yang benar adalah yang pertama. yaitu bahwa makna yang dimaksud adalah kuda ketika memercikkan api dari kaki teracaknya.
Firman Allah: (dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi (3)) Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah berkata bahwa makna yang dimaksud adalah pasukan berkuda yang menyerang di pagi hari di jalan Allah.
(maka ia menerbangkan debu (4)) yaitu tempat yang kuda-kuda dan unta-unta itu, baik dalam ibadah haji atau peperangan.
Firman Allah: (dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh (5)) Ikrimah, Qatadah, dan Adh-Dhahhak berkata bahwa makna yang dimaksud adalah kumpulan musuh yang kafir.
Bisa ditafsirkan bahwa kuda-kuda itu berkumpul di tengah-tengah tempat pertempuran. Jadi kata (jam'a) dimanshub menjadi hal yang menegaskan.
Firman Allah: (sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya (6)) Ini adalah subjek sumpah, bahwa sesungguhnya manusia itu benar-benar mengingkari nikmat-nikmat Tuhannya.
Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Ibnu Zaid berkata bahwa kata “al-kanud” adalah orang yang ingkar.
Al-Hasan berkata bahwa itu adalah orang yang mengingat musibah dan melupakan nikmat-nikmat Tuhannya.
Firman Allah: (dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya (7)) Qatadah berkata bahwa sesungguhnya Allah menyaksikan hal itu.
Bisa ditafsirkan bahwa dhamir itu merujuk kepada manusia, jadi bentuknya adalah sesungguhnya manusia itu benar-benar menyaksikan keingkaran dirinya, yaitu dengan ucapan dan keadaannya, yaitu hal itu tampak baginya dalam ucapan dan perbuatannya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir) (Surah At-Taubah: 17)
Firman Allah: (dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta (8)) yaitu sesungguhnya kecintaannya kebaikan, yaitu kepada harta itu sangat besar. Tentang ini ada dua pendapat; pendapat pertama adalah bahwa sesungguhnya manusia itu sangat mencintai harta.
Pendapat kedua bahwa sesungguhnya karena kecintaannya kepada harta, dia menjadi orang yang serakah dan kikir. Keduanya benar.
Kemudian Allah SWT berfirman agar berzuhud terhadap dunia dan menganjurkan untuk menyukai akhirat, dan memperingatkan tentang apa yang akan terjadi setelah kehidupan ini, yaitu kengerian yang akan dihadapi manusia (Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur? (9)) yaitu, Dia mengeluarkan orang-orang yang telah mati dari dalamnya (dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada (10)) Ibnu Abbas dan lainnya berkata bahwa maknanya adalah apabila ditampakkan apa yang selama itu mereka sembunyikan dalam diri mereka (sesungguhnya Tuhan mereka pada hari ini Maha Mengetahui keadaan mereka (11)) yaitu benar-benar mengetahui semua yang mereka lakukan dan kerjakan, dan Dia akan membalaskan mereka dengan balasan yang sempurna; Dia tidak akan berbuat zalim bahkan seberat dzarrah pun.
📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)
{ وَإِنَّهُ } Dan sesungguhnya manusia yang kafir itu { عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ } telah bersaksi dan mengakui keingakarannya terhadap nikmat Allah - عز وجل - .
Dalam riwayat lain dikatakan : bahwa yang dimaksud dari kata " وَإِنَّهُ " adalah kembali kepada Allah , yakni : Allah ﷻ menjadi saksi atas perbuatan manusia ini, akan tetapi penafsiran yang paling kuat dari penafsiran " وَإِنَّهُ " adalah bahwasanya manusia yang kafir itu bersaksi atas pengingkaran dirinya terhadap nikmat Allah.
📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H
وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ " dan sesungguhnya dia menyaksikan keingkarannya," وَإِنَّهُ kata ganti (dhamir) di sini dikatakan: kembali kepada Allah, sehingga maknanya: Allah Ta'ala yang menyaksikan atas hamba bahwa hamba t berbuat kufur kepada nikmat dari Allah.
Dikatakan juga bahwa dhamir tersebut kembali kepada manusia itu sendiri. Sehingga maknyanya: Manusia menyaksikan atas dirinya mengingkari nikmat Allah 'Azza Wa Jalla.
Yang tepat adalah bahwa ayat ini mencakup kedua makna tersebut, Allah menyaksikan apa yang ada di hati anak Adam, dan menyaksikan perbuatannya. Manusia pun menyaksikan atas dirinya, akan tetapi terkadang manusia mengakui persaksian ini di dunia dan terkadang ia tidak mengakuinya, namun pada hari kiamat kelak ia akan mengakui persaksian atas dirinya itu, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ " pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. "(QS. An-Nur: 24)
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-‘Adiyat ayat 7: 6-8. Kemudian datang jawaban bagi sumpah (pada ayat-ayat sebelumnya) yang dikabarkan bahwa manusia itu sangat ingkar dan kufur atas nikmat Allah, ia menyembunyikan nikmat dan hanya menampakkan kesedihan. Dan manusia pada dasarnya mengakui (akan nikmat Allah) dengan pengingkaran dan menampakkan kekurangan. Terkadang ia menghabiskan hartanya karena sebab syahwat dan foya-foya, dan bukannya diberikan kepada si faqir (hartanya). Inilah manusia yang begitu cintanya dengan harta dan sangat bersemangat dalam mengumpulkannya, ia tidak peduli darimana ia mengumpulkan hartanya, dari yang halal atau haram, inilah kondisi umumnya, tidak termasuk mereka yang dipilih oleh Allah seperti para Nabi, Syuhada, dan orang-orang shalih.
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Yakni manusia mengakui sikapnya itu. Bisa juga kata “hu” di ayat tesebut kembalinya kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, sehingga artinya, “Sungguh, manusia itu sangat ingkar, (tidak berterima kasih) kepada Tuhannya, padahal Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyaksikannya.” Sehingga di dalamnya terdapat ancaman bagi orang yang ingkar kepada nikmat Tuhannya.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-‘Adiyat Ayat 7
Dan sesungguhnya dia mengakui dan menyaksikan keingkarannya itu. Hal itu bisa dilihat dari mudahnya manusia bermaksiat kepada Allah. 8. Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan. Kecintaan berlebihnya pada harta membuatnya materialistis, mengumpulkan harta dengan jalan apa pun, tidak peduli halan atau haram. Cintanya itu juga membuatnya bakhil dan cenderung menggunakannya untuk sesuatu yang tidak benar.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah sekumpulan penjabaran dari para ahli ilmu mengenai makna dan arti surat Al-‘Adiyat ayat 7 (arab-latin dan artinya), moga-moga bermanfaat untuk kita semua. Bantulah syi'ar kami dengan memberikan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.