Surat Ali ‘Imran Ayat 146
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِىٍّ قَٰتَلَ مَعَهُۥ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا۟ لِمَآ أَصَابَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا۟ وَمَا ٱسْتَكَانُوا۟ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلصَّٰبِرِينَ
Arab-Latin: Wa ka`ayyim min nabiyying qātala ma'ahụ ribbiyyụna kaṡīr, fa mā wahanụ limā aṣābahum fī sabīlillāhi wa mā ḍa'ufụ wa mastakānụ, wallāhu yuḥibbuṣ-ṣābirīn
Artinya: Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
« Ali 'Imran 145 ✵ Ali 'Imran 147 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Berharga Mengenai Surat Ali ‘Imran Ayat 146
Paragraf di atas merupakan Surat Ali ‘Imran Ayat 146 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan pelajaran berharga dari ayat ini. Diketemukan kumpulan penjabaran dari beragam ahli ilmu mengenai kandungan surat Ali ‘Imran ayat 146, antara lain sebagaimana berikut:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Banyak sekali nabi terdahulu yang beperang bersama sejumlah besar dari sahabat-sahabatnya. Mereka itu tidak menjadi lemah akibat apa yang menimpa mereka berupa luka-luka dan kematian,sebab itu adalah di jalan Tuhan mereka,dan mereka pun tidak patah semangat,dan tidak pula tunduk menyerah kepada musuh mereka. Mereka itu sanggup bersabar menhadapi apa yang menimpa mereka. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersabar.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
146. Dan betapa banyak para nabi yang berperang bersama pasukan mereka yang besar yang berada di zaman para nabi tersebut atau setelah mereka. Mereka tidak takut terluka atau terbunuh di jalan Allah, tidak pula menjadi lemah dan tunduk kepada musuh mereka, namun mereka bersabar. Allah mencintai orang-orang yang bersabar dalam menyembah-Nya, dan Dia akan memberi pahala atas kesabaran mereka.
Syeikh Ibnu Taimiyah berkata: “Yang dimaksud dengan nabi yang berperang atau terbunuh bersama para pengikut mereka tidak harus benar-benar bersama mereka dalam satu peperangan; namun setiap pengikut seorang nabi yang berperang demi agamanya maka dia sesungguhnya telah berperang bersamanya, dan setiap yang terbunuh demi membela agamanya berarti ia telah terbunuh bersamanya.” (Jami al-Masail 4/60).
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
146. Batapa banyak Nabi yang berperang bersama para pengikutnya dalam jumlah banyak, dan mereka tidak takut untuk pergi berjihad tatkala mereka terbunuh atau mengalami luka-luka di jalan Allah. Mereka juga tidak menjadi lemah semangat untuk berperang melawan musuh dan tidak tunduk kepadanya. Mereka tetap sabar dan tegar. Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar terhadap berbagai kesulitan dan penderitaan di jalan-Nya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
146. وَكَأَيِّن مِّن نَّبِىٍّ قٰتَلَ مَعَهُۥ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ (Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa)
Yakni banyak para nabi yang memerangi musuh-musuh Allah dan para ulama dan ahli ibadah ikut berperang bersama nabi mereka.
Dan makna (الربيون) adalah orang-orang yang Rabbany (orang yang dekat dengan Tuhannya) yang namanya dinisbahkan kepada ibadah dan makrifat mereka dengan tuhannya.
فَمَا وَهَنُوا۟ (Mereka tidak menjadi lemah)
Yakni tidak menjadi lemah disebabkan terbunuhnya nabi mereka atau terbunuhnya seseorang diantara mereka.
وَمَا ضَعُفُوا۟ (dan tidak lesu)
Yakni dalam menghadapi musuh mereka.
وَمَا اسْتَكَانُوا۟ ۗ (dan tidak (pula) menyerah)
Yang disebabkan apa yang menimpa mereka dalam berjihad.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
146 Dan berapa banyaknya nabi yang berperang dengan musuh Allah, serta para ulama, ahli ibadah, dari pengikutnya yang bertakwa karena kesungguhan mereka dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana dan luka yang menimpa mereka untuk meninggikan kalimat Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada musuh. Bahkan mereka tetap teguh dan sabar, Allah meneguhkan orang-orang yang sabar dalam berjihad dan lainnya. Perbedaan antara tiga lafadz: Wahn adalah di dalam hati, dha’f berada pada badan. Istikanah adalah menyerah kepada musuh
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Betapa banyak} berapa banyak {nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut yang bertakwa} kumpulan sahabatnya yang banyak {Mereka tidak lemah} mereka tidak menjadi pengecut {karena musibah yang menimpa mereka di jalan Allah, mereka tidak patah semangat, dan tidak menyerah} tidak tunduk kepada musuh mereka {Allah mencintai orang-orang yang sabar
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
146. Ini merupakan hiburan bagi kaum Mukminin dan sebuah anjuran untuk mengikuti jejak mereka dan melakukan seperti perbuatan mereka, dan bahwasanya perkara ini adalah perkara yang telah ada sejak dahulu, di mana sunnatullah terus berjalan seperti itu. Allah berfirman, “Dan berapa banyaknya nabi, ” maksudnya, betapa banyak Nabi, “yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa, ” yaitu, kelompok yang banyak dari pengikut-pengikutnya yang telah dididik oleh para nabi dengan keimanan dan amalan shalih, lalu mereka terbunuh, menderita luka, dan sebagainya.
“Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh).” Maksudnya, hati mereka tidak menjadi lemah dan tubuh mereka tidak lesu dan tidak pula mereka menyerah, artinya mereka tidak tunduk di hadapan musuh mereka, akan tetapi mereka bersaabar, tegar, dan mengobarkan semangat bagi jiwa mereka. Oleh karena itu, Allah berfirman “Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.”
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 144-148
Ketika kekalahan menimpa umat muslim pada hari perang Uhud dan di antara mereka tewas, setan berseru: “Sesungguhnya Muhammad telah tewas.” Kemudian Ibnu Qumai'ah kembali kepada orang-orang musyrik dan berkata kepada mereka,”Aku telah membunuh Muhammad” Dia mengklaim bahwa dia memukul Rasulullah SAW dan meretakkan kepala beliau dan menyebarkannya hal itu kepada banyak orang, sehingga mereka yakin bahwa Rasulullah SAW telah tewas, bahkan mereka menerima kabar itu, sebagaimana telah diceritakan oleh Allah tentang banyak nabi sebelumnya, sehingga terjadi keraguan, kelemahan, dan keterlambatan dalam berperang. Pada saat itu, Allah SWT menurunkan kepada RasulNya ayat ini: (Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul) yaitu dia adalah seorang rasul yang telah mengikuti jejak para rasul sebelumnya dalam menyampaikan risalah dan ketika menghadapi bahaya pembunuhan) yaitu kalian kembali kepada kemunduran (Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur) yaitu orang-orang yang mematuhiNya, berperang demi agamaNya, dan mengikuti RasulNya baik hidup maupun mati.
Diriwayatkan dari Ibnu Syihab, telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah, bahwa Aisyah memberitahunya, bahwa Abu Bakar datang dengan menaiki kuda dari rumahnya di As-Sunuh hingga يia turun, lalu masuk ke masjid dan tidak berbicara dengan orang-orang, hingga menemui Aisyah lalu dia mengusap Rasulullah SAW yang telah ditutup dengan kain bermotif, kemudian dia membuka tutup wajahnya, memeluknya, menciumnya dan dia menangis. Abu Bakar berkata; "Demi Bapakku, dan ibuku, demi Allah! Allah tidak akan mengumpulkan atas dirimu dua kematian selamanya, adapun kematian yang telah Allah tuliskan atas dirimu, sungguh engkau telah menjalaninya." Az Zuhri berkata; Dan telah menceritakan kepadaku Abu Salamah dari Abdullah bin Abbas bahwa Abu Bakar datang ketika Umar sedang berbicara di hadapan orang banyak. Lalu Abu Bakar berkata; Duduklah wahai Umar, namun Umar tidak mau duduk. Lalu orang-orang pun mengalihkan pandanganya kepada Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Lalu Abu Bakar berkata; Barangsiapa di antara kalian yang menyembah nabi Muhammad SAW, maka sungguh nabi Muhammad telah wafat. Dan barangsiapa di antara kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah maha hidup dan tidak akan mati. Allah SWT berfirman, (Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul) sampai firmanNya, (orang-orang yang bersyukur) Dia berkata, “Maka demi Allah, seakan orang-orang tidak mengetahui bahwa Allah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar membaacakannya kepada mereka, lalu semua orang membacanya. Setiap orang yang mendengarnya membaca ayat tersebut dan Sa’id bin Al-Musayyib memberitahuku bahwa Umar berkata,” Demi Allah, aku baru tahu setelah mendengar dari Abu Bakar, hingga aku pun bergetar dan kedua kaki tidak tahan berdiri, aku pun terjatuh ke bumi ketika mendengar bacaannya. Firman Allah, (Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya) yaitu tidak ada satu orang pun yang mati kecuali dengan ketentuan Allah, hingga dia wafat pada waktu yang telah ditetapkan oleh Allah baginya. Oleh karena itu Allah berfirman, ((sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya) sebagaimana firmanNya, (Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh)) (Surah Fathir: 11) dan firman Allah, (Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya) (Surah Al-An'am: 2) Ayat ini untuk memberi semangat kepada orang-orang yang enggan berperang, bahwa maju dan menahan diri dari perang tidak akan mengurangi dan menambahi umur seseorang.
Firman Allah (Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu) yaitu barang siapa yang hanya beramal untuk kehidupan dunia, maka dia akan mendapatkan balasan sesuai yang ditakdirkan Allah untuknya di dunia, dan tidak akan ada bagian baginya di akhirat. Adapun siapa saja yang berusaha untuk kehidupan akhirat, maka Allah akan memberikan kepadanya hal itu beserta apa yang telah diatur oleh Allah untuknya di dunia, sebagaimana Allah berfirman: (Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat (20)) (Surah Asy-Syura) dan (Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir (18) Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik (19)) (Surah Al-Isra) Oleh karena itu Allah berfirman di sini, (Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur) yaitu Kami akan memberi mereka karunia dan rahmat Kami di dunia dan akhirat sesuai dengan rasa syukur dan amal mereka.
Kemudian Allah SWT berfirman sembari menghibur orang-orang mukmin tentang apa yang terjadi dalam hati mereka pada hari perang Uhud, (Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa) Dikatakan bahwa berapa banyak nabi yang terbunuh, dan banyak dari para sahabat mereka yang terbunuh. Pendapat ini adalah yang dipilih Ibnu Jarir, dia berkata,"Adapun orang-orang yang membaca, (yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya)) mereka berkata bahwa yang dimaksud dengan “Al-Qatlu” adalah Nabi, dan sebagian dari para sahabatnya, bukan semuanya. Hal ini untuk menghilangkan kerapuhan dan kelemahan dari orang-orang yang di antara para sahabat yang tidak terbunuh", Dia berkata, "Orang-orang yang membaca, “Qaatala”, dia memilih bacaan itu, karena dia mengatakan bahwa jika semua para sahabat yang terbunuh, maka tidak mungkin Allah berfirman (Mereka tidak menjadi lemah) dapat diketahui, karena bahwa bukan hal mustahil jika mereka digambarkan bahwa mereka tidak menjadi rapuh dan lemah setelah mereka dikalahkan. Kemudian para ulama’ qira’ah membaca (Qaatala ma’ahu ribbiyyuuna katsiirun) karena Allah dengan ayat ini dan ayat sebelumnya menegur orang yang mengalami kekalahan pada perang Uhud, meninggalkan peperangan ketika mereka mendengar orang yang berteriak bahwa nabi Muhammad telah terbunuh. Allah menegur mereka karena melarikan diri dan meninggalkan peperangan. Lalu berfirman kepada mereka (Jika dia wafat atau dibunuh) wahai orang-orang mukmin, kalian melarikan diri dari agama kalian (kamu berbalik ke belakang (murtad)?) Dikatakan "Berapa banyak dari nabi yang memiliki banyak sahabat yang mengikutinya terbunuh. Pendapat Ibnu Ishaq dalam sirahnya bahwa itu menghendaki kalam lainnya. Dia berkata,”Berapa banyak nabi yang terbunuh sedangkan bersamanya pengikut, yaitu jamaah, lalu mereka tidak rapuh setelah ketiadaan nabi mereka, tidak merasa lemah terhadap musuh mereka, dan tidak melarikan diri dari Allah dan agama mereka akibat apa yang menimpa mereka, dan itu merupakan kesabaran (Allah menyukai orang-orang yang sabar). Dia menjadikan firmanNya (ma’ahu ribbiyyuuna katsiirun) sebagai haal. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa (Ribbiyyuuna katsiirun) maknanya adalah ribuan pasukan. Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, As-Suddi, Ar-Rabi’, ‘Atha’ Al-Khurasani berkata “Ar-ribbiyyun” adalah kumpulan yang banyak.
Diriwayatkan dari Hasan, (Ribbiyyuuna katsiirun) yaitu ulama yang banyak.
Ibnu Zaid berkata, “Ar-ribbiyyun” adalah pengikut-pengikut dan umat-umat, sedangkan "Ar-Rabbaniyun" adalah para penguasa.
(Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah) Qatadah dan Ar-Rabi' bin Anas berkata, (dan tidak lesu) karena tewasnya nabi mereka (dan tidak (pula) menyerah) Dia berkata, “Mereka tidak menarik dukungan mereka dan agama mereka agar tetap berjuang untuk apa yang telah diperjuangkan nabi Allah sampai mereka bertemu Allah.
As-Suddi dan Ibnu Zaid berkata, "Dan mereka tidak merendahkan diri kepada musuh-musuh mereka"
Muhammad bin Ishaq, As-Suddi, dan Qatadah berkata, "yaitu apa yang menimpa mereka ketika nabi mereka terbunuh"
(Allah menyukai orang-orang yang sabar (146) Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir" (147)) yaitu mereka tidak meminta hal lain selain itu. (Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia) yaitu pertolongan, kemenangan dan keberhasilan (dan pahala yang baik di akhirat) yaitu mencakup semua yang disebutkan sebelumnya dengan ini (Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan).
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Ali ‘Imran ayat 146: Dan beberapa banyak nabi yang telah berperang bersamanya beberapa banyak pengikut agama Tuhan, tetapi mereka tidak merasa lemah lantaran kena bahaya dijalan Allah, dan mereka tidak jadi lesu dan mereka tidak mundur; dan Allah itu kasih kepada orang-orang yang sabar.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Dalam ayat ini terdapat dorongan kepada kaum mukmin agar mengikuti jejak generasi sebelumnya yang bersabar dan agar mereka berbuat seperti yang mereka lakukan.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali ‘Imran Ayat 146
Ayat ini masih berisi kritikan terhadap pasukan islam yang tidak taat kepada perintah rasulullah dalam perang uhud dengan memaparkan keadaan nabi dan umat terdahulu. Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa juga terluka dan terbunuh. Tetapi mereka, yakni para pengikut nabi tersebut, tidak menjadi lemah kondisi fisiknya karena bencana kekalahan yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak pula menyerah kepada musuh dengan meminta perlindungan kepada mereka. Dan Allah mencintai, serta memberi anugerah kepada orang-orang yang sabar dalam menjalankan kewajiban dan menghadapi musuhsetelah pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan kondisi fisik dan semangat pantang menyerah pengikut nabi terdahulu, lalu dalam ayat ini dia menjelaskan situasi batin mereka yang tercermin pada ungkapan mereka. Dan tidak lain ucapan mereka hanyalah doa, ya tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dan melampaui batas hukum yang ditetapkan Allah dalam urusan kami berkaitan dengan persiapan perang, dan tetapkanlah pendirian kami supaya tidak berubah niat dan tujuan kami, dan tolonglah, anugerahkan kemenangan kepada kami atas orang-orang kafir.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah pelbagai penafsiran dari berbagai mufassir terhadap kandungan dan arti surat Ali ‘Imran ayat 146 (arab-latin dan artinya), moga-moga memberi kebaikan bagi ummat. Dukung dakwah kami dengan memberikan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.