Surat ‘Abasa Ayat 15

بِأَيْدِى سَفَرَةٍ

Arab-Latin: Bi`aidī safarah

Artinya: Di tangan para penulis (malaikat),

« 'Abasa 14'Abasa 16 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Hikmah Berharga Berkaitan Surat ‘Abasa Ayat 15

Paragraf di atas merupakan Surat ‘Abasa Ayat 15 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai hikmah berharga dari ayat ini. Terdapat berbagai penafsiran dari kalangan ulama mengenai makna surat ‘Abasa ayat 15, antara lain sebagaimana terlampir:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

8-16. Orang yang sangat berharap bertemu denganmu, Dia takut kepada Allah karena tidak berusaha maksimal untuk mendapatkan bimbingan, Kamu justru mengabaikannya. Perkaranya tidak sebagaimana yang kamu perbuat (wahai rasul). Sesungguhnya surat ini yang mengandung hidayah yang merupakan nasihat bagimu dan bagi siapapun yang menginginkan nasihat. Barangsiapa berkehendak, dia mengingat Allah dan mengikuti wahyu NYA, Yaitu al-qur’an yang tercantum lembaran lembaran yang di agungkan dan di hormati, Kedudukannya tinggi, disucikannya dari noda keburukan,penambahan dan pengurangan, Ditangan para malaikat para penulis, para delegasi antara Allah dengan makhluk NYA, Yang mulia akhlaknya, akhlak-akhlak dan perbuatan-perbuatan mereka baik dan suci.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

15. Dan dia berada di tangan para utusan dari golongan Malaikat.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

15. بِأَيْدِى سَفَرَةٍ (di tangan para penulis (malaikat))
Makna (السفرة) yakni para malaikat yang menjadi perantara wahyu antara Allah dengan Rasulullah. Kata ini berasal dari kata (السفارة) yakni berarti pergi dari satu kaum ke kaum lainnya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

15. Tertulis oleh/pada tangan-tangan malaikat yang ditulis dari Lauhil Mahfudz, para malaikatlah yang menyalurkan wahyu dari Allah kepada para rasul-Nya.


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{di tangan para utusan} para utusan dari golongan malaikat


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Ayat 11-16
Allah berfirman, “sekali-kali jangan (demikian)! Sesunggguhnya ajaran-ajaran Rabb itu adalah sesuatu peringatan,” yakni, benar nasihat ini adalah peringatan dari Allah yang dijadikan sebagai peringatan untuk hamba-hambaNya, dan Allah menjelaskan semua yang diperlukan manusia dalam kitab-Nya serta memberi penjelasan antara petunjuk dan kesesatan. Bila hal itu telah jelas, “maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya,” yakni mempraktikannya. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah,
“Dan katakanlah, ‘kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman), hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir), biarlah ia kafir.”(Al-Kahfi:29).
Kemudian Allah sebutkan tempat peringatan ini dan mengagungkannya serta mengangkat derajatnya seraya berfirman, “Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan,” yakni kemualiaan dan derajatnya, “lagi disucikan,” dari berbagai kotoran dan agar tidak diraih oleh tangan-tangan setan atau dicuri, tapi ia berada “di tangan para penulis (malaikat),” mereka adalah para malaikat yang menjadi duta antara Allah dan hamba-hambaNya, “yang mulia,” yakni yang banyak kebaikan dan berkahnya, “lagi berbakti,” baik hati dan baik amal mereka.
Semua itu demi menjaga kitab Allah dengan mengutus para duta malaikat yang mulia, kuat, dan bertakwa, sehingga setan tidak memiliki cara untuk mendekatinya. Dan ini mengharuskan untuk diimani dan diterima.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 1-16
Banyak mufasir menyebutkan bahwa Rasulullah SAW suatu hari berbicara dengan salah satu pembesar Quraisy, yang beliau sangat menginginkan dia masuk Islam. Ketika beliau SAW sedang berbicara dengan suara yang perlahan dengannya, tiba-tiba Ibnu Ummi Maktum yang merupakan salah seorang yang telah masuk Islam sejak lama datang. Kemudian dia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang sesuatu dengan pertanyaan yang mendesak. Dan Nabi SAW saat itu sangat menginginkan jika dia diam dan tidak mengganggunya, agar beliau dapat berbicara dengan orang yang diajak bicara itu karena beliau sangat menginginkannya mendapat petunjuk. Maka beliau bermuka masam terhadap Ibnu Ummi Maktum dan memalingkan wajah darinya serta hanya melayani yang lain. Maka Allah SWT menurunkan firmanNya: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (1) karena telah datang seorang buta kepadanya (2) Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) (3)) yaitu menginginkan agar dirinya suci dan bersih dari segala dosa (atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? (4)) yaitu memperoleh pelajaran untuk dirinya sehingga dia menahan dirinya dari hal-hal yang diharamkan (Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (5) maka kamu melayaninya (6)) yaitu, adapun orang yang kaya, maka kamu melayaninya dengan harapan dia mendapat petunjuk (Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman) (7)) yaitu, kamu tidak akan bertanggungjawab mengenainya jika dia tidak mau membersihkan dirinya (Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran) (8) sedangkan ia takut (kepada Allah) (9)) yaitu dengan sengaja datang kepadamu untuk mendapat petunjuk dengan apa yang kamu katakan kepadanya (maka kamu mengabaikannya (10)) yaitu, kamu mengacuhkan dia. Dan setelah kejadian ini Allah SWT memerintahkan kepada RasulNya SAW untuk tidak mengkhususkan peringatan terhadap seseorang saja, melainkan harus menyamakan di antara semuanya. tidak dibedakan antara orang yang mulia dan orang yang lemah, orang miskin dan orang kaya, orang merdeka dan budak, laki-laki dan perempuan, serta anak-anak dan orang dewasa. Kemudian Allah akan memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki kepada jalan yang lurus. MilikNyalah hikmah yang jelas dan hujjah yang kuat.
Diriwayatkan dari Anas, dia berkata tentang firman Allah SWT: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (1)) Ibnu Ummi Maktum datang kepada Nabi SAW yang saat itu sedang berbicara dengan Ubay bin Khalaf, maka beliau SAW berpaling dari Ibnu Ummi Maktum, lalu Allah SWT menurunkan firmanNya: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (2) karena telah datang seorang buta kepadanya (2)) Maka setelah itu Nabi SAW selalu menghormatinya.
Firman Allah SWT: (Sekali-kali jangan (demikian, Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. ('Abasa: 11) yaitu, surah ini atau perintah menyamakan kedudukan antara semua manusia dalam menyampaikan pengetahuan, antara orang yang mulia dan orang yang lemah.
Qatadah dan As-Suddi berkata tentang firmanNya: (Sekali-kali jangan (demikian). Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan (11)) yaitu Al-Qur'an (maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya (12)) yaitu, barang siapa yang menghendaki, maka dia dapat mengingat Allah SWT dalam semua urusannya. Bisa ditafsirkan bahwa dhamirnya merujuk kepada wahyu berdasarkan konteks pembicaraan berkaitan dengannya.
Firman Allah SWT: (di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (13) yang ditinggikan lagi disucikan (14)) yaitu surah ini atau pelajaran ini, keduanya saling berkaitan, bahkan Al-Qur'an seluruhnya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yaitu diagungkan dan dimuliakan (yang ditinggikan) yaitu, mempunyai kedudukan tinggi (lagi disucikan) yaitu disucikan dari hal yang kotor, penambahan, dan pengurangan.
Firman Allah SWT: (di tangan para penulis (15))
Ibnu Abbas dan Ibnu Zaid berkata bahwa maknannya adalah para malaikat.
Qatadah berkata bahwa mereka adalah para ahli qiraat.
Ibnu Jarir berkata bahwa pendapat yang shahih adalah bahwa “As-safarah” adalah para malaikat, yaitu para malaikat antara Allah SWT dengan makhlukNya. Dan termasuk di dalamnya yaitu dikatakan “As-safir” yaitu orang yang menghubungkan antara manusia dalam perdamaian dan kebaikan. Sebagaimana yang dikatakan penyair:
“Aku belum pernah mengabaikan perantara di antara kaumku, dan aku belum pernah berjalan untuk tujuan menipu”
Imam Bukhari berkata bahwa “safarah” adalah para malaikat. “Safarat” yaitu membuat perdamaian di antara mereka. Para malaikat yang menurunkan wahyu Allah SWT dan menyampaikannya itu seperti orang yang mendamaikan di antara kaum
Firman Allah SWT: (yang mulia lagi berbakti (16)) yaitu rupa mereka mulia, baik, dan terhormat. Akhlak dan perbuatan mereka baik, suci dan sempurna. Maka berdasarkan hal ini orang yang menghafal Al-Qur'an hendaknya berada dalam jalan yang lurus dan petunjuk dalam semua perbuatan dan ucapannya.
Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang membaca Al-Qur'an, sedangkan dia pandai membacanya maka dia bersama dengan para malaikat safarah yang mulia dan berbakti. Adapun orang yang membacanya, sedangkan dia melakukannya dengan berat, baginya dua pahala”


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

Oleh siapakah Al-Qur'an itu di sampikan kepada Nabi Muhammad ?

Dialah Malaikat yang membawa wahyu Allah itu untuk disampaikan kepada Rasul-Nya Muhammad ﷺ , dialah sebagai perantara antara Allah dan Muhammad ﷺ .


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

بِأَيْدِي سَفَرَةٍ " di tangan safarah (para penulis, malaikat)" Safarah: Mereka adalah malaikat dinamakan Safarah kerena mereka adalah para pencatat, yang di ambil dari kata السَّفَرُ أو السَّفْرُ [as-safaru atau as-safru] yang artinya buku, seperti dalam firman Allah كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا " seperti keledai yang membawa (As-faaraa) kitab-kitab yang tebal" (QS. Al-Jumu’ah: 5)
Dikatakan: As-Safarah, adalah perantara antara Allah dengan makhluknya, dari kata السَّفِيْر [as-Safir:] (duta besar) perantara penghubung yang menghubungkan antar manusia, di antara bentuknya adalah seperti dalam hadits Abu Rafi’ radhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menikahi Maimunah radhiyallaahu ‘anha sebelum beliau ihram, Abu Rafi’ mengatakan: Saya sebagai penengah perantara begi keduanya.(1)

Yang benar: Mereka disebut Safarah kerena dua alasan tersebut, karena mereka adalah para perantara Allah dengan makhluknya. Jibril ‘alaihissalaam adalah perantara Allah dengan makhluk-Nya dalam menurunkan wahyu, dan mereka para penulis yang diperbuat manusia pun juga menuliskan amalan manusia kemudian mereka menyampaikannya kepada Allah ‘Azza Wa Jalla , sedangkan Allah maha mengetahui sebelum dan sesudah tertulis.

(1) Dikeluarkan Tirmidziy (841). Al-Albaniy mendha'ifkan hadits ini dalam karyanya, Dha'iifu at-Tirmidziy


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat ‘Abasa ayat 15: 11-16. Maka ketahuilah wahai Nabi Allah ! Bahwasanya (urusannya) tidak demikian sebagaimana yang telah engkau perbuat; Akan tetapi urusan semisal ini, yaitu berpaling darinya tidak dibenarkan kepada orang yang mencari petunjuk dan kebenaran, meskipun engkau beranggapan bahwa berpaling ke mereka (orang-orang kafir) menyangkut islam. Dan tidaklah pada surat ini dan yang di dalamnya ada banyak petunjuk yang memberikan nasihat dan peringatan bagimu (wahai Nabi) dan bagi siapa yang menginginkan untuk mengambil pelajaran bagi hamba-hamba Allah. Ketahuilah bahwa nasihat-nasihat ini tegas dalam lembaran-lembaran yang di muliakan dan di tetapkan (Al Qur’an). Allah tinggikan ia (Rasulullah) di sisi Allah dan dibersihkan dari kesalahan. Bahwasanya utusan-utusan Allah, Allah jadikan mereka orang-orang yang shalih antara diri-Nya dan Rasul-Rasul-Nya. Dan mereka para malaikat memuliakan (bershalawat) kepadanya di sisi Allah, menuntut menjadikan utusan-Nya taat dan bersih dari dosa.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Yang menjadi perantara antara Allah dengan hamba-hamba-Nya. Ada yang menafsirkan safarah dengan malaikat para penulis.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat ‘Abasa Ayat 15

Lembaran-lembaran itu berada di tangan para utusan, yaitu para malaikat, pesuruh Allah yang bertugas sebagai penyampai pesan-pesan-Nya. 16. Para malaikat penulis itu adalah makhluk Allah yang mulia lagi berbakti. Mereka tidak pernah durhaka kepada-Nya dan tidak pula melanggar titah-Nya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah kumpulan penjabaran dari para ulama tafsir terkait kandungan dan arti surat ‘Abasa ayat 15 (arab-latin dan artinya), moga-moga menambah kebaikan bagi kita bersama. Dukung kemajuan kami dengan mencantumkan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Link Sering Dibaca

Tersedia berbagai materi yang sering dibaca, seperti surat/ayat: Al-Isra 24, Al-Ahzab 59, Al-Mukminun 1-11, Al-‘Ankabut 45, Az-Zalzalah 7, An-Nisa 1. Serta Al-‘Ashr 2, An-Nur 31, Al-Baqarah 165, Ali ‘Imran 185, An-Nur, Al-Anbiya.

  1. Al-Isra 24
  2. Al-Ahzab 59
  3. Al-Mukminun 1-11
  4. Al-‘Ankabut 45
  5. Az-Zalzalah 7
  6. An-Nisa 1
  7. Al-‘Ashr 2
  8. An-Nur 31
  9. Al-Baqarah 165
  10. Ali ‘Imran 185
  11. An-Nur
  12. Al-Anbiya

Pencarian: ...

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.