Surat Ali ‘Imran Ayat 7

هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ مِنْهُ ءَايَٰتٌ مُّحْكَمَٰتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلْكِتَٰبِ وَأُخَرُ مُتَشَٰبِهَٰتٌ ۖ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَٰبَهَ مِنْهُ ٱبْتِغَآءَ ٱلْفِتْنَةِ وَٱبْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِۦ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُۥٓ إِلَّا ٱللَّهُ ۗ وَٱلرَّٰسِخُونَ فِى ٱلْعِلْمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِۦ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

Arab-Latin: Huwallażī anzala 'alaikal-kitāba min-hu āyātum muḥkamātun hunna ummul-kitābi wa ukharu mutasyābihāt, fa ammallażīna fī qulụbihim zaigun fayattabi'ụna mā tasyābaha min-hubtigā`al-fitnati wabtigā`a ta`wīlih, wa mā ya'lamu ta`wīlahū illallāh, war-rāsikhụna fil-'ilmi yaqụlụna āmannā bihī kullum min 'indi rabbinā, wa mā yażżakkaru illā ulul-albāb

Artinya: Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

« Ali 'Imran 6Ali 'Imran 8 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Kandungan Berharga Tentang Surat Ali ‘Imran Ayat 7

Paragraf di atas merupakan Surat Ali ‘Imran Ayat 7 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai kandungan berharga dari ayat ini. Terdokumentasikan pelbagai penafsiran dari banyak mufassir terhadap makna surat Ali ‘Imran ayat 7, di antaranya sebagaimana di bawah ini:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dia lah satu-satunya dzat yang menurunkan al-qur’an kepadamu. Dintara isi al-quram itu ada ayat-ayat yang jelas makna dan kandungannya, itulah pokok-pokok ajaran al-qur’an yang menjadi rujukan dalam persoalan-persoalan yang masih samar, dan hal-hal yang bertentangan dikembalikan padanya, dan diantaranya ada ayat-ayat yang lain yang mutasyabihat yang menghimpun beberapa pengertian yang berbeda, yang tidak tampak jelas maksudnya kecuali dengan dipadukan dengan ayat-ayat muhkam. maka adapun orang-orang yang hatinya sakit lagi menyimpang dikarenakan buruknya tujuan hati mereka, mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat saja, supaya meniupkan subhat-subhat di tengah manusia sehingga dapat menyesatkan orang-orang tersebut dan agar menafsirkankan ayat-ayat tersebut diatas madzhab mereka yang batil. Dan tidak ada yang mengetahui hakikat makna-makan ayat ini selain Allah. sedang orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan “kami beriman kepada al-qur’an, semuanya datang kepada kami dari sisi tuhan kami, melalui lisan rasulNYA, Muhammad shalallohu alaihi wasallam.” Dan mereka membalikan ayat mutasyabihat kepada ayat-ayat muhkamnya, dan orang yang dapat memaham, mencerna dan menyelami makna-makna nya dengan pemahaman yang lurus adalah orang orang yang berakal lurus.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

7. Hai Muhammad, Allah-lah yang menurunkan kepadamu al-Qur’an; di dalamnya terkandung ayat-ayat muhkam yang jelas maksudnya, yang merupakan inti dari kitab tersebut yang membahas tentang tiang-tiang agama, kewajiban-kewajiban, dan hukum-hukum; terkandung pula ayat-ayat mutasyabihat yang penjelasannya sulit difahami oleh sebagian besar orang.

Orang yang dalam hatinya terdapat keraguan dan kecenderungan menyimpang dari kebenaran akan menggunakan ayat-ayat mutasyabihat untuk menjadikannya sebagai dalil atas niat buruk mereka dan menjelaskannya sesuai dengan madzhab batil yang mereka anut untuk menyesatkan orang banyak. Padahal tidak ada yang mengetahui penjelasan ayat-ayat mutasyabihat secara pasti kecuali Allah. Sedangkan para ulama yang memiliki ilmu yang mendalam akan mengimani ayat-ayat muhkam dan mutasyabihat, sebab semuanya datang dari Allah. Dan tidak ada yang mengambil pelajaran dan merenungi makna ayat-ayat ini dengan cara yang benar kecuali orang-orang yang memiliki akal yang mendapat hidayah.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

7. Dia lah yang menurunkan Al-Qur`ān kepadamu, -wahai Nabi-. Di dalamnya terdapat ayat-ayat yang jelas sekali maknanya, tidak ada kesulitan sama sekali untuk memahaminya. Ini adalah bagian yang utama dan mayoritas di dalamnya. Dan ini merupakan rujukan utama ketika terjadi perbedaan pendapat. Dan ada sebagian ayat-ayatnya yang mengandung lebih dari satu makna (multi tafsir) dan sulit dimengerti maknanya oleh kebanyakan orang. Adapun orang-orang yang hatinya melenceng dari kebenaran, mereka meninggalkan ayat-ayat yang jelas sekali maknanya (muhkam) dan mengambil ayat-ayat yang sulit dimengerti maknanya (mutasyabih) dan multi tafsir. Mereka ingin membangkitkan keragu-raguan dan menyesatkan orang dari jalan yang benar. Mereka ingin menafsirkan ayat-ayat tersebut menurut selera mereka yang sejalan dengan mazhab mereka yang sesat. Tidak ada yang mengetahui makna yang sesungguhnya dari ayat-ayat semacam itu dan bagaimana kenyataan yang sebenarnya kecuali Allah. Sedangkan orang-orang yang berilmu tinggi dan dalam mengatakan, “Kami percaya kepada Al-Qur`ān secara keseluruhan, karena semuanya berasal dari sisi Rabb kami.” Dan mereka menafsirkan ayat-ayat yang mutasyabih dengan ayat-ayat yang muhkam. Dan tidak ada yang bisa mendapatkan pelajaran dan peringatan kecuali orang-orang yang berakal sehat.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

7. الْكِتٰبَ ( Al Kitab)
Yakn al Qur’an.

مِنْهُ ءَايٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ (Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat )
Makna (المحكم) yakni ayat yang tidak memiliki tafsiran lebih dari satu, sehingga tidak mungkin untuk diubah atau diganti dari makna ayat yang sebenarnya.
Adapun makna (المتشابه) yakni ayat yang ada kemungkinan untuk diubah, diganti, atau ditakwilkan dari makna yang sebenarnya. Dan ayat yang mempunyai makna yang tersembunyi, tidak jelas, menimbulkan kemungkinan-kemingkinan, atau terdapat keraguan menjadikan ayat ini termasuk dalam ayat mutasyabih.

هُنَّ أُمُّ الْكِتٰبِ( itulah pokok-pokok isi Al qur’an)
Yakni ayat muhkamat ini adalah pokok yang menjadi landasan dan kepadanya dikembalikan makna yang menyelisihinya.

فَأَمَّا الَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ ( Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan)
Makna (الزيغ) yakni berbelok dari kebenaran.

فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشٰبَهَ مِنْهُ (maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya)
Yakni terpaut hati mereka dengan ayat-ayat mutasyabih untuk memberi keraguan kepada orang-orang beriman dan menjadikannya sebagai dalil atas bid’ah yang mereka lakukan.

ابْتِغَآءَ الْفِتْنَةِ (untuk menimbulkan fitnah )
Yakni untuk menimbulkan cobaan pada manusia atas agama mereka dan keraguan kepada mereka.

وَابْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِۦ ۗ ( dan untuk mencari-cari ta’wilnya)
Yakni untuk dapat mentakwilkan ayat tersebut sesuai dengan apa yang mereka ingingkan dan sesuai dengan jalan mereka yang sesat.

وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُۥٓ إِلَّا اللهُ ۗ وَالرّٰسِخُونَ فِى الْعِلْمِ ( padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah, dan orang-orang yang ilmunya mendalam)
Ibnu Abbas berkata: Aku termasuk orang yang mengetahui takwilnya.
Dan maknanya adalah orang yang memiliki ilmu yang dalam (Rasikhuun) mengetahui takwil dari ayat-ayat ini, yang senantiasa mengatakan (آمنا به).

ءَامَنَّا بِهِۦ ( Kami beriman kepadanya)
Yakni beriman kepada seluruh ayat-ayat al-Qur’an baik itu yang muhkam maupun yang mutasyabih, karena seluruhnya berasal dari Allah maka tidak terdapat perbedaan diantaranya, maka kami mengembalikan ayat mutasyabih yang memiliki kemungkinan kebenaran dan kebathilan kepada ayat yang muhkam yang tidak memiliki kemungkinan kecuali kebenaran sehingga dengan itu jelaslah maksud dari ayat mutasyabih tersebut.
Ayat ini turun untuk orang-orang Nasrani Najran yang berkata: sesungguhnya Allah berkata tentang dirinya dalam al-Qur’an dengan kata ‘Kami’ dan ‘Aku’ dan itu adalah kata ganti jamak maka Allah adalah satu dari yang tiga. -Maha Tinggi Allah-. Maka Rasulullah meminta mereka untuk mengembalikan ayat ini kepada ayat yang muhkam seperti (قل هو الله أحد) dan (إنما الله إله واحد).
Dan pendapat lain mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki ilmu yang dalam (Rasikhun) juga tidak mengetahui takwil ayat mutasyabihat. Dan yang dimaksud dengan mutasyabih adalah seperti waktu terjadinya hari kiamat, hakikat dari arwah, dan lainnya yang tidak diketahui oleh manusia.


📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

Tidaklah yang aku takuti atas ummat ini dari seorang mukmin yang dijauhkan dari imannya, dan dari seorang fasiq yang jelas kefasikannya, tetapi yang aku takuti atas ummat ini adalah seseorang ketika membaca al-qur'an dengan lisannya, kemudian dia mentakwil isinya dengan takwil yang tidak benar!


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

7. Allah adalah Dzat yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu wahai nabi Muhammad. Di antaranya ada ayat-ayat muhkamat, yaitu ayat yang hanya memiliki satu sudut pandang penafsiran seperti ayat {Wa laa Taqrabuz zinaa} [surah Al-Isra’ 17/32] ayat-ayat tersebut merupakan sumber dalam Al-Qur’an yang digunakan sebagai pedoman. Di antaranya juga ada ayat mutasyabihat, yaitu ayat-ayat yang mengandung banyak makna seperti ayat {Ar-Rahman ‘alal ‘arsyistawa} [surah Thaha 20/5] dan ayat {Yadullahi fauqa aidiihim} [Surah Al-fath 48/10], juga janji tentang terjadinya kiamat, hakikat ruh dan lain-lain. Adapun orang-orang yang di dalam hatinya itu berpaling dari yang haq menuju yang bathil, maka mereka lebih terikat dengan ayat mutasyabihah, mereka menafsirkannya dengan cara yang membingungkan dengan maksud untuk memfitnah manusia tentang agama yang benar dan menta’wilkannya sesauai tujuan mereka. Tidak ada yang mengetahui tafsir dan hakikat ayat mutasyabihah kecuali Allah. Orang yang mahir dalam keilmuan berkata: “Kami beriman kepada seluruhnya, bahwa setiap ayat muhkamat dan mutasyabihat itu dari sisi Tuhan Kami,” Ayat-ayat itu tidak saling tumpang tindih, sehingga ayat-ayat sifat menolak ayat-ayat tentang kesucian yang mutlak, begitu juga ayat-ayat tentang penggambaran tentang Isa dengan diberi kalimat dan ruh yang bertentangan dengan ayat-ayat tauhid yang sudah mutlak. Dan tidak ada yang mengambil pelajaran dari ayat-ayat ini kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Dialah yang menurunkan Kitab kepadamu. Di antara ayat-ayatnya ada yang muhkamat} yang jelas memberi petunjuk, tidak ada kerancuan di dalamnya {itulah pokok-pokok isi Kitab} pokok-pokok kitan yang dijadikan rujukan ketika terjadi keraguan {dan yang lain} ayat-ayat lain {mutasyabihat mengandung beberapa makna {Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan pada kesesatan} menyimpang dari kebenaran {mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah} mencari keraguan dan kerancuan pada manusia {dan untuk mencari-cari takwilnya} mencari tafsirnya sesuai perangai mereka yang tersesat {Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya, kecuali Allah. Orang-orang yang ilmunya mendalam berkata} orang-orang yang teguh dan ahli {“Kami beriman kepadanya, semuanya dari Tuhan kami” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran} tidak ada yang mengambil pelajaran {kecuali orang-orang yang berakal}. Orang yang berakal sehat


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

7. Allah memberitakan tentang keagunganya dan kesempurnaan pengaturaNya, yakani bahwa dia-lah yang esa yang menurunkan kitab yang agung ini, yang tidak akan di temukan dan tidak akan ditemukan tandinganya dan semisalnya dalam petunjuk, keindahan Bahasa, kemukzijatan, dan kebaikan bagi makhluk. Dan bahwasanya kitab ini mencakup yang muhkam, yakni jelas sekali artinya, yang terang, yang tidak samar tentangnya, dan juga mencakup ayat-ayat mustasyabihat yang mengandung beberapa arti yang tidak ada satupun dari arti-arti itu yang lebih kuat kalau hanya berpegang dengan ayat tersebut hingga di satukan kepada ayat yang muhkam. orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, penyimpangan dan penyelewengan tersebut. Mereka mengambilnya sebagai dalil demi memperkuat tulisan-tulisan mereka yang bahtil dan pemikiran-pemikiran mereka yang palsu hanya untuk mengobarkan fitnah dan menyimpang terhadap kitabullah serta menjadikanya sebagai tafsiran untuknya sesuai dengan jalan yang madzhab mereka yang akhirnya mereka itu tersesat dan menyesatkan orang lain.
Adapun orang yang berilmu dan mendalam yang ilmunya dan keyakinanya telah mencapai hati mereka, lalu membuahkan bagi mereka perbuatan dan pengetahuan, maka mereka ini mengahui bahwa al qur’an itusemuanya dari sisi Allah, dan bahwa semua yang ada di dalamnya adalah haq, baik yang muthasyibah maupun yang muhkam, dan bahwasanya yang haq itu tidak akan saling bertentanggan dan saling berbeda. Dan mereka akan mengatahui dengan jelas bahwa ayat-ayat muhkam mengandung makna yang jelas dan tegas, maka mereka mengembalikan ayat-ayat mutasyabih yang sering menimbulkan kebingungan bagi orang-orang yang kurang ilmu dan pengetahuan kepada yang muhkam mereka mengembalikan ayat-ayat yang metasyabih kepada ayat-ayat yang muhkam hingga seluruhnya menjadi muhkam dan mereka berkata, ”kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semua itu dari sisi tuahn kami.
“Dan tidak dapat mengambil pelajaran, dari padanya” yang mendalam ”melainkan orang-orang yang berakal yakni orang-orang yang memiliki akal cerdas. dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukan bahwa sikap ini adalah orang orang yang berakal, dan bahwa mengikuti ayat-ayat yang mutasibih adalah sipat orang yang pemikirannya sakit, akalnya rendah, dan tujuan-tujuanya buruk.
Dan firmanya, ” padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah, ” apabila yang di maksud itu adalah pengetahuan tentang akibat suatu perkara, hasilnya, serta mengarah kepadanya, maka berwajibanlah berpatokan dengan, ” melainkan Allah, ” dimana hanya Allah saja yang melakukan takwil dengan makna tersebut. Namun apabila takwil tersebut dimaksudkan dengan makna tafsir dan ilmu tentang arti dari perkataan tersebut, maka yang lebih baik adalah menyambung dengan kalimat sebalumnya, hingga hal ini menjadi sebuah pujian terhadap orang-orang yang ilmunya mendalam, yaitu bahwasanya mereka mengetahui bagaimana menempatkan nash-nash Al-quran dan assunah, baik yang muhkamnya maupun yang mutasyabihnya.
Dan ketika konteksnya adalah tetang perpecahan orang-orang (sehingga) ada yang menyimpan dan ada yang istiqomah, maka mereka berdoa kepada Allah agar menetapkan mereka di atas keimanan seraya berkata,


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 7-9
Allah SWT memberitahukan bahwa dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat ayat-ayat muhkamat, (itulah pokok-pokok isi Al qur'an) yaitu ayat-ayat yang menerangkan dalil yang jelas dan tidak ada kerancuan di dalamnya bagi siapa pun. Di antara ayat-ayat lainnya, terdapat ayat-ayat yang mengandung dalil yang bisa menimbulkan keraguan pada banyak orang atau beberapa dari mereka. Maka barangsiapa yang mengembalikan sesuatu yang mengandung keraguan itu pada sesuatu yang jelas, dan mengambil hukum yang jelas untuk menilai yang samar, maka sungguh dia telah mendapatkan petunjuk. Tetapi barangsiapa yang melakukan sebaliknya, maka dia telah tersesat. Oleh karena itu Allah berfirman: (Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an) yaitu merupakan dasar yang menjadi rujukan dari ayat mutasyabihat. (dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat) yaitu dalilnya perlu merujuk pada ayat muhkamat. Dan mengandung hal lain, baik dari segi lafazh dan susunannya, namun bukan dari maknanya. Para ulama’ berbeda pendapat terkait ayat muhkamat dan ayat mutasyabihat. Diriwayatkan dari ulama’ salaf banyak pendapat tentang itu. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat muhkamat adalah ayat yang menasakh, menjelaskan tentang halal, haram, hukum-hukum, batasan-batasan, kewajiban-kewajiban, perintah, dan amalan-amalan. Demikian juga diriwayatkan dari ‘Ikrimah, Mujahid, Qatadah, Adh-Dhahhak, Muqatil bin Hayyan, Ar-Rabi’ bin Anas, dan As-Suddi. Mereka berkata bahwa ayat muhkamat adalah ayat yang diamalkan.
Dikatakan bahwa ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat yang dinasakh, ayat yang didahulukan, diakhirkan, ayat perumpamaan, sumpah, sesuatu yang diimani, dan sesuatu yang tidak diamalkan. Hal ini diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas
Dikatakan juga bahwa ayat mutasyabihat adalah huruf-huruf muqatha’ah di awal-awal surat. Pendapat ini diungkapkan oleh Muqatil bin Hayyan.
Diriwayatkan dari Mujahid bahwa ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang saling membenarkan satu sama lain.
Ini adalah penjelasan firmanNya: (Al-Qur'an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang) [Surah Az-Zumar: 23] Di sini mereka menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ayat mutasyabihat adalah kalam dalam satu konteks, dan yang dimaksud dengan “Al-Matsani” adalah kalam tentang dua hal yang saling berlawanan, seperti deskripsi tentang surga dan neraka, menyebutkan keadaan orang-orang yang berbuat kebajikan kemudian keadaan orang-orang yang durhaka, dan sejenisnya. Adapun di sini, yang dimaksud dengan “mutasyabih” adalah yang berlawanan dengan “muhkamat”. Pendapat paling baik dalam hal ini adalah apa yang telah kami sebutkan sebelumnya, yaitu yang dijelaskan oleh Muhammad bin Ishaq bin Yasar yang mengatakan,“Di dalamnya terdapat ayat-ayat muhkamat yang merupakan hujjah Tuhan, perlindungan bagi para hamba, jawaban bagi lawan-lawan dan kebathilan, tidak dipengaruhi, dan tidak diubah dari apa yang telah ditetapkan. Dia berkata: "Adapun ayat mutasyabihat yang benar adalah ada kemungkinan untuk ditafsirkan, dan dita’wilkan, dimana Allah menguji hamba-hambaNya melalui hal-hal ini, sebagaimana Dia menguji mereka dalam halal dan haram, agar mereka tidak disesatkan kebathilan dan memutarbalikkan kebenaran.
Oleh karena itu, Allah berfirman: (Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan) yaitu tersesat dan keluar dari kebenaran menuju kepada kebathilan, (maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya) yaitu mereka mengambil dari Al-Quran hanya ayat yang mutasyabihat, yang dapat mereka putarbalikkan sesuai dengan niat buruk mereka, dan mereka menjadikan hal itu melalui lafazhnya agar sesuai dengan kecenderungan mereka. Adapun ayat muhkamat, maka tidak celah bagi mereka di dalamnya, karena itu untuk menghalangi dan menjadi hujjah atas mereka. Oleh karena itu, Allah berfirman: (untuk menimbulkan fitnah) yaitu menyesatkan para pengikutnya dengan memberikan mereka ilusi bahwa mereka behujjah menggunakan Al-Quran untuk bid’ah mereka, padahal itu adalah hujjah atas mereka, bukan untuk mereka. Sebagaimana jika orang-orang Nasrani menggunakan dalil bahwa Al-Quran menyatakan bahwa nabi Isa adalah ruh Allah dan kalimatNya yang Dia taruh kepada Maryam, dan mereka mengabaikan hujjah dari firmanNya: (Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian)) [Surah Az-Zukhruf: 59], dan (Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia (59)) [Surah Ali 'Imran), dan ayat-ayat muhkamat lainnya yang menerangkan bahwa nabi Isa adalah makhluk Allah, hambaNya, dan salah satu rasulNya.
Firman Allah SWT: (untuk mencari-cari ta'wilnya) yaitu: mengubahnya sesuai dengan keinginan mereka. Muqatil bin Hayyan dan As-Suddi berkata: “Mereka ingin mengetahui apa yang akan terjadi dan akibat dari segala sesuatu dalam Al-Quran”.
Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata: “Rasulullah membaca: (Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat) hingga (orang-orang yang berakal). Hingga beliau bersabda: “Apabila kalian melihat orang-orang berdebat tentang ayat-ayat yang mutasyabihat, mereka adalah orang-orang yang dimaksudkan oleh Allah, maka berhati-hatilah terhadap mereka.”
Diriwayatkan dari Abu Ghalib, dia berkata: “Aku mendengar Abu Umamah mengisahkan tentang Nabi SAW tentang firmanNya: (Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihat daripadanya), beliau bersabda: “Mereka adalah Khawarij”.
Terkait firmanNya: (pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram) [Surah Ali 'Imran: 106], beliau bersabda: “Mereka adalah Khawarij”. Ini diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih tanpa meriwayatkan dari siapapun dari Abu Ghalib dari Abu Umamah dengan sanad yang marfu’. Hadits ini lebih sedikit pembagiannya, dan menurut pendapat para sahabat merupakan hadits mauquf, dan maknanya shahih. karena bid'ah pertama yang muncul dalam Islam adalah fitnah dari Khawarij. Mereka adalah pertama-tama muncul karena persoalan dunia, yaitu ketika Nabi SAW membagikan harta rampasan dari perang Hunain. Seakan-akan mereka berpikir dengan akal mereka yang rusak bahwa pembagian harta itu tidak adil. Lalu mereka mengajukan keluhan ini kepada Nabi. Salah satu dari mereka, Dhul Khuwaishirah berkata: "Hendaklah engkau berlaku adil, karena engkau tidak berlaku adil”. Lalu Rasulullah SAW bersabda kepadanya: “Sungguh aku akan celaka dan merugi Jika aku tidak berlaku adil, Apakah patut Allah akan mempercayakan kepadaku atas penduduk bumi, sedangkan kalian tidak mempercayaiku?” Setelah pria itu pergi, Umar bin Khattab (dalam riwayat lain adalah Khalid bin Walid) meminta izin Rasulullah untuk membunuhnya, tetapi Nabi bersabda: “Biarkanlah dia, karena dia akan melahirkan kaum (yaitu dari kelompoknya) yang suka berdebat. Kaum yang yang salah seorang diantara kalian meremehkan shalatnya sekalipun dia shalat, dan meremehkan puasanya sekalipun dia puasa, mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah keluar dari busur. Dimana pun kalian menemui mereka, bunuhlah mereka, karena dalam kematian mereka terdapat pahala bagi siapa saja yang membunuh mereka.”
Firman Allah SWT: (padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah) para ulama’ qira’ah berbeda pendapat terkait waqaf di sini. Dikatakan bahwa ada pada lafazh jalalah.
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa dalam bacaan Abdullah bin Mas'ud: (inna ta’wiilahu, lla ‘indallah, war raasikhuuna fil ‘ilmi yaquuluuna aamannnaa bih) Demikian juga diriwayatkan dari Abu bin Ka'b. Ibnu Jarir memilih pendapat ini.
Di antara mereka ada yang berhenti pada firmanNya: (War raasikhuuna fil ;ilmi), dan banyak diikuti oleh para mufasir dan ahli ushul fiqh.
Ibnu Abi Najih meriwayatkan dari Mujahid, (war raasikhuuna fil ‘ilmi ya’lamuuna ta’wiilahu wa yaquuluuna aamannnaa bih)
Dalam hadits yang disebutkan bahwa Rasulullah SAW berdoa untuk Ibnu Abbas, seraya bersabda, "Ya Allah, pandaikanlah dia dalam agama dan ajarkanlah ilmu tafsir” Di antara para ulama terdapat orang-orang yang telah menjelaskan kedudukan ini. Ada yang berkata,”Ta’wil adalah penafsiran” dan yang dimaksud dengan ta’wil dalam Al-Quran itu memiliki dua makna: Pertama, bahwa ta’wil adalah makna dari hakikan sebuah sesuatu dan sesuatu yang dita’wilkan. Di antaranya adalah firman Allah: (Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan) (Surah Yusuf:100) dan firmanNya: (Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya kebenaran) Al Quran itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran itu) (Surah Al-A'raf: 53) yaitu hakikat dari sesuatu yang diberitakan kepada mereka, yaitu sesuatu yang dirujuk. Maka jika menginginkan ta’wil yang sesuai dengan pendapat ini, maka waqafnya adalah pada lafazh jalalah. Karena hakikat dan esensi segala sesuatu itu tidak akan bisa diketahui dengan jelas kecuali Allahdan firmanNya (War raasikhuuna fil ‘ilmi) menjadi mubtada’ , sedangkan (yaquuluuna aamanna) adalah khabarnya. Adapun jika menghendaki bahwa ta’wil itu memiliki makna lain yang berarti penafsiran, penjelasan, dan keterangan tentang sesuatu, seperti firmanNya: (Berikanlah kepada kami ta'birnya) (Surah Yusuf:36) yaitu dengan penafsirannya. Maka jika menghendaki ta’wil dengan makna ini, maka waqafnya pada (war raasikhuuna fil ‘ilmi) karena mereka tidak mengetahui dan memahami tentang apa yang mereka berbicarakan tentang itu dengan ungkapan ini. Jika mereka tidak memiliki pemahaman tentang hakikan segala sesuatu dari esensinya maka dia tidak berhak atas hal itu. Berdasarkan hal ini, firman Allah (Yaquuluuna aamanna bih) menjadi haal dari mereka. Hal ini diperbolehkan. Bisa juga menjadi ma’thuf tanpa adanya ma’thuf ‘alaih, sebagaimana firmanNya ((Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka) sampai firmanNya (Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami….) (Surah Al-Hasyr,: 8-10)
Firman Allah memberitakan tentang mereka, bahwa (mereka berkata: "Kami beriman kepadanya”) yaitu kepada ayat-ayat mutasyabihat, (semuanya itu dari sisi Tuhan kami) yaitu, baik ayat muhkamat maupun ayat mutasyabihat itu adalah kebenaran. Setiap bagian dari keduanya saling membenarkan dan memberikan kesaksian, karena semuanya dari sisi Allah, dan tidak ada sesuatu pun dari sisi Allah itu berbeda atau bertentangan, sebagaimana firmanNya: (Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya (82)) (Surah An-Nisa). Oleh karena itu Allah berfirman: (Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal), yaitu hanya orang yang bisa memahami, memikirkan dan merenungi maknanya, karena akal sehat dan pemahaman mereka yang lurus.
Kemudian Allah berfirman seraya memberitahukan tentang mereka bahwa mereka berdoa kepada Tuhan mereka, seraya berkata: (Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami) yaitu janganlah Engkau mengalihkan hati kami dari petunjuk setelah Engkau menetapkannya bagi kami, dan janganlah Engkau jadikan kami seperti orang-orang yang hatinya beralih, yaitu mereka yang mencari-cari pertentangan dalam ayat-ayat mutasyabihat Al-Quran. Akan tetapi tetapkanlah kami di jalan yang lurus dan agamaMu yang kokoh, (dan karuniakanlah kepada kami dari sisiMu) yaitu dari sisiMu (rahmat) yang menjaga hati kami dan menyatukan kecenderungan kami, serta tambahkanlah kepada kami dengan rahmat itu iman dan keyakinan, (sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)).
Diriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwa Nabi SAW biasa berdoa: "Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu" Kemudian beliau membaca: (Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisiMu; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)" (8)).
Firman Allah: ("Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji (9)) yaitu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau akan mengumpulkan makhlukMu pada hari mereka dikembalikan. Engkau memutuskan atas perkara-perkara yang mereka perselisihkan, dan memberi balasan kepada setiap orang sesuai dengan amalnya di dunia baik itu amal yang baik maupun yang buruk.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Ali ‘Imran ayat 7: Ialah Yang telah turunkan Kitab kepadamu, Sebagian daripadanya adalah Ayat-ayat yang muhkam yaitu asas bagi Kitab, dan yang (sebagian) lain adalah (Ayat-ayat) yang mutasyabih. Adapun orang-orang yang di hati-hatinya ada kesesatan, mencari-cari apa yang mutasyabih dari padanya,karena hendak membikin fitnah dan karena hendak menta'wil akan ia, padahal tidak mengetahui ta'wilya melainkan Allah; dan orang-orang yang jejak di dalam ilmu berkata: "Kami beriman kepada-Nya,(karena) semua itu dari Tuhan kami, lain kan orang-orang yang mempunyai fikiran, dan tidak mengerti) melainkan orang-orang yang mempunyai fikiran.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang jelas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah.

Yang dirujuk ketika terjadi kesamaran dan mengembalikan kepadanya paham yang menyelisihinya, atau maksudnya bisa juga "Yang dijadikan pegangan dalam hukum".

Termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali setelah diteliti secara mendalam atau dipadukan dengan ayat yang muhkamat; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib misalnya ayat-ayat mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain. Ada pula yang menggolongan beberapa huruf di awal surat sebagai mutasyabihat, seperti alif laam miim, dsb. wallahu a'lam.

Adapun Syaikh As Sa'diy, ia menafsirkan ayat di atas sebagai berikut:

Al Qur'anul 'Azhim semuanya adalah muhkam (jelas maksudnya), sebagaimana firman Allah Ta'ala:

"(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Mahatahu," (Terj. Huud: 1)

Al Qur'an tersusun rapi, mengandung keadilan dan ihsan,

"Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (Terj. Al Maa'idah: 50)

Semuanya mengandung mutasyabih (kemiripan) dalam hal indah, kefasihan, saling membenarkan yang satu dengan lainnya, lafaz dan maknanya sesuai.

Adapun muhkamat dan mutasyabihat yang disebutkan di ayat ini, maka Al Qur'an itu sebagaimana disebutkan Allah, ada ayat-ayat yang muhkamat, yakni jelas maksudnya, tidak ada kesamaran dan sesuatu yang belum jelas. Inilah pokok-pokok isi kitab, yakni pokok yang dikembalikan kepadanya segala yang masih samar, dan ayat-ayat muhkamat inilah yang paling banyak (dalam Al Qur'an). Ada pula ayat-ayat yang mutasyabihat, yakni maknanya masih samar di pikiran, karena kandungannya yang masih ijmal (global) atau mengarah kepada pemahaman tertentu, padahal bukan itu maksudnya. Al hasil, di antara ayat-ayat Al Qur'an ada ayat-ayat yang jelas bagi setiap orang, dan inilah ayat yang paling banyak, dan dipakai rujukan. Di antaranya ada pula ayat-ayat yang masih musykil bagi sebagian manusia, maka yang wajib dalam masalah ini adalah mengembalikan yang mutasyabihat kepada yang muhkamat, yang masih samar kepada yang jelas. Dengan cara seperti ini, satu sama lain saling membenarkan dan tidak terjadi pertentangan. Akan tetapi, orang-orang (dalam hal ini) terbagi menjadi dua golongan: orang-orang yang dalam hatinya ada penyimpangan, yakni menyimpang dari jalan istiqamah, di mana niat mereka rusak, bahkan yang mereka cari adalah kesesatan, dan hati mereka menyimpang dari jalan yang lurus dan dari petunjuk, mereka mencari yang mutasyabihat, mereka meninggalkan yang jelas dan beralih kepada yang mutasyabihat, bahkan mereka berbuat sebaliknya, yang muhkam mereka bawa kepada yang yang mutasyabihat….dst." (lihat Tafsir As Sa'diy)

Orang-orang yang berpenyakit hati karena niatnya yang buruk berusaha mencari ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan syubhat di tengah manusia agar dapat menyesatkan mereka, di samping itu, mereka menta'wil ayat-ayat mutasyabihat untuk menguatkan pemahaman mereka yang batil.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membacakan ayat di atas, Dan bersabda,

فَإِذَا رَأَيْتُمُ الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأولَئِكَ الَّذِيْنَ سَمَّى اللهُ فَاحْذَرُوْهًمْ

"Apabila kalian melihat orang-orang yang mencari ayat-ayat mutasyabihat, mereka itulah orang-orang yang disebut Allah, maka berhati-hatilah."

Jumhur (mayoritas) mufassir mewaqfkan (memberhentikan) sampai ayat ini, namun yang lain menyambung dengan kata-kata "wa raasikhuun…dst." Kedua-duanya masih mengandung kemungkinan benar, jika maksud "ta'wil" di sini adalah mengetahui hakikatnya, maka yang benar adalah waqf sampai "illallah", karena yang mengetahui hakikatnya adalah Allah saja. Misalnya hakikat sifat Allah, hakikat sifat-sifat yang terjadi pada hari akhir dsb. Hal ini, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah, tidak boleh bagi seseorang memberanikan diri mengkaifiyatkannya. Oleh karena itu, Imam Malik rahimahullah pernah ditanya tentang firman Alllah "Ar Rahmaanu 'alal 'arsyis tawaa" (Allah bersemayam di atas 'Arsy) bagaimana bersemayam-Nya?" Maka ia menjawab, "Bersemayam adalah kata yang sudah diketahui, bagaimananya adalah majhul (tidak diketahui), mengimaninya wajib dan menanyakannya bid'ah." Demikianlah yang harus dikatakan dalam ayat-ayat sifat, yakni bahwa sifat tersebut diketahui, namun kaifiyatnya majhul. Orang-orang yang ilmunya mendalam, mengimaninya dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah.

Adapun jika arti "ta'wil" di ayat ini adalah tafsir, penjelasan lebih dalam, maka yang benar adalah menyambung kata-kata Ar Raasikhuun (orang-orang yang ilmunya mendalam) dengan Allah; tidak diwaqfkan. Sehingga tafsir ayat-ayat yang mutasyabihat, pengembalian kepada ayat-ayat yang muhkamat serta penyingkiran kesamaran yang ada dalam ayat-ayat mutasyabihat, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Ta'ala dan orang-orang yang ilmunya mendalam.

Oleh karena semua ayat tersebut berasal dari sisi Allah, maka tidak akan terjadi pertentangan, bahkan isinya sama, yang satu dengan yang lain saling membenarkan dan menguatkan.

Hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat memahami dan mengerti maknanya secara benar.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali ‘Imran Ayat 7

Hanya dialah yang menurunkan kitab Al-Qur'an kepadamu, wahai nabi Muhammad, untuk engkau sampaikan dan jelaskan maksudnya kepada seluruh umat manusia. Apa yang diturunkan itu terdiri atas dua kelompok, di antaranya ada ayat-ayat yang muhkama't, yakni yang kandungannya sangat jelas, sehingga hampir-hampir tidak lagi dibutuhkan penjelasan tambahan untuknya, atau yang tidak mengandung makna selain yang terlintas pertama kali dalam benak. Ayat-ayat muhkama't itulah pokok-pokok kitab suci Al-Qur'an. Dan kelompok ayat-ayat yang lain dalam Al-Qur'an yaitu mutasyabihat, yakni ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian, samar artinya dan sulit dipahami kecuali setelah merujuk kepada yang muhkam, atau hanya Allah yang mengetahui maknanya. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti dengan sungguh-sungguh yang mutasya'biha't, dengan berpegang teguh kepada ayat-ayat itu semata-mata dan tidak menjadikan ayatayat muhkamat sebagai rujukan dalam memahami atau menetapkan artinya. Tujuan mereka melakukan itu adalah untuk mencari-cari fitnah, yakni kekacauan dan kerancuan berpikir serta keraguan di kalangan orang-orang beriman, dan untuk mencari-cari dengan sungguh-sungguh takwilnya yang sejalan dengan kesesatan mereka. Mereka melakukan itu padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan sikap mereka itu bertentangan dengan sikap ar-ra'sikhain faal-'ilm, yakni orang orang yang ilmunya mendalam dan imannya mantap. Atau, seperti dalam salah satu bacaan (qira'at) yang mutawa'tir, takwil ayat-ayat mutasyabihat itu juga dapat diketahui oleh ar-ra'sikhain fa al-'ilm. Dengan demikian, ayat-ayat mutasyabihat itu diturunkan untuk memotivasi para ulama agar giat melakukan studi, menalar, berpikir, teliti dalam berijtihad dan menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang mendalam ilmunya dan mantap imannya itu berkata, kami beriman kepadanya, yakni Al-Qur'an, semuanya, yakni yang mutasyabihat dan muhkamat, berasal dari sisi tuhan kami. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran dan memahami maknanya dengan baik dan benar kecuali orang yang berakal, yaitu orang-orang yang memiliki akal sehat yang tidak mengikuti keinginan hawa nafsu. Menggunakan akal semata akan membuat seseorang mudah tergelincir. Oleh karenanya, orang-orang yang mendalam ilmunya dan mantap imannya selalu berdoa, ya tuhan kami, janganlah engkau condongkan hati kami kepada kesesatan sebagaimana halnya mereka yang mencaricari takwil ayat-ayat mutasyabih untuk menimbulkan keraguan, setelah engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat yang mencakup segala jenis dan macamnya, antara lain berupa kemantapan iman, ketenangan batin, kemudahan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Rahmat itu bersumber dan langsung dari sisi-Mu, turun secara berkesinambungan dan tanpa mengharap imbalan apa pun, sebab sesungguhnya engkau maha pemberi.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikian beragam penjabaran dari para ahli tafsir terhadap isi dan arti surat Ali ‘Imran ayat 7 (arab-latin dan artinya), semoga menambah kebaikan untuk kita bersama. Sokonglah kemajuan kami dengan mencantumkan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Halaman Cukup Sering Dicari

Kami memiliki berbagai halaman yang cukup sering dicari, seperti surat/ayat: Al-Baqarah 183, Alhamdulillah, Al-Fil, Al-Ma’un, Yusuf 4, Al-‘Alaq. Serta At-Tin, Al-Bayyinah, Ali ‘Imran 159, Al-Fath, Al-Insyirah, Inna Lillahi.

  1. Al-Baqarah 183
  2. Alhamdulillah
  3. Al-Fil
  4. Al-Ma’un
  5. Yusuf 4
  6. Al-‘Alaq
  7. At-Tin
  8. Al-Bayyinah
  9. Ali ‘Imran 159
  10. Al-Fath
  11. Al-Insyirah
  12. Inna Lillahi

Pencarian: surat an nahl ayat 72, al baqarah ayat 14, surat al anbiya ayat 12, al waqiah dan terjemahan, an naml 30-31

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.