Surat Asy-Syams Ayat 8

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا

Arab-Latin: Fa al-hamahā fujụrahā wa taqwāhā

Artinya: Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

« Asy-Syams 7Asy-Syams 9 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Tafsir Mendalam Berkaitan Dengan Surat Asy-Syams Ayat 8

Paragraf di atas merupakan Surat Asy-Syams Ayat 8 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada aneka ragam tafsir mendalam dari ayat ini. Terdapat aneka ragam penafsiran dari para mufassirin terkait makna surat Asy-Syams ayat 8, di antaranya seperti berikut:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

1-10. Allah bersumpah dengan matahari dan waktu siangnya, dan waktu terbitnya (waktu dhuha). Allah bersumpah Juga dengan rembulan yang mengikutinya dalam terbit dan terbenam, Allah bersumpah Juga dengan siang yang melenyapkan dan mengangkat kegelapan, Allah bersumpah Juga dengan malam saat ia menutupi bumi sehingga ia pun gelap, Allah bersumpah Juga dengan langit dan bangunannya yang kokoh. Allah bersumpah Juga dengan bumi dan hamparannya, Allah bersumpah Juga dengan setiap jiwa yang Allah ciptakan dengan sempurna untuk menunaikan tugasnya, Lalu Allah menjelaskan untuknya jalan keburukan dan jalan kebaikan, Sungguh beruntung siapa yang menyucikannya dan menumbuhkan nya dengan kebaikan, Dan sungguh merugi siapa yang menjerumuskannya ke dalam kemaksiatan.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

8. Dan Allah memahamkan kepadanya tanpa belajar segala yang buruk agar ia menghindarinya dan segala yang baik agar ia melakukannya.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

8. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا (maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya)
Yakni Allah mengenalkan dan memahamkannya tentang ketakwaan dan kebaikannya, dan kefasikan dan keburukan.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

7-8 dan demi jiwa manusia dan Dzat yang mengatur penciptaannya dan susunan tubuhnya, lalu mengenalkannya kepada jalan kefasikan agar dihindari, dan jalan kebaikan dan ketakwaan agar disenangi. Ibnu Abbas berkata”Allah menjelaskan kepadanya tentang baik-buruk, ketaatan dan kemaksiatan, dan mengenalkan sesuatu yang (sebaiknya) didatangi dan dihindari”. Para ahli tafsir berkata: “Allah SWT bersumpah demi 7 hal itu untuk menampakkan keagungan kuasaNya dan keesaanNya dengan sifat ketuhanan”


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{lalu kejahatan dan ketakwaannya} jalan keislaman dan jalam kekufuran


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

7-8. “Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) nya.” Kemungkinan yang dimaksudkan adalah jiwa seluruh makhluk hidup sebagaimana dikuatkan oleh keumuman ayat ini. Dan kemungkinan yang dimaksudkan adalah sumpah dengan jiwa manusia mukallaf saja, dengan dalil yang akan disebutkan berikutnya. Secara keseluruhan, jiwa adalah salah satu tanda-tanda kebesaran Allah yang berhak untuk dijadikan obyek sumpah, karena jiwa adalah sesuatu yang amat lembut dan tidak kelihatan, amat cepat berpindah dan bergerak, cepat berubah, terpengaruh oleh emosi-emosi diri seperti sedih, berkeinginan, cinta, dan benci. Tanpa jiwa, raga hanyalah patung yang tidak ada gunanya. Dibentuknya ia secara sempurna merupakan salah satu tanda kebesaran Allah.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 1-10
Mujahid berkata tentang firmanNya: (Demi matahari dan cahayanya di pagi hari (1)) yaitu sinarnya.
Qatadah berkata tentang firmanNya, ("Waduhaha") yaitu seluruh siang hari.
Ibnu Jarir berkata bahwa yang benar adalah jika dikatakan bahwa Allah bersumpah dengan menyebut matahari dan siang hari, karena sinar matahari yang terang tampak di siang hari. (dan bulan apabila mengiringinya (2)) Mujahid berkata yaitu mengiringinya.
Qatadah berkata yaitu malam hilal mengiringinya, jika matahari terbenam, hilal terlihat.
Ibnu Zaid berkata bahwa bulan mengiringi matahari pada pertengahan bulan pertama, kemudian matahari mengiringi bulan dan bulan mendahuluinya pada pertengahan bulan terakhir.
Firman Allah SWT: (dan siang apabila menampakkannya (3)) Mujahid berkata bahwa maknanya adalah jika menyinari.
Qatadah berkata tentang firmanNya: (dan siang apabila menampakkannya (3)) yaitu apabila siang hari menerangi semuanya.
Ibnu Jarir berkata bahwa sebagian ahli bahasa Arab menafsirkannya dengan siang hari ketika mengusir kegelapan. Dikatakan demikian karena konteks kalimat menunjukkan hal ini.
Saya berkata bahwa seandainya orang yang berpendapat demikian menafsirkan demikian sebagaimana tafsirnya terhadap firmanNya: (dan siang apabila menampakkannya (3)) maka sungguh hal ini lebih utama dan benar jika ditafsirkan kepada firmanNya: (dan malam apabila menutupinya (4)) Maka tafsirnya lebih baik dan lebih kuat, hanya Allah yang lebih Mengetahui. Oleh karena itu Mujahid berkata tentang firmanNya: (dan siang apabila menampakkannya (3)) Bahwa ini sebagaimana firmanNya: (dan siang apabila terang benderang (2)) (Surah Al-Lail) Adapun Ibnu Jarir, dia memilih pendapat yang merujukkan semua dhamir kepada matahari, karena keduanya menyebutnya. Mereka berkata tentang firmanNya SWT: (dan malam apabila menutupinya (4)) yaitu apabila malam menutupi matahari saat matahari tenggelam, maka seluruh cakrawala menjadi gelap.
Firman Allah SWT: (dan langit serta pembinaannya (5)) Huruf “ma” di sini dapat ditafsirkan sebagai “ma” mashdariyah, sehingga maknannya “dan langit serta bangunannya”. Ini adalah pendapat Qatadah. Bisa juga bermakna “man”, sehingga maknannya “dan langit serta Tuhan yang membangunnya”. Ini adalah pendapat Mujahid; kedua pendapat itu saling berkaitan. Dan yang dimaksud dengan “Al-Bina’” adalah bangunannya yang tinggi. sebagaimana firmanNya: (Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami)) yaitu dengan kekuatan (dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (47) Dan bumi itu Kami hamparkan; maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami) (48)) (Surah Adz-Dzariyat) Demikian pula firman Allah SWT: (dan bumi serta penghamparannya (6)) Mujahid berkata bahwa makna “thahaha” adalah penghamparannya.
Ibnu Zaid berkata bahwa (thahaha) adalah penghamparannya, dan inilah pendapat yang paling dikenal dan banyak diikuti para mufasir, dan terkenal dikalangan ahli bahasa.
Al-Jauhari berkata bahwa kata “tahautuhu” itu sama dengan “dahautuhu”, yaitu aku telah menghamparkannya.
Firman Allah SWT: (Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya (7)) yaitu penciptaannya yang sempurna dan lurus dengan fitrah yang tegak, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah) (Surah Ar-Rum: 30)
Firman Allah SWT: (maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (8)) yaitu Allah menjelaskan kepadanya menuju kefasikan, yaitu menjelaskan kepadanya hal itu kemudian memberinya petunjuk kepadanya sesuai dengan apa yang Dia tetapkan untuknya.
Ibnu Abbas berkata tentang firman Allah SWT: (maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (8)) Allah menjelaskan kepadanya kebaikan dan keburukan. Demikian juga dikatakan Mujahid dan Qatadah.
Ibnu Zaid berkata bahwa Allah SWT menjadikan dalam jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya
Firman Allah SWT: (sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu (9) dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (10)) Bisa ditafsirkan bahwa sungguh beruntunglah orang yang menyucikan dirinya dengan taat kepada Allah, sebagaimana yang dikatakan Qatadah, dan membersihkannya dari akhlak-akhlak yang hina dan rendah. Hal yang semisal juga diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, dan Sa'id bin Jubair. Ini sebagaimana firmanNya: (Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) (14) dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat (15)) (Surah Al-A’la)
(dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (10)) yaitu membenamkannya, yaitu mengubur dan menghinakannya dengan tidak mengikuti petunjuk, sehingga dia terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan maksiat dan meninggalkan ketaatan kepada Allah SWT. Bisa juga ditafsirkan bahwa beruntunglah orang yang jiwanya dibersihkan Allah, dan merugilah orang yang jiwanya ditakdirkan kotor oleh Allah SWT. Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

Jiwa itu terbagi menjadi dua macam, jiwa yang rusak karena keluar dari ketaatan kepada Allah ﷻ , atau jiwa yang bersih dengan ketaqwaanya kepada Allah, jiwa-jiwa tidak diciptakan pada kedudukan yang sama, dan ini merupakan tanda kekuasaan Allah ﷻ , Dialah yang menjadikan jiwa-jiwa itu dalam ketaqwaan atau kefasikan.

Setiap jiwa diciptakan dalam keadaan suci dari dosa, akan tetapi pemiliknya lah yang merubahnya, sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah : (( كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ )) “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” [ Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi ] .

Jika tarbiyah seseorang itu baik maka akan baik pula jiwanya, tetapi jika tarbiyahnya rusak maka akan rusak jiwanya, oleh sebab itu mengambil sebab kebaikan itu wajib dilakukan untuk menjadikan jiwa setiap insan lebih baik, perlunya tarbiyah yang baik dari kedua orang tua sejak anak usia dini, dan kesadaran dari diri sendiri untuk memperbaiki diri ketika usia telah dewasa dan berakal sehat.

Maka setiap insan harus pandai memilih jalan yang ia tempuh, apakah jalan itu baik ataukah sebaliknya, karena setiap langkah dan amalan hamba akan dipertanggung jawabkan di hari kiamat kelak, Allah berfirman : { مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ } ( Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya. ) [ Fussilat : 46 ] .


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

فَأَلْهَمَهَا " maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu " Maknanya: Allah 'Azza Wa Jalla memberikan ilham kepada jiwa-jiwa tersebut فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا "(jalan) kefasikan dan ketakwaannya," Allah mendahulukan kefasikan sebelum takwa, padahal katakwaan tidak diragukan lagi lebih baik.

Para ulama mengatakan: Ini adalah bentuk perhatian kepada penggalan-penggalan ayat-ayat فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا "(jalan) kefasikan dan ketakwaannya," Kefasikan adalah lawan dari ketakwaan, ketakwaan adalah ketaatan kepada Allah, sedangkan kefasikan adalah kemaksiatan kepada Allah, setiap orang yang bermaksiat dia adalah fajir (fasik). Meskipun orang yang fajir, secara kebiasaan adalah orang yang tidak menjaga kehormatan diri. Tetapi secara syari'at maknanya mencakup semua orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ "karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin." Maksudnya adalah orang-orang kafir.

Memberikan ilham dengan ketakwaannya adalah (menunjukinya kepada) yang sesuai dengan fitrah, karena kefajiran (kefasikan) adalah keluar dari fitrah, tapi terkadang Allah memberikan ilham kepada sebagian jiwa mengarah ke penyimpangannya, sebagaimana dalam firman-Nya فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ "Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka;"(Ash-Shaf: 5) Allah tidak akan menzalimi siapa pun, tetapi Allah tahu bahwa ia tidak menginginkan kebaikan maka Allah palingkan hatinya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Asy-Syams ayat 8: 1-8. Allah memulai surat ini dengan keimanan; Dimana Allah bersumpah dengan matahari dan sinarnya, yaitu waktu naiknya setelah munculnya. Allah juga bersumpah dengan bulan ketika mengikuti matahari, ketika matahari tenggelam, bulan muncul. Allah bersumpah dengan siang ketika nampak jelas dengan cahayanya dan sinarnya dan menyingkap kegelapan. Allah bersumpah dengan malam jika telah menyelimutinya, dan kegelapan yang ada padanya. Allah juga bersumpah dengan langit dan aturan-aturan Allah atas makhluknya dan Ia lah yang menguasai. Allah bersumpah dengan bumi dan hamparannya dari semua arah. Allah bersumpah atas setiap jiwa yang Allah ciptakan dan sempurna ciptaan-Nya. Dan Allah lah yang mengetahui keadaan ciptaan-Nya dan apa yang baik maupun yang buruk.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Asy-Syams Ayat 8

Setelah menyempurnakan ciptaan jwia itu maka dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya. Jiwa manusia laksana wadah bagi nilai-nilai yang diembannya. Jiwa bisa menjadi baik atau buruk tergantung nilai mana yang manusia pilih dan aktualisasikan. 9. Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwa itu dan menyucikannya dari segala keko'toran seperti syirik, kufur, takabur, iri, dengki, kikir, tamak, dan sebagainya, lalu menghiasinya dengan sifat-sifat baik seperti iman, ikhlas, sabar, syukur, dan sebagainya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah kumpulan penjabaran dari banyak ulama terhadap makna dan arti surat Asy-Syams ayat 8 (arab-latin dan artinya), moga-moga membawa manfaat untuk kita. Dukung perjuangan kami dengan memberikan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Yang Sering Dibaca

Kami memiliki banyak halaman yang sering dibaca, seperti surat/ayat: Al-Bayyinah, Yusuf 4, Inna Lillahi, Al-Fil, Ali ‘Imran 159, At-Tin. Ada juga Al-Fath, Al-Baqarah 183, Al-Insyirah, Al-Ma’un, Al-‘Alaq, Alhamdulillah.

  1. Al-Bayyinah
  2. Yusuf 4
  3. Inna Lillahi
  4. Al-Fil
  5. Ali ‘Imran 159
  6. At-Tin
  7. Al-Fath
  8. Al-Baqarah 183
  9. Al-Insyirah
  10. Al-Ma’un
  11. Al-‘Alaq
  12. Alhamdulillah

Pencarian: surat sad, al baqarah 254, lafadz basmalah, surah adduha, ibrahim ayat 40

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.