Surat Ali ‘Imran Ayat 147
وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّآ أَن قَالُوا۟ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِىٓ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ
Arab-Latin: Wa mā kāna qaulahum illā ang qālụ rabbanagfir lanā żunụbanā wa isrāfanā fī amrinā wa ṡabbit aqdāmanā wanṣurnā 'alal-qaumil-kāfirīn
Artinya: Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
« Ali 'Imran 146 ✵ Ali 'Imran 148 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Tafsir Mendalam Terkait Dengan Surat Ali ‘Imran Ayat 147
Paragraf di atas merupakan Surat Ali ‘Imran Ayat 147 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai tafsir mendalam dari ayat ini. Didapatkan pelbagai penafsiran dari banyak ulama tafsir mengenai kandungan surat Ali ‘Imran ayat 147, sebagiannya seperti termaktub:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan tidak ada ucapan orang-orang yang bersabar itu selain mengatakan, “Wahai Tuhan kami,ampunilah dosa-dosa kami dan apa yang terjadi pada hidup kami berupa tindakan berlebihan yang kami perbuat dalam urusan agama kami,dan teguhkanlah kaki-kaki kami sehingga kami tidak melarikan diri dari melawan musuh kami, dan tolonglah kami menghadapi orang-orang yang mengingkari keesaan Mu dan kenabian para nabiMu.”
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
147. Orang-orang yang bersabar itu senantiasa berdoa mengharap ampunan dari Allah atas dosa-dosa dan kesalahan mereka, dan meminta agar diteguhkan kaki mereka ketika dalam peperangan dan agar dimenangkan saat melawan orang-orang yang mendustakan Allah dan rasul-Nya.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
147. Tidak ada yang diucapkan oleh orang-orang yang sabar itu tatkala mereka ditimpa ujian kecuali doa mereka, “Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan kelancangan kami dalam melanggar batas-batas urusan kami. Teguhkanlah hati kami ketika kami berjumpa dengan musuh kami. Dan tolonglah kami untuk mengalahkan orang-orang yang kafir kepada-Mu.”
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
147. وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ (Tidak ada doa mereka)
Yakni doa mereka yang bersama para nabi saat bertemu dengan musuh mereka.
ذُنُوبَنَا (dosa-dosa kami)
Pendapat mengatakan yang dimaksud adalah dosa-dosa kecil mereka.
وَإِسْرَافَنَا فِىٓ أَمْرِنَا (dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami)
Pendapat mengatakan yakni dosa-dosa besar.
Dan makna (الإسراف) adalah apa yang didalamnya terdapat sikap melampaui batas.
Mereka berdo’a dengan doa ini padahal mereka adalah pada rabbany sebagai bentuk kerendahan hati mereka.
وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا (dan tetapkanlah pendirian kami)
Yakni pada saat dalam peperangan.
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
Para sahabat telah berjuang bersama Rasulullah, mereka terus mengorbankan jiwa dan raga mereka di jalan Allah, sekalipun mereka tidak pernah puas dan tertipu dengan amalan yang mereka kerjakan, bahkan mereka selalu merasakan ada kelalaian dalam beribadah sekalipun mereka terus berusaha dan istiqomah dalam menjalankannya, dan inilah kedudukan yang paling tinggi dalam penghambaan seseorang kepada tuhannya, maka barangsiapa yang senantiasa mengkoreksi bahwa dalam dirinya ada kelalaian dalam beribadah maka hendaklah ia memperbanyak ketaatan, dan patutlah mereka dalam derajat ketaatan dan taqwa terus meningkat.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
147 Tidak ada doa mereka yang bersama Nabi ketika berhadapan dengan musuh mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kecil kami serta dosa-dosa besar kami yang melampaui batasan-Mu dan tetapkanlah pendirian kami dalam berperang, dan perkuatlah hati kami untuk berjuang hingga tidak sampai terkalahkan, dan tolonglah kami dari kaum yang kafir dengan pertolongan yang dapat menolong agama-Mu”.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Tidak lain ucapan mereka kecuali doa, “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan} tindakan kami yang melampaui batas} dalam urusan kami, tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
147. Kemudian Allah menyebutkan tentang perkataan dan permohonan bantuan mereka kepada Rabb mereka seraya berfirman, “Tidaklah doa mereka”, yaitu pada kondisi dan kesempatan yang sulit itu, “kecuali ucapan, ‘Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalalm urusan kami’.”
Berlebih-lebihan itu adalah melampaui batas menuju kepada yang haram. Mereka mengetahui bahwa dosa-dosa dan sikap berlebih-lebihan itu merupakan faktor paling besar dalam kehinaan, dan bahwa menjauh dari hal itu merupakan faktor terbesar mendapatkan kemenangan. Maka mereka memohon kepada Rabb mereka agar mengampuni dosa-dosa dari sikap berlebih-lebihan mereka tersebut. Kemudian mereka tidak hanya bersandar pada kesabaran yang telah mereka kerahkan, akan tetapi mereka bersandar pada Allah dan memohon kepadaNya agar meneguhkan kaki mereka ketika menghadapi musuh kaum kafir, dan agar Allah membela mereka atas kaum kafir tersebut. Mereka menyatukan antara kesabaran dan meninggalkan hal-hal yang bertentangan dengannya, bertaubat, memohon ampunan, dan memohon pertolongan kepada Tuhan mereka. Maka tidaklah meragukan lagi bahwa Allah membela mereka dan menjadikan akibat yang baik bagi mereka di dunia dan di akhirat. Karen aitu Allah berfirman,
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 144-148
Ketika kekalahan menimpa umat muslim pada hari perang Uhud dan di antara mereka tewas, setan berseru: “Sesungguhnya Muhammad telah tewas.” Kemudian Ibnu Qumai'ah kembali kepada orang-orang musyrik dan berkata kepada mereka,”Aku telah membunuh Muhammad” Dia mengklaim bahwa dia memukul Rasulullah SAW dan meretakkan kepala beliau dan menyebarkannya hal itu kepada banyak orang, sehingga mereka yakin bahwa Rasulullah SAW telah tewas, bahkan mereka menerima kabar itu, sebagaimana telah diceritakan oleh Allah tentang banyak nabi sebelumnya, sehingga terjadi keraguan, kelemahan, dan keterlambatan dalam berperang. Pada saat itu, Allah SWT menurunkan kepada RasulNya ayat ini: (Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul) yaitu dia adalah seorang rasul yang telah mengikuti jejak para rasul sebelumnya dalam menyampaikan risalah dan ketika menghadapi bahaya pembunuhan) yaitu kalian kembali kepada kemunduran (Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur) yaitu orang-orang yang mematuhiNya, berperang demi agamaNya, dan mengikuti RasulNya baik hidup maupun mati.
Diriwayatkan dari Ibnu Syihab, telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah, bahwa Aisyah memberitahunya, bahwa Abu Bakar datang dengan menaiki kuda dari rumahnya di As-Sunuh hingga يia turun, lalu masuk ke masjid dan tidak berbicara dengan orang-orang, hingga menemui Aisyah lalu dia mengusap Rasulullah SAW yang telah ditutup dengan kain bermotif, kemudian dia membuka tutup wajahnya, memeluknya, menciumnya dan dia menangis. Abu Bakar berkata; "Demi Bapakku, dan ibuku, demi Allah! Allah tidak akan mengumpulkan atas dirimu dua kematian selamanya, adapun kematian yang telah Allah tuliskan atas dirimu, sungguh engkau telah menjalaninya." Az Zuhri berkata; Dan telah menceritakan kepadaku Abu Salamah dari Abdullah bin Abbas bahwa Abu Bakar datang ketika Umar sedang berbicara di hadapan orang banyak. Lalu Abu Bakar berkata; Duduklah wahai Umar, namun Umar tidak mau duduk. Lalu orang-orang pun mengalihkan pandanganya kepada Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Lalu Abu Bakar berkata; Barangsiapa di antara kalian yang menyembah nabi Muhammad SAW, maka sungguh nabi Muhammad telah wafat. Dan barangsiapa di antara kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah maha hidup dan tidak akan mati. Allah SWT berfirman, (Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul) sampai firmanNya, (orang-orang yang bersyukur) Dia berkata, “Maka demi Allah, seakan orang-orang tidak mengetahui bahwa Allah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar membaacakannya kepada mereka, lalu semua orang membacanya. Setiap orang yang mendengarnya membaca ayat tersebut dan Sa’id bin Al-Musayyib memberitahuku bahwa Umar berkata,” Demi Allah, aku baru tahu setelah mendengar dari Abu Bakar, hingga aku pun bergetar dan kedua kaki tidak tahan berdiri, aku pun terjatuh ke bumi ketika mendengar bacaannya. Firman Allah, (Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya) yaitu tidak ada satu orang pun yang mati kecuali dengan ketentuan Allah, hingga dia wafat pada waktu yang telah ditetapkan oleh Allah baginya. Oleh karena itu Allah berfirman, ((sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya) sebagaimana firmanNya, (Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh)) (Surah Fathir: 11) dan firman Allah, (Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya) (Surah Al-An'am: 2) Ayat ini untuk memberi semangat kepada orang-orang yang enggan berperang, bahwa maju dan menahan diri dari perang tidak akan mengurangi dan menambahi umur seseorang.
Firman Allah (Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu) yaitu barang siapa yang hanya beramal untuk kehidupan dunia, maka dia akan mendapatkan balasan sesuai yang ditakdirkan Allah untuknya di dunia, dan tidak akan ada bagian baginya di akhirat. Adapun siapa saja yang berusaha untuk kehidupan akhirat, maka Allah akan memberikan kepadanya hal itu beserta apa yang telah diatur oleh Allah untuknya di dunia, sebagaimana Allah berfirman: (Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat (20)) (Surah Asy-Syura) dan (Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir (18) Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik (19)) (Surah Al-Isra) Oleh karena itu Allah berfirman di sini, (Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur) yaitu Kami akan memberi mereka karunia dan rahmat Kami di dunia dan akhirat sesuai dengan rasa syukur dan amal mereka.
Kemudian Allah SWT berfirman sembari menghibur orang-orang mukmin tentang apa yang terjadi dalam hati mereka pada hari perang Uhud, (Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa) Dikatakan bahwa berapa banyak nabi yang terbunuh, dan banyak dari para sahabat mereka yang terbunuh. Pendapat ini adalah yang dipilih Ibnu Jarir, dia berkata,"Adapun orang-orang yang membaca, (yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya)) mereka berkata bahwa yang dimaksud dengan “Al-Qatlu” adalah Nabi, dan sebagian dari para sahabatnya, bukan semuanya. Hal ini untuk menghilangkan kerapuhan dan kelemahan dari orang-orang yang di antara para sahabat yang tidak terbunuh", Dia berkata, "Orang-orang yang membaca, “Qaatala”, dia memilih bacaan itu, karena dia mengatakan bahwa jika semua para sahabat yang terbunuh, maka tidak mungkin Allah berfirman (Mereka tidak menjadi lemah) dapat diketahui, karena bahwa bukan hal mustahil jika mereka digambarkan bahwa mereka tidak menjadi rapuh dan lemah setelah mereka dikalahkan. Kemudian para ulama’ qira’ah membaca (Qaatala ma’ahu ribbiyyuuna katsiirun) karena Allah dengan ayat ini dan ayat sebelumnya menegur orang yang mengalami kekalahan pada perang Uhud, meninggalkan peperangan ketika mereka mendengar orang yang berteriak bahwa nabi Muhammad telah terbunuh. Allah menegur mereka karena melarikan diri dan meninggalkan peperangan. Lalu berfirman kepada mereka (Jika dia wafat atau dibunuh) wahai orang-orang mukmin, kalian melarikan diri dari agama kalian (kamu berbalik ke belakang (murtad)?) Dikatakan "Berapa banyak dari nabi yang memiliki banyak sahabat yang mengikutinya terbunuh. Pendapat Ibnu Ishaq dalam sirahnya bahwa itu menghendaki kalam lainnya. Dia berkata,”Berapa banyak nabi yang terbunuh sedangkan bersamanya pengikut, yaitu jamaah, lalu mereka tidak rapuh setelah ketiadaan nabi mereka, tidak merasa lemah terhadap musuh mereka, dan tidak melarikan diri dari Allah dan agama mereka akibat apa yang menimpa mereka, dan itu merupakan kesabaran (Allah menyukai orang-orang yang sabar). Dia menjadikan firmanNya (ma’ahu ribbiyyuuna katsiirun) sebagai haal. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa (Ribbiyyuuna katsiirun) maknanya adalah ribuan pasukan. Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, As-Suddi, Ar-Rabi’, ‘Atha’ Al-Khurasani berkata “Ar-ribbiyyun” adalah kumpulan yang banyak.
Diriwayatkan dari Hasan, (Ribbiyyuuna katsiirun) yaitu ulama yang banyak.
Ibnu Zaid berkata, “Ar-ribbiyyun” adalah pengikut-pengikut dan umat-umat, sedangkan "Ar-Rabbaniyun" adalah para penguasa.
(Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah) Qatadah dan Ar-Rabi' bin Anas berkata, (dan tidak lesu) karena tewasnya nabi mereka (dan tidak (pula) menyerah) Dia berkata, “Mereka tidak menarik dukungan mereka dan agama mereka agar tetap berjuang untuk apa yang telah diperjuangkan nabi Allah sampai mereka bertemu Allah.
As-Suddi dan Ibnu Zaid berkata, "Dan mereka tidak merendahkan diri kepada musuh-musuh mereka"
Muhammad bin Ishaq, As-Suddi, dan Qatadah berkata, "yaitu apa yang menimpa mereka ketika nabi mereka terbunuh"
(Allah menyukai orang-orang yang sabar (146) Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir" (147)) yaitu mereka tidak meminta hal lain selain itu. (Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia) yaitu pertolongan, kemenangan dan keberhasilan (dan pahala yang baik di akhirat) yaitu mencakup semua yang disebutkan sebelumnya dengan ini (Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan).
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Ali ‘Imran ayat 147: Dan tidak ada ucapan mereka melainkan perkataan : “Hai Tuhan kami! Ampunkanlah dosa-dosa kami dan perliwatan batas kami dalam urusan kami dan tetapkanlah kaki kami dan tolonglah kami atas (mengalahkan) kaum kafirin.”
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Yaitu melampaui batas-batas hukum yang telah ditetapkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Mereka mengetahui bahwa dosa-dosa dan sikap melampaui batas merupakan penyebab kekalahan dan bahwa melepaskan diri dari dosa-dosa merupakan sebab kemenangan, maka mereka meminta kepada Allah agar dosa-dosa itu diampuni.
Mereka tidak bersandar dengan kemampuan mereka, bahkan mereka bersandar dan bertawakkal kepada Allah. Mereka meminta kepada-Nya agar diberi keteguhan saat menghadapi musuh. Mereka menggabung antara sabar, tobat, istighfar dan meminta pertolongan kepada Allah, sudah pasti Allah akan menolong mereka dan menjadikan kesudahan yang baik untuk mereka di dunia dan akhirat.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali ‘Imran Ayat 147
Setelah pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan kondisi fisik dan semangat pantang menyerah pengikut nabi terdahulu, lalu dalam ayat ini dia menjelaskan situasi batin mereka yang tercermin pada ungkapan mereka. Dan tidak lain ucapan mereka hanyalah doa, ya tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dan melampaui batas hukum yang ditetapkan Allah dalam urusan kami berkaitan dengan persiapan perang, dan tetapkanlah pendirian kami supaya tidak berubah niat dan tujuan kami, dan tolonglah, anugerahkan kemenangan kepada kami atas orang-orang kafir. Maka Allah mengabulkan doa mereka dan memberi mereka pahala di dunia berupa kemenangan, memperoleh harta rampasan perang, nama baik dan kehormatan, dan pahala yang baik di akhirat, yaitu surga dan keridaan Allah. Dan Allah mencintai, memberi anugrah kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah variasi penjabaran dari berbagai ulama tafsir berkaitan kandungan dan arti surat Ali ‘Imran ayat 147 (arab-latin dan artinya), moga-moga menambah kebaikan untuk kita semua. Sokonglah usaha kami dengan memberikan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.