Surat Al-Qiyamah Ayat 16

لَا تُحَرِّكْ بِهِۦ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِۦٓ

Arab-Latin: Lā tuḥarrik bihī lisānaka lita'jala bih

Artinya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.

« Al-Qiyamah 15Al-Qiyamah 17 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Hikmah Mendalam Tentang Surat Al-Qiyamah Ayat 16

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Qiyamah Ayat 16 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai hikmah mendalam dari ayat ini. Diketemukan pelbagai penjelasan dari berbagai ahli tafsir terhadap kandungan surat Al-Qiyamah ayat 16, misalnya sebagaimana terlampir:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

16-19. Jangan menggerakan lisanmu (wahai Nabi) untuk membaca al-Quran saat wahyu turun, agar kamu bisa menghapalnya dengan cepat karena kamu khawatir ia akan terlewatkan darimu. Sesungguhnya kewajiban Kamilah mengumpulkannya di dalam dadamu, kemudian Kami membacakannya dengan lisanmu kapan kamu berkehendak. Bila Rasul Kami, Jibril, membacakannya kepadamu, maka dengarkanlah bacaannya dan diamlah, kemudian bacalah sebagaimana dia membacakannya kepadamu, kemudian Kami-lah yang akan menjelaskan apa yang musykil bagimu pemahamannya dari makna-makna dan hukum-hukumnya.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

16-17. Allah melarang Rasulullah agar tidak terburu-buru mengulangi ayat-ayat yang sedang dibacakan Jibril kepadanya karena ingin segera menghafalnya. Sebab Allah telah berjanji akan menetapkan ayat-ayat itu dalam hatinya, sehingga dia tidak akan melupakannya.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

16. Janganlah engkau gerakkan -wahai Rasul- lisanmu dengan tergesa-gesa ketika membaca Al-Qur`ān karena khawatir akan luput darimu.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

16. لَا تُحَرِّكْ بِهِۦ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِۦٓ (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya)
Dahulu Rasulullah menggerakkan bibir dan lidahnya mengulangi bacaan al-Qur’an ketika ia diturunkan sebelum Jibril selesai membacanya, hal ini karena Rasulullah sangat semangat untuk menghafalnya. Maka turunlah ayat ini.
Yakni janganlah kamu menggerakkan lisanmu untuk membaca al-Qur’an saat wahyu sedang dibacakan kepadamu agar kamu dapat dengan cepat menghafalnya dan karena ketakutanmu akan melupakannya.


📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

Ayat 16-17

1) Di antara adab yang Allah terapkan dalam mendisiplinkan Nabi-Nya adalah bahwa Dia ﷻ memerintahkannya untuk tidak terburu-buru menerima wahyu. Beginilah seharusnya pencari ilmu dan pendengar harus bersabar terhadap gurunya sampai selesai, lalu bertanya tentang apa yang dirasa sulit olehnya.

2). Bacalah dengan tartil dan jangan terburu-buru!
Perhatikan ayat ini yang ditujukan kepada Nabimu ﷺ { لَا تُحَرِّكْ بِهِۦ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِۦٓ } "Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya" karena tartil dalam membaca al-Qur'an adalah metode yang disyari'atkan untuk masuk pada fase mentadabburi, dan Allah telah mengulang-ulang perintah-Nya di beberapa tempat dalam al-Qur'an: { وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا } "Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan" [Q.S. Al-Muzzammil : 4], { وَقُرْءَانًا فَرَقْنَٰهُ لِتَقْرَأَهُۥ عَلَى ٱلنَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ } "Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia" [Q.S. Al-Isra' : 106], maka waspadailah kesembronoan dan kecepatan membaca yang akan membuat Anda kehilangan kenikmatan tadabbur!


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

16. Wahai Nabi, jangan engkau gerakkan lisanmu untuk membaca Al-quran dengan maksud agar cepat hafal karena takut lupa, sebelum selesai penurunan wahyu itu. Diriwayatkan dari Bukhari Muslim dan Ahmad dari Ibnu Abbas berkata: Ketika Rasul menerima wahyu, beliau menggerakkan lisannya untuk menghafalkannya. Maka turunlah ayat ini


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Janganlah menggerakkan lidahmu untuk hal itu karena hendak tergesa-gesa untuknya} agar kamu bisa cepat, dikhawatirkan hal itu bisa lepas darimu


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

16-19. Ketika Jibril mendatangi Nabi untuk menyampaikan wahyu dan hendak mulai membacakannya pada Nabi, beliau bersegera membacanya dengan penuh perhatian sebelum Jibril selesai membaca. Nabi mengikuti bacaan Jibril. Kemudian Allah melarang hal itu seraya berfirman dalam ayat yang lain, “Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".” -Thaha: 114-
Dan dalam surat ini Allah berfirman, “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.” Allah memberi jaminan bahwa Rasulullah pasti menghapalnya, membacanya, dan Allah akan mengumpulkannya di dalam hati Rasulullah seraya berfirman, “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya ( di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya,” maka kegigihan yang ada dalam benakmu hanyalah disebabkan oleh kekhawatiran akan lenyapnya hafalan dan lupa, (namun) karena Allah telah menjamin hal itu padamu, maka tidak perlu dilakukan. “Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu,” yakni ketika JIbril telah menyampaikan wahyu secara keseluruhan, pada saat itu ikutilah bacaannya. Kemudian Rasulullah membacanya. “Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya,” yaitu penjelasan makna-maknanya. Allah memberi janji bahwa Rasulullah akan menhafal kata-kata dan maknanya dan inilah puncak tertingginya. Rasulullah kemudian melaksanakan ajaran Rabbnya. Bila Jibril membacakan wahyu kepadanya setelah ini, beliau diam mendengar, dan setelah Jibril usai, beliau baru membacanya.
Dalam ayat ini terkandung etika menuntut ilmu, yaitu murid tidak boleh langsung bertanya pada guru sebelum usai memberi penjelasan. Setelah guru selesai, murid boleh menanyakan apa yang tidak dipahami. Begitu juga bila ada sesuatu di awal pembicaraan mengharuskan diberi tanggapan, sebaiknya tidak langsung ditanggapi atau diterima terlebih dahulu sebelum guru selesai bicara atau salah. Di samping itu agar murid bisa memahami penjelasan gurunya secara benar.
Di dalam ayat ini juga terkandung penjelasan bahwa Nabi sebagaimana memberi penjelasan kata-kata wahyu pada umat, beliau juga menjelaskan makna-maknanya pada mereka.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 16-25
Ini merupakan pengajaran dari Allah SWT kepada RasulNya SAW tentang bagaimana dia harus menerima wahyu dari malaikat. Karena sesungguhnya beliau selalu tergesa-gesa menerimanya dan mendahului malaikat dalam membacanya. Maka Allah SWT memerintahkan kepadanya bahwa jika malaikat datang membawa wahyu kepadanya, hendaknya Rasulallah mendengarkannya, dan Allahlah yang akan menjaminnya untuk dapat mengumpulkannya di dalam dadanya dan memudahkan baginya dalam menyampaikannya sesuai dengan apa yang disampaikan kepadanya. Dan hendaknyalah Rasulullah membiarkan malaikat menerangkan, menafsirkan, dan menjelaskannya. Maka keadaan pertama adalah mengumpulkannya dalam dadanya, keadaan kedua adalah membacanya, dan keadaan ketiga adalah tafsir dan penjelasan maknannya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya (16)) yaitu dengan Al-Qur'an, sebagaimana Allah berfirman: (dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”) (Surah Thaha: 114)
Kemudian Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya)
di dadamu (dan membacanya) yaitu kamu membacanya (Apabila Kami telah selesai membacakannya) yaitu apabila malaikat telah membacakannya kepadamu dari Allah SWT (maka ikutilah bacaannya itu) yaitu dengarkanlah dia, kemudian bacalah sebagaimana dibacakan kepadamu (Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya (19)) yaitu setelah kamu hafal dan baca, maka Kami akan menjelaskan dan menerangkannya kepadamu serta memberimu ilham terkait maknanya sesuai dengan apa yang Kami kehendaki dan tentukan.
Diriwayatkan dari Musa bin Abu ‘Aisyah, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Rasulullah SAW pada mulanya merasa berat saat menerima wahyu, dan beliau menggerakkan kedua bibirnya” Dia berkata, “Ibnu Abbas berkata kepadaku,"Dan aku menggerakkan kedua bibirku sebagaimana Rasulullah SAW menggerakkan kedua bibirnya" dia berkata,”Sa'id berkata kepadaku,"Aku menggerakkan kedua bibirku sebagaimana Ibnu Abbas menggerakkan kedua bibirnya" Kemudian Allah SWT menurunkan firmanNya: (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya (16) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (17)) yaitu mengumpulkannya di dalam dadamu, kemudian kamu membacanya. (Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu (18)) yaitu, dengarkanlah dan diamlah. (Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya (19)) Setelah itu apabila malaikat Jibril berangkat, maka Nabi SAW membacanya sebagaimana apa yang dibacakan kepadanya.
Firman Allah: (Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia (20) dan meninggalkan (kehidupan) akhirat (21)) yaitu, sesungguhnya yang mendorong mereka mendustakan hari kiamat, menentang wahyu kebenaran dan Al-Qur'an yang agung yang diturunkan Allah SWT kepada RasulNya SAW, karena tujuan mereka hanya kehidupan dunia yang segera dan mereka sama sekali melupakan akhirat.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri (22))
dari kata “an-nadharah” yaitu bagus, cerah, bersinar, dan gembira (Kepada Tuhannyalah mereka melihat (23)) yaitu melihat Tuhannya dengan terang-terangan, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam hadits shahihnya:”Sesungguhnya kamu kelak akan melihat Tuhanmu dengan terang-terangan” Dan sungguh terkait melihatnya orang-orang mukmin kepada Allah SWT di akhirat telah disebutkan hadits-hadits shahih dari berbagai jalur yang mutawatir, yang telah dinukil oleh para imam hadits, sehingga tidak mungkin ditolak atau dicegah kebenarannya. Hadits dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah yang keduanya ada dalam hadits shahih Bukhari Muslim bahwa sejumlah orang bertanya,"Wahai Rasulullah, apakah kita dapat melihat Tuhan kita pada hari kiamat?" Rasulullah SAW bertanya:”Apakah kalian berdesak-desakan saat melihat matahari dan bulan di hari yang tak berawan?” Mereka menjawab, "Tidak” Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian seperti itu"
Hal ini dengan memuji Allah telah menjadi kesepakatan di antara para sahabat, tabi'in, dan ulama’ Salaf dari umat ini, sebagaimana hal ini telah disepakati di kalangan para imam Islam dan para ulama pemberi petunjuk manusia. Orang yang menakwilkan kata “ila” sebagai bentuk tunggal dari “Al-ala’” yaitu nikmat-nikmat, seperti yang dikatakan Ats-Tsauri, dari Manshur, dari Mujahid tentang firmanNya: (Kepada Tuhannyalah mereka melihat (23)) dia berkata, "menunggu pahala dari Tuhan " Maka sesungguhnya pendapat ini menjauhkan keraguan dan membatahkan argumen yang disampaikan. Lalu bagaimanakah jawaban orang yang berpendapat demikian dengan adanya firman Allah SWT: (Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka (15)) (Surah Al-Muthaffifin)
Imam Syafii berkata bahwa tidaklah orang-orang durhaka dihalangi dari melihat Tuhan mereka, melainkan karena diketahui bahwa orang-orang yang baik dapat melihat Tuhan mereka. Kemudian banyak juga pemberitahuan-pemberitahuan dari Rasulullah SAW secara mutawatir menunjukkan pengertian yang sama dengan konteks ayat yang mulia, yaitu firmanNya SWT: (Kepada Tuhannyalah mereka melihat (23))
Firman Allah SWT: (Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram (24) mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat (25)) Inilah penampilan wajah orang-orang durhaka pada hari kiamat dan menjadi muram. Qatadah berkata tampak kelabu.
Ibnu Zaid berkata bahwa firmanNya (basirah) yaitu muram.
(mereka yakin) yaitu yakin (bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat) Mujahid berkata bahwa maknannya adalah kebinasaan.
Qatadah berkata bahwa itu adalah keburukan.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Qiyamah ayat 16: 16-19. Kemudian Allah memberikan petunjuk atas Nabi-Nya ﷺ tentang tata cara mengikuti wahyu dalam membaca Al Qur’an. Allah memerintahkan kepadanya agar tidak menggerak-gerakkan lisannya dengan bacaan Al Qur’an ketikan dibacakan oleh Jibril Al Qur’an itu; Dimana ﷺ membalas bersamaan dengan bacaan Jibril, dengan sebab Nabi menginginkan untuk segera menghafalnya, karena takut lupa; Kemudian Allah melarang akan hal tersebut. Kemudian Allah mengabarkan urusan Nabi ﷺ, bahwasanya Nabi dibebani untuk menghafal Al Qur’an di dalam dadanya, dengan bacaaan sesuai jalannya wahyu. Allah mengabarkan kepada Nabi-Nya ﷺ, bahwa ia dibebani supaya menjelaskan apa yang dirasa sulit dari memahami makna-makna Al Qur’an dan hukum-hukumnya.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu ‘Abbas tentang firman Allah Ta’ala, “Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al Quran) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.” Ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berusaha keras untuk (hapal) Al Qur’an, oleh karena itu Beliau sering menggerakkan kedua bibirnya.” Ibnu Abbas berkata, “Aku menggerakkan kedua bibirku kepada kamu sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggerakkannya.” Sa’id (bin Jubair) berkata, “Aku juga menggerakkannya sebagaimana aku melihat Ibnu Abbas menggerakkannya.” Maka Sa’id menggerakkannya, Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan ayat, “Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al Quran) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya-- Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya.” Ia (Ibnu Abbas) berkata, “Yakni mengumpulkan dalam dadamu sehingga kamu dapat membacanya.” Firman-Nya, “Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” Maka Beliau mendengarkan dan diam memperhatikan. Firman-Nya, ” Kemudian sesungguhnya Kami…dst.” Yakni kemudian atas tanggungan Kami, kamu membacanya. Setelah itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila didatangi Jibril diam mendengarkan. Setelah Jibril pergi, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membacanya sebagaimana Jibril membaca. (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ahmad, Thayalisi, Ibnu Sa’ad, Ibnu Jarir, Al Humaidiy, dan Ibnu Abi Hatim).

Maksudnya, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dilarang Allah menirukan bacaan Jibril ‘alaihis salam kalimat demi kalimat, sebelum Jibril ‘alaihis salam selesai membacakannya (lihat pula surah Thaaha: 114), agar Beliau dapat menghapal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam ikut menirukan bacaan JIbril ‘alaihis salam ketika itu karena takut bacaan itu hilang dari Beliau.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Qiyamah Ayat 16

16-17. Kalau ayat-ayat yang lalu menjelaskan tentang orang-orang yang enggan memperhatikan Al-Qur'an, kelompok ayat ini menjelaskan tentang yang sangat memperhatikan Al-Qur'an. Jangan engkau, wahai nabi Muhammad, gerakkan lidahmu untuk membaca Al-Qur'an sebelum malaikat jibril selesai membacakannya, karena hendak cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya kami yang akan mengumpulkannya di dadamu dan membacakannya, sehingga engkau menjadi pandai dan lancar dalam membacanya


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah bermacam penjabaran dari berbagai mufassir terhadap isi dan arti surat Al-Qiyamah ayat 16 (arab-latin dan artinya), moga-moga bermanfaat bagi kita. Dukung syi'ar kami dengan memberikan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Artikel Cukup Sering Dikaji

Terdapat banyak topik yang cukup sering dikaji, seperti surat/ayat: An-Nur 31, Ali ‘Imran 185, Az-Zalzalah 7, Al-‘Ankabut 45, Al-Ahzab 59, An-Nur. Juga An-Nisa 1, Al-‘Ashr 2, Al-Isra 24, Al-Anbiya, Al-Mukminun 1-11, Al-Baqarah 165.

  1. An-Nur 31
  2. Ali ‘Imran 185
  3. Az-Zalzalah 7
  4. Al-‘Ankabut 45
  5. Al-Ahzab 59
  6. An-Nur
  7. An-Nisa 1
  8. Al-‘Ashr 2
  9. Al-Isra 24
  10. Al-Anbiya
  11. Al-Mukminun 1-11
  12. Al-Baqarah 165

Pencarian: ...

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.