Surat Al-‘Adiyat Ayat 6

إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٌ

Arab-Latin: Innal-insāna lirabbihī lakanụd

Artinya: Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya,

« Al-'Adiyat 5Al-'Adiyat 7 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Tafsir Penting Mengenai Surat Al-‘Adiyat Ayat 6

Paragraf di atas merupakan Surat Al-‘Adiyat Ayat 6 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada bermacam tafsir penting dari ayat ini. Didapatkan bermacam penjabaran dari para pakar tafsir terhadap kandungan surat Al-‘Adiyat ayat 6, sebagiannya sebagaimana tercantum:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

6-8. Sesungguhnya manusia sangat ingkar terhadap nikmat-nikmat tuhannya, Dan dia mengakui dirinya memang pengingkar. Dan sesungguhnya manusia sangat mencintai harta.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

6-8. Allah bersumpah dengan hal-hal itu, bahwa manusia sungguh sangat ingkar terhadap nikmat-nikmat Tuhannya yang tidak terhitung, dan dia mengakui keingkaran itu pada hari perhitungan, serta dia sangat mencintai dan tamak terhadap harta.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

6. Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar untuk melakukan kebaikan yang diharapkan Rabbnya darinya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

6. إِنَّ الْإِنسٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٌ (sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya)
Makna (الكنود) yakni sangat mengingkari kenikmatan.


📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

Dari ayat ini dapat diambil pelajaran bagi seseorang yang merasa belum mendapatkan loyalitas dari orang lain, maka jika seandainya diri manusia yang tidak berterimakasih bahkan ingkar kepada tuhannya, dan Dialah yang selama ini memberikan kepadanya kelapangan harta dan berbagai kenikmatan lainnya, maka bagaimana tidak ia merasakan ketidak nyamanan dalam menjalani kehidupanya bersama orang-orang disekitanya sedangkan ia masih saja berpegang teguh diatas pengingkarannya ?.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

6. Sesungguhnya manusia sungguh kufur dan tidak berterima kasih atas nikmat Allah yang diberikan kepadanya. Maksudnya yaitu sebaiknya manusia yang membicarakan kenikmatan itu (sebagai wujud syukur)


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{sesungguhnya manusia itu terhadap Tuhannya sangat ingkar} sangat ingkar


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

6. Dan yang disumpahkan adalah firman Allah “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya,” yakni amat mencegah kebaikan yang wajib ditunaikan untuk Allah atasnya. Tabiat dan fitrah manusia tidak merelakan dirinya menunaikan kewajiban-kewajibannya secara sempurna dan penuh. Bahkan tabiat manusia adalah pemalas dan mencegah kewajiban-kewajiban harta dan badan yang harus ditunaikan, kecuali orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan keluar dari sifat tersebut menuju sifat rela dengan menunaikan kewajiban-kewajiban.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 1-11
Allah SWT bersumpah dengan menyebut kuda apabila dilarikan di jalan Allah, maka ia lari dengan kencangnya dan suara napasnya yang keras saat lari (dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya) (2)) yaitu suara detak teracaknya ketika menginjak batu-batuan, lalu keluarlah percikan api darinya.
(dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi (3)) yaitu mengadakan serangan di waktu pagi, sebagaimana Rasulullah SAW mengadakan serangan di waktu subuh, maka apabila beliau mendengar suara azan di kabilah yang akan diperangi, beliau mengurungkan. Dan apabila tidak, maka menyerangnya.
Firman Allah: (maka ia menerbangkan debu (4)) yaitu debu di tempat kuda-kuda mereka sedang bertempur.
(dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh (5)) yaitu kuda-kuda tersebut berada di tengah-tengah peperangan.
(dan kuda yang mencetuskan bunga api dengan pukulan (kuku kakinya) (2)) yaitu dengan teracaknya. Dikatakan bahwa kuda-kuda itu menyalakan peperangan di antara para penunggangnya. Pendapat itu dikatakan Qatadah.
Diriwayatkan dari Mujahid tentang firmanNya: (dan kuda yang mencetuskan bunga api dengan pukulan (kuku kakinya) (2)) yaitu tipu muslihat peperangan.
Ibnu Jarir berkata bahwa pendapat yang benar adalah yang pertama. yaitu bahwa makna yang dimaksud adalah kuda ketika memercikkan api dari kaki teracaknya.
Firman Allah: (dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi (3)) Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah berkata bahwa makna yang dimaksud adalah pasukan berkuda yang menyerang di pagi hari di jalan Allah.
(maka ia menerbangkan debu (4)) yaitu tempat yang kuda-kuda dan unta-unta itu, baik dalam ibadah haji atau peperangan.
Firman Allah: (dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh (5)) Ikrimah, Qatadah, dan Adh-Dhahhak berkata bahwa makna yang dimaksud adalah kumpulan musuh yang kafir.
Bisa ditafsirkan bahwa kuda-kuda itu berkumpul di tengah-tengah tempat pertempuran. Jadi kata (jam'a) dimanshub menjadi hal yang menegaskan.
Firman Allah: (sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya (6)) Ini adalah subjek sumpah, bahwa sesungguhnya manusia itu benar-benar mengingkari nikmat-nikmat Tuhannya.
Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Ibnu Zaid berkata bahwa kata “al-kanud” adalah orang yang ingkar.
Al-Hasan berkata bahwa itu adalah orang yang mengingat musibah dan melupakan nikmat-nikmat Tuhannya.
Firman Allah: (dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya (7)) Qatadah berkata bahwa sesungguhnya Allah menyaksikan hal itu.
Bisa ditafsirkan bahwa dhamir itu merujuk kepada manusia, jadi bentuknya adalah sesungguhnya manusia itu benar-benar menyaksikan keingkaran dirinya, yaitu dengan ucapan dan keadaannya, yaitu hal itu tampak baginya dalam ucapan dan perbuatannya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir) (Surah At-Taubah: 17)
Firman Allah: (dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta (8)) yaitu sesungguhnya kecintaannya kebaikan, yaitu kepada harta itu sangat besar. Tentang ini ada dua pendapat; pendapat pertama adalah bahwa sesungguhnya manusia itu sangat mencintai harta.
Pendapat kedua bahwa sesungguhnya karena kecintaannya kepada harta, dia menjadi orang yang serakah dan kikir. Keduanya benar.
Kemudian Allah SWT berfirman agar berzuhud terhadap dunia dan menganjurkan untuk menyukai akhirat, dan memperingatkan tentang apa yang akan terjadi setelah kehidupan ini, yaitu kengerian yang akan dihadapi manusia (Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur? (9)) yaitu, Dia mengeluarkan orang-orang yang telah mati dari dalamnya (dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada (10)) Ibnu Abbas dan lainnya berkata bahwa maknanya adalah apabila ditampakkan apa yang selama itu mereka sembunyikan dalam diri mereka (sesungguhnya Tuhan mereka pada hari ini Maha Mengetahui keadaan mereka (11)) yaitu benar-benar mengetahui semua yang mereka lakukan dan kerjakan, dan Dia akan membalaskan mereka dengan balasan yang sempurna; Dia tidak akan berbuat zalim bahkan seberat dzarrah pun.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

{ إِنَّ الْإِنْسَانَ } Sesungguhnya manusia, yakni orang kafir { لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ } telah ingkar terhadap nikmat tuhannya, mendustakan segala hak-hak tuhannya yang telah diperintahkan kepadanya, menolak untuk berbuat baik, menolak untuk bersyukur atas kenikmatan yang telah dikaruniakan kepadanya.


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Allah Ta'ala bersumpah dengan kuda-kuda perang yang berlari kencang yang sampai kepada target tujuannya, yaitu menyerang mush, dan menerjang ke tengah-tengah musuh tanpa rasa takut, lelah dan bosan.

Sedangkan yang disumpah adalah manusia, Allah berfirman: إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ " sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya," Yang dimaksud manusia di sini adalah jenis manusia, jika ia tidak diberikan petunjuk maka ia لَكَنُودٌ maknanya: Mengingkari nikmat dari Allah 'Azza Wa Jalla, sebagaimana Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا " dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh, " dikatakan; Bahwa maksud manusia di sini adalah yang kafir. Dengan demikian maka maksudnya adalah lafaz umum namun bertujuan khusus (menggunakan kata manusia yang umum mencakup semua manusia tetapi maksudnya adalah orang tertentu yaitu yang kafir). Dan yang lebih jelas bahwa maksudnya di sini adalah umum (tidak dibatasi) dan bahwa jenis manusia (apa pun) kalau bukan karena petunjuk dari Allah maka dia akan mengkufuri nikmat Tuhanya 'Azza Wa Jalla. Allah 'Azza Wa Jalla memberinya rejeki, tapi dengan rejeki itu ia bertambah congkak dan lari (mengingkari nikmat Allah). Sungguh sebagian manusia ada yang melampaui batas jika dia melihat dirinya merasa tidak butuh kepada Allah, betapa banyak kekayaan yang merusak anak-anak Adam. Ia kufur terhadap nikmat Allah 'Azza Wa Jalla, ia mengingkari nikmat Allah, ia tidak mensyukurinya dan tidak menggunakannya dalam ketaatan kepada Allah, karena ia sangat kufur kepada nikmat dari Allah.


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-‘Adiyat ayat 6: 6-8. Kemudian datang jawaban bagi sumpah (pada ayat-ayat sebelumnya) yang dikabarkan bahwa manusia itu sangat ingkar dan kufur atas nikmat Allah, ia menyembunyikan nikmat dan hanya menampakkan kesedihan. Dan manusia pada dasarnya mengakui (akan nikmat Allah) dengan pengingkaran dan menampakkan kekurangan. Terkadang ia menghabiskan hartanya karena sebab syahwat dan foya-foya, dan bukannya diberikan kepada si faqir (hartanya). Inilah manusia yang begitu cintanya dengan harta dan sangat bersemangat dalam mengumpulkannya, ia tidak peduli darimana ia mengumpulkan hartanya, dari yang halal atau haram, inilah kondisi umumnya, tidak termasuk mereka yang dipilih oleh Allah seperti para Nabi, Syuhada, dan orang-orang shalih.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Inilah isi sumpahnya, yaitu bahwa manusia benar-benar berat melakukan kebaikan yang menjadi kewajibannya kepada Tuhannya. Tabi’atnya berat memenuhi hak-hak secara sempurna yang menjadi kewajibannya, bahkan malas dan enggan mengeluarkan kewajibannya baik yang terkait dengan harta maupun perbuatan, kecuali orang yang Allah berikan hidayah, sehingga ia keluar dari sifat itu kepada sifat senang memenuhi hak-hak.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-‘Adiyat Ayat 6

1-6. Demi kuda perang yang berlari kencang dan bernafas terengah-engah ke arah musuh dengan penuh keberanian dan semangat guna membawa tuannya berperang di jalan Allah. Dan demi kuda yang memercikkan bunga api karena hentakan kuku kakinya beradu dengan batu batu. Hal ini menunjukkan keberaniannya menghadapi rintangan sebesar apa pun. Dan demi kuda yang menyerang dengan tiba-tiba pada waktu pagi hal ini menunjukkan kesiagaannya untuk berjihad tanpa mengenal waktu, sehingga dengan serangan kuda-kuda itu menerbangkan debu yang tebal, tanda betapa dahsyat serangan mereka ke arah musuh, lalu menyerbu bersama dengan kepulan debu itu ke tengah-tengah kumpulan musuh dengan gagah berani. Demi kuda-kuda perang yang demikian sifatnya, sungguh manusia itu enggan bersyukur dan sangat ingkar kepada nikmat tuhannya. Manusia, kecuali yang dirahmati Allah, malas bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan tidak mau memenuhi kewajiban yang dibebankan kepadanya. 7. Dan sesungguhnya dia mengakui dan menyaksikan keingkarannya itu. Hal itu bisa dilihat dari mudahnya manusia bermaksiat kepada Allah.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Itulah sekumpulan penjelasan dari banyak ahli tafsir mengenai makna dan arti surat Al-‘Adiyat ayat 6 (arab-latin dan artinya), moga-moga membawa manfaat bagi ummat. Bantu perjuangan kami dengan memberi tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Konten Cukup Banyak Dibaca

Kami memiliki ratusan topik yang cukup banyak dibaca, seperti surat/ayat: Alhamdulillah, Al-Baqarah 183, Al-Fil, Yusuf 4, Inna Lillahi, Al-Fath. Serta Al-Insyirah, Al-Bayyinah, At-Tin, Al-Ma’un, Ali ‘Imran 159, Al-‘Alaq.

  1. Alhamdulillah
  2. Al-Baqarah 183
  3. Al-Fil
  4. Yusuf 4
  5. Inna Lillahi
  6. Al-Fath
  7. Al-Insyirah
  8. Al-Bayyinah
  9. At-Tin
  10. Al-Ma’un
  11. Ali ‘Imran 159
  12. Al-‘Alaq

Pencarian: an naba ayat 33, al hasyr litequran, ali imran ayat 103, surah al waqiah full, al anbiya ayat 83

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.