Surat Al-Qiyamah Ayat 33
ثُمَّ ذَهَبَ إِلَىٰٓ أَهْلِهِۦ يَتَمَطَّىٰٓ
Arab-Latin: ṡumma żahaba ilā ahlihī yatamaṭṭā
Artinya: Kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong).
« Al-Qiyamah 32 ✵ Al-Qiyamah 34 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Kandungan Menarik Terkait Surat Al-Qiyamah Ayat 33
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Qiyamah Ayat 33 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada variasi kandungan menarik dari ayat ini. Terdapat variasi penjelasan dari beragam pakar tafsir berkaitan isi surat Al-Qiyamah ayat 33, sebagiannya seperti di bawah ini:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
31-35. Orang kafir itu tidak beriman kepada Rasul dan al-Quran, serta dia menunaikan kewajiban shalat untuk Allah, sebaliknya dia malah mendustakan al-Quran, berpaling dan menolak beriman, kemudian dia kembali kepada keluarganya dengan berjalan penuh kesombongan. Celakalah kamu dan celakalah, kemudian celakalah kamu dan celakalah.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
33. Kemudian orang kafir ini pergi ke keluarganya berjalan dengan sombong.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
33. ثُمَّ ذَهَبَ إِلَىٰٓ أَهْلِهِۦ يَتَمَطَّىٰٓ (kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong))
Yakni dia berjalan dengan angkuh dan membangga-banggakan keluarganya. Atau dia berjalan dengan berat dan penuh kemalasan menuju orang yang mengajak kepada kebenaran.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
33. Kemudian mereka kembali kepada keluarganya dengan penuh kesombongan dalam pendustaan mereka itu
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{Kemudian, dia pergi kepada keluarganya dengan menyombongkan diri} berlaku sombong ketika berjalan
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
31-33. Tapi orang yang membangkang yang tidak berguna baginya tanda-tanda kebesaran tetap saja berada dalam kesesatan, kekufuran, dan pembangkangan. “Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan al-Quran),” yakni tidak beriman pada Allah, malaikat, para rasul, Hari Akhir, dan takdir baik maupun buruk, “dan tidak mau mengerjakan shalat, tetapi ia mendustakan (Rasul),” dan kebenaran, bukan malah membenarkan, “dan berpaling (dari kebenaran),” berpaling dari perintah dan larangan. Inilah orang yang hatinya tenang dan tidak takut pada Rabbnya, bahkan ia “pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong),” yakni tidak ada sesuatu pun di benaknya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 26-40
Allah SWT memberitahukan keadaan sakaratul maut dan hal-hal mengerikan saat itu, (semoga Allah meneguhkan kita dengan kalimat yang teguh) Jadi Allah SWT berfirman: (Sekali-kali jangan. Apabila napas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan (26)) Jika kita menjadikanm kata “kal laa” sebagai sanggahan, maka maknanya adalah “tidaklah kamu, wahai anak cucu nabi Adam, di saat itu dapat mendustakan apa yang telah diberitahukan kepadamu, bahkan hal itu dapat kamu saksikan dengan terang-terangan. Dan jika kita menjadikannya sebagai suatu pernyataan kebenaran, maka sudah jelas, yaitu benar jika ruh telah sampai di kerongkongan, yaitu ruhmu dicabut dari jasadmu dan sampai di kerongkonganmu. Kata “At-Taraqi'' adalah bentuk jamak dari “tarquwah” yaitu tulang rawan yang ada antara pangkal sampai ujung leher. Sebagaimana firmanNya SWT: (Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan (83) padahal kami ketika itu melihat (84) dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat (85) maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? (86) Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar? (87)) (Surah Al-Waqi'ah) Demikian juga Allah berfirman di sini: (Sekali-kali jangan. Apabila napas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan (26)) Kata “At-Taraqi'' adalah bentuk jamak dari “tarquwah” yaitu dekat dengan kerongkongan.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud adalah dukun manakah yang dapat menyembuhkanmu? Demikian juga dikatakan Abu Qilabah tentang firmanNya: (dan dikatakan (kepadanya), "Siapakah yang dapat menyembuhkan?” (27)) yaitu, siapakah tabib yang dapat menyembuhkan? Demikian juga dikatakan Qatadah, Adh-Dhahhak, dan Ibnu Zaid.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan) (29)) yaitu bertautlah baginya dunia dan akhirat. Demikian juga dikatakan Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas: (dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan) (29)) dia berkata yaitu akhir hari dunianya bertemu dengan awal hari akhirat. sehingga keadaan yang sangat berat bertemu dengan keadaan sangat berat kecuali orang yang dirahmati Allah SWT.
Ikrimah berkata tentang firmanNya: (dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan) (29)) perkara yang besar dengan perkara yang besar lainnya.
Hasan Al-Bahsri berkata tentang firmanNya: (dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan) (29)) bahwa keduanya adalah betismu apabila ditemukan.
Firman Allah SWT: (kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau (30)) yaitu dikembalikan dan dipulangkan. Demikian itu karena ruh dibawa naik ke langit, lalu Allah SWT berfirman, "Kembalikanlah hambaKu ke tanah, karena sesungguhnya Aku menciptakan mereka dari tanah dan kepadanyalah Aku mengembalikan mereka, dan darinyalah Aku mengeluarkan mereka di waktu yang lain" Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Al-Barra yang panjang. Dan sungguh Allah SWT berfirman: (Dan Dialah Yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya (61) Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat (62)) (Surah Al-An'am)
Firman Allah: (Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur'an) dan tidak mau mengerjakan shalat (31) tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran) (32)) Ini adalah pemberitahuan tentang orang kafir yang ketika di dunia mendustakan kebenaran dengan hatinya dan berpaling dari mengamalkannya, maka tidak ada kebaikan dalam dirinya secara lahir dan batin. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur'an) dan tidak mau mengerjakan shalat (31) tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran) (32) kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong) (33)) yaitu dengan langkah yang senang, angkuh, sombong, dan malas, tidak ada keinginan dan amal. Sebagaimana Allah SWt berfirman: (Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya. mereka kembali dengan gembira (31)) (Surah Al-Muthaffifin) dan (Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir) (13) Sesungguhnya dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya) (14) yaitu tidak dikembalikan ((Bukan demikian), yang benar sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya (15)) (Surah Al-Insyiqaq)
Qatadah dan Zaid bin Aslam berkata dengan sombong.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu (34) kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu (35)) Ini merupakan ancaman dan peringatan tegas dari Allah SWT kepada orang kafir kepadaNya dan angkuh dalam berjalan. yaitu, sudah sepantasnya kamu berjalan demikian, karena kamu kafir kepada Tuhan yang menciptakanmu. Sebagaimana dikatakan seperti ini dengan maksud mencemooh dan mengancam, sebagaimana firmanNya: (Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia (49)) (Surah Ad-Dukhan), ((Dikatakan kepada orang-orang kafir), "Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek: sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa”(46)) (Surah Al-Mursalat) dan (Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia) (Surah Az-Zumar: 15) serta (Perbuatlah apa yang kamu kehendaki!) (Surah Fushshilat: 40) dan ayat lainnya.
Firman Allah SWT: (Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? (36)) As-Suddi berkata yaitu tidak dibangkitkan.
Mujahid berkata yaitu tidak diperintah dan dilarang?
Yang jelas bahwa ayat ini mencakup kedua keadaan itu. yaitu tidaklah dibiarkan begitu saja di dunia tanpa diperintah dan dilarang, dan tidak dibiarkan juga di dalam kuburnya dengan sia-sia tanpa dibangkitkan; bahkan dia diperintah dan dilarang di dunia, lalu digiring kepada Allah di akhirat. Makna yang dimaksud di sini menguatkan adanya hari kebangkitan dan sekaligus menyanggah pendapat orang yang mengingkarinya dari kalangan orang-orang yang sesat, bodoh, dan ingkar. Oleh karena itu Allah SWT berfirman dengan maksud menunjukkan adanya hari kebangkitan itu melalui penciptaan manusia pada permulaannya: (Bukankah dia dahulu setetes mani (nutfah) yang ditumpahkan (ke dalam rahim)? (37)) yaitu, tidakkah manusia ingat bahwa itu adalah air mani yang lemah berupa air mani yang hina (yang dipancarkan) dipancarkan dari tulang sulbi ke dalam rahim (kemudian nutfah itu menjadi 'alaqah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya (38)) yaitu dia menjadi darah yang menempel, kemudian dibentuk, lalu ditiupkan ruh ke dalam tubuhnya sehingga dia menjadi makhluk yang sempurna dan memiliki anggota tubuh yang lengkap, apakah dia laki-laki atau perempuan dengan izin dan takdir Allah. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (lalu Allah menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan (39))
Kemudian Allah SWT berfirman: (Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (40)) yaitu bukankah Tuhan yang menciptakan makhluk yang sempurna ini dari air mani yang lemah berkuasa juga untuk mengembalikannya sebagaimana Dia memulai penciptaannya? Kekuasaan mengembalikan hidup seperti semula ini terkadang disimpulkan melalui cara yang lebih baik jika dikaitkan dengan permuiaan penciptaan, atau adakalanya melalui analogi sepadan. Ada dua pendapat tentangnya dari makna firmanNya: (Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikannya (menghidupkannya) kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya) (Surah Ar-Rum: 27) Pendapat yang pertama yang lebih terkenal, sebagaimana yang disebutkan dalam surah Ar-Rum penjelasannya dengan lengkap; hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa bacaannya pernah sampai pada firmanNya: (Bukankah (Allah yang berbuat) demikian "berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (40)) dia berkata,"Maha Suci Engkau, sebenarnya bukan demikian"
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Qiyamah ayat 33: 31-33. Allah menjelaskan sebagian sebab-sebab adzab yang buruk pada kafir yang keras kepala ini adalah mengingkari hari kebangkitan, Allah mengabarkan bahwa ia (kafir) tidak membenarkan Al Qur’an dan tidak shalat karena Allah; Bahkan ia mendustakan Al Qur’an dan menolak keimanan, kemudian ia pergi menuju kepada keluarganya dengan gembira, ia berjalan dengan sombong karena dakwah (Nabi) tidak memberi dampak padanya, dan ia tetap di atas kekafirannya dan pengingkarannya.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Qiyamah Ayat 33
31-33. Ayat ini menjelaskan beberapa sebab mengapa para pendurhaka diseret ke neraka. Karena dia dahulu tidak mau membenarkan Al-Qur'an dan rasul dan juga tidak mau melaksanakan salat, tetapi justru dia mendustakan rasul dan berpaling dari kebenaran. Bukan hanya sampai di situ, bahkan kemudian dia pergi kepada keluarganya dengan sombong. Dapat juga diartikan bahwa ayat 31-32, menggambarkan hubungannya yang buruk terhadap Allah, sedangkan ayat 33 menggambarkan buruknya hubungan sosial. 34-35. Atas sikapnya yang buruk terhadap Allah dan sesama khususnya kepada keluarga, ayat ini menggambarkan kecaman yang diterimanya. Celakalah kamu! maka celakalah! sekali lagi, celakalah kamu hai manusia durhaka! maka celakalah! kalimat dalam ayat-ayat ini tertuju kepada setiap orang yang durhaka dan mengingkari keniscayaan kiamat.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah variasi penafsiran dari para ulama tafsir mengenai makna dan arti surat Al-Qiyamah ayat 33 (arab-latin dan artinya), moga-moga membawa manfaat untuk kita. Support perjuangan kami dengan memberi tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.