Surat Al-Qiyamah Ayat 14

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

بَلِ ٱلْإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ بَصِيرَةٌ

Arab-Latin: Balil-insānu 'alā nafsihī baṣīrah

Artinya: Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,

« Al-Qiyamah 13Al-Qiyamah 15 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Hikmah Menarik Terkait Surat Al-Qiyamah Ayat 14

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Qiyamah Ayat 14 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beragam hikmah menarik dari ayat ini. Ada beragam penjelasan dari berbagai pakar tafsir mengenai isi surat Al-Qiyamah ayat 14, sebagiannya seperti termaktub:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

14-15. Manusia adalah hujjah yang terang atas dirinya sendiri yang mengikatnya dengan apa yang dia lakukan dan apa yang dia tinggalkan, sekalipun dia menghadirkan segala alasan atas kejahatannya, ia tidak bermanfaat baginya.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

14. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, di mana anggota tubuhnya bersaksi terhadapnya atas dosa yang telah diperbuatnya.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

14. بَلِ الْإِنسٰنُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ بَصِيرَةٌ (Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri)
Yakni ia mengetahui kakikat dirinya sendiri, baik itu dalam hal keimanan atau kekafiran, ketaatan atau kemaksiatan, petunjuk atau kesesatan.
Pendapat lain mengatakan bahwa anggota tubuh manusia akan menjadi saksi terhadap dirinya.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

14-15

1). Seorang hamba ketika mengingat kembali dosa dan kesalahannya; Hal itu membuat dia tidak melihat adanya keunggulan pada dirinya dibandingkan orang lain, sehingga dia melihat bahwa siapa pun yang menyapanya atau menemuinya dengan wajah ceria telah berbuat baik kepadanya, maka betapa baik kehidupan yang akan dia jalani! Betapa diberkatinya dia! bertentangan dengan mereka yang melihat sendiri hak-hak kehormatan yang mereka tuntut untuk dirinya, dan mengkritik mereka karena tidak melakukannya.

2). Saat orang lain membaca Anda; Mereka melihat anda secara kasat mata, dan tidak ada seorang pun yang akan menyelidiki sisi tersembunyi itu kecuali Anda, dan tidak akan ada saluran lain yang menyiarkan frekuensinya kecuali Anda { بَلِ ٱلْإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ بَصِيرَةٌ } "Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri" [14], { وَلَوْ أَلْقَىٰ مَعَاذِيرَهُ } "Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya" [15].

3). Ketika membaca ayat ini: { بَلِ ٱلْإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ بَصِيرَةٌ } [14] dan { وَلَوْ أَلْقَىٰ مَعَاذِيرَهُ } [15], coba perhatikan dan renungkan, lalu tanya diri Anda dengan jujur ​​dan tidak memihak: Apakah semua kepentinganmu tunduk pada kepentingan agama ini? Ataukah hanya salah satu dari kepnetingan itu?


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

14-15 Bahkan manusia menjadi saksi bagi diri mereka sendiri. Mereka bersaksi atas segala apapun yang menjadi tanggungjawab mereka baik tentang iman atau kekufuran, ketaatan atau kemaksiatan yang mereka lakukan. Hati (bashirah), menjadi saksi yang jelas untuk mengatakan segala perbuatannya. Meskipun tentang segala yang mereka dustakan


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Bahkan manusia atas dirinya sendiri dia menjadi saksi} yang bersaksi anggota tubuhnya atas apa yang dia kerjakan


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

14-15. “Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,” yakni sebagai saksi dan yang menghisab, “meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya,” semua alasan-alasannya tidak diterima, dan ia akan mengakui amalannya sendiri dan menegaskannya sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah,” "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu".” -Al-isra:14-
Meski manusia mengingkari dan beralasan atas apa yang telah dilakukan, keingkaran dan alasan tersebut sama sekali tidak berguna, sebab perbuatannya disaksikan oleh pendengaran, penglihatan, dan seluruh anggota badannya atas apa yang telah diperbuat, karena waktu penyesalan sudah berakhir dan tidak lagi berguna. “Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertaubat lagi.”
-Arrum: 57-


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 1-15
Pembahasannya telah disebutkan berkali-kali bahwa objek sumpah itu apabila merupakan hal yang dinafikan, maka boleh mendatangkan huruf “la” sebelum kata qasam untuk menegaskan nafi. Dan yang menjadi objek qasamnya adalah mengukuhkan adanya hari kebangkitan, dan menyanggah apa yang diduga oleh para hamba yang bodoh yang meniadakan hari kebangkitan. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Aku bersumpah dengan hari kiamat (1) dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (2)) Al-Hasan berkata bahwa Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan tidak bersumpah dengan jiwa yang menyesal
Qatadah berkata, bahkan Allah bersumpah dengan menyebut keduanya.
Diriwayatkan dari Sammak, bahwa dia bertanya kepada Ikrimah tentang firmanNya: (dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (2)) dia berkata setiap orang menyesali perbuatan yang baik dan yang buruk, dan seandainya aku melakukan ini dan itu. Ibnu Jarir meriwayatkan ini dari SA’id bin Jubair tentang firmanNya: (dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (2)) dia berkata bahwa dia mencela kebaikan dan keburukan.
Ibnu Jarir berkata bahwa semua pendapat itu saling berdekatan maknannya. Tetapi yang lebih mirip dengan makna yant tampak adalah jiwa yang menyesali dirinya atas perbuatan baik dan buruknya, dan menyesali yang telah lalu.
Firman Allah SWT: (Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? (3)) yaitu pada hari kiamat, apakah dia mengira bahwa Kami tidak mampu mengembalikan tulangnya, lalu mengumpulkannya dari tempat-tempatnya yang berserakan (Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna (4)) Sa'id bin Jubair dan Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud adalah kuku atau teracaknya. Demikian juga dikatakan Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, Adh-Dhahhak, dan Ibnu Jarir. Ibnu Jarir mengemukakan alasannya, bahwa sesungguhnya jika Allah menghendaki, bisa saja Dia melakukan hal itu di dunia. Makna yang jelas dari ayat ini menunjukkan bahwa firmanNya SWT: (Kami kuasa) merupakan haal dari firmanNya SWT (Najma'a) yaitu apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulangnya? Bukan, sebenarnya Kami akan mengumpulkannya kembali, dan Kami mampu untuk menyusun kembali jari jemarinya, yaitu kekuasaan Kami mampu untuk menghimpunkannya, dan seandainya Kami mengkehendaki, maka Kami membangkitkannya dengan lebih sempurna dari sebelumnya, maka Kami menjadikan jari jemarinya dalam keadaan rata yaitu sama panjangnya. Demikianlah makna dari pendapat Ibnu Qutaibah dan Az-Zujaj.
Firman Allah: (Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus-menerus (5)) Sa'id bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yakni terus-menerus dalam kedurhakaannya.
Mujahid berkata tentang firmanNya: (hendak membuat maksiat terus-menerus) yaitu, terus ke depan mengikuti kepalanya.
Al-Hasan berkata bahwa anak cucu nabi Adam tidak akan pernah merasa puas dalam mengikuti hawa nafsunya kepada perbuatan durhaka terhadap Allah terus-menerus kecuali orang yang dipelihara oleh Allah SWT.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud adalah orang kafir yang mendustakan hari penghisaban. Demikian juga yang dikatakan Ibnu Zaid, dan inilah yang lebih kuat dan lebih sesuai dengan yang dimaksud. Oleh karena itu, maka Allah berfirman setelahnya: (Ia bertanya, "Bilakah hari kiamat itu?” (6)) yaitu dia menanyakan kapan hari kiamat itu? Akan tetapi, pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang bermaksud menunjukkan kemustahilan kejadiannya dan mendustakan keberadaannya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan mereka berkata, "Kapankah (datangnya) janji ini, jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (29) Katakanlah.”Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari kiamat) yang tiada dapat kamu minta mundur darinya barang sesaat pun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan" (30)) (Surah Saba')
Allah SWT berfirman di sini: (Maka apabila mata terbelalak (ketakutan) (7)) Abu Amr bin Al-’Ala’ berkata bahwa “bariqa” dengan dikasrah huruf ra’nya yaitu terbelalak. Apa yang dia katakan mirip dengan pengertian firman Allah SWT: (sedangkan mata mereka tidak berkedip-kedip) (Surah Ibrahim: 43) yaitu, bahkan mereka memandang karena takut ini dan itu, mata mereka terbelalak ke sana kemari tidak menentu karena dicekam rasa takut yang hebat.
Ulama lainnya membaca “baraqa” dengan difathah, tetapi maknanya berdekatan dengan pendapat yang pertama. Makna yang dimaksud adalah bahwa pandangan-pandangan mata di hari kiamat terbelalak dan tidak berkedip serta bingung karena dahsyatnya kengerian hari kiamat, berupa besarnya peristiwa yang mereka saksikan pada hari kiamat.
Firman Allah SWT: (dan apabila bulan telah hilang cahayanya (8)) yaitu, sinarnya lenyap (dan matahari dan bulan dikumpulkan (9)) Mujahid berkata yaitu keduanya digulung.
Firman Allah SWT: (pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari?” (10)) yaitu apabila manusia melihat huru-hara yang kedahsyatan hari kiamat ini, maka setiap orang menginginkan lari menyelamatkan diri seraya berkata, "Dimanakah tempat untuk melarikan diri?" yaitu tempat untuk berlindung dari itu? Allah SWT berfirman: (Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! (11) Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali (12)) Ibnu Abbas, Sa'id bin Jubair dan selain mereka dari kalangan ulama salaf berkata bahwa makna yang dimaksud adalah tidak ada jalan selamat. Ayat ini sebagaimana firmanNya: (Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu)) (Surah Asy-Syura: 47) yaitu tidak ada suatu tempat bagi kalian untuk bersembunyi. Demikian juga Allah berfirman di sini: (Tidak ada tempat berlindung) yaitu, tidak ada tempat untuk berlindung bagi kalian. Oleh karena itu Allah berfirman: (Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali (12)) yaitu tempat kembali dan tempat pulang.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya (13)) yaitu memberitahukan semua amal perbuatan yang dia lakukan, baik yang di masa lalu dan di masa sekarang, dan baik yang pertama maupun yang terakhir, yang kecil maupun yang besar. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorangpun) (Surah Al-Kahfi: 49) Demikian juga Allah berfirman di sini: (Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (14) meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya (15)) yaitu dia menyaksikan dirinya, dan menetahui perbuatannya sekalipun dia beralasan dan mengingkarinya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu) (Surah Al-Isra: 14)
Ibnu Abbas berkata tentang firmanNya: (Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (14)) dia berkata yaitu pendengaran, penglihatan, kedua tangan, kedua kaki, dan anggota tubuhnya
Qatadah berkata yaitu menjadi saksi terhadap dirinya sendiri.
Mujahid berkata tentang firmanNya: (meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya (15)) yaitu sekalipun dia mendebat untuk membela dirinya, tetapi dia melihatnya.
Qatadah berkata tentang firmanNya: (meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya (15)) yaitu bagaimanapun alasannya pada hari itu. tidak akan diterima darinya.
Pendapat yang shahih adalah yang dikatakan oleh Mujahid dan para temannya, sebagaimana firmanNya: (Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan.”Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah” (23)) (Surah Al-An'am: 23)


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Qiyamah ayat 14: 14-15. Allah mengabarkan bahwa manusia akan melihat setiap amalan mereka di dunia sendiri-sendiri yang dipaparkan di hadapannya. Pada hari itu, amalan tersebut yang menentukan hukum atas dirinya; Karena dirinya lebih mengetahui akan amalan baik dan buruknya, dan tidak berguna orang-orang yang meminta ampun jika mereka mencoba untuk memohon ampunan, atau mencoba mendebat, atau menyembunyikan atau berusaha melindungi dirinya.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Maksudnya ayat ini ialah, bahwa anggota-anggota badan manusia menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan seperti yang disebutkan dalam surah An Nur ayat 24.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Qiyamah Ayat 14

14-15. Sebenarnya setiap orang sudah mengetahui keadaan diri mereka masing-masing, tidak perlu diberitahu, bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri, anggota tubuh mereka akan berbicara dan menjadi saksi atas perbuatan mereka. (lihat surah yasin/36, 65. An-nur/24, 24. Fusssilat/41, 20-21). Dan meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya, dengan argumen yang kuat, namun itu tidak akan membantu meringankan azab yang mereka terima


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Itulah aneka ragam penjelasan dari banyak mufassir berkaitan isi dan arti surat Al-Qiyamah ayat 14 (arab-latin dan artinya), semoga memberi kebaikan untuk kita bersama. Sokonglah perjuangan kami dengan memberi link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Artikel Tersering Dikunjungi

Kami memiliki ratusan konten yang tersering dikunjungi, seperti surat/ayat: Ali ‘Imran 185, Az-Zalzalah 7, Al-Mukminun 1-11, Al-‘Ankabut 45, An-Nur 31, Al-Anbiya. Termasuk An-Nur, Al-Baqarah 165, Al-Isra 24, An-Nisa 1, Al-Ahzab 59, Al-‘Ashr 2.

  1. Ali ‘Imran 185
  2. Az-Zalzalah 7
  3. Al-Mukminun 1-11
  4. Al-‘Ankabut 45
  5. An-Nur 31
  6. Al-Anbiya
  7. An-Nur
  8. Al-Baqarah 165
  9. Al-Isra 24
  10. An-Nisa 1
  11. Al-Ahzab 59
  12. Al-‘Ashr 2

Pencarian: ...

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: