Surat As-Saffat Ayat 102
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Arab-Latin: Fa lammā balaga ma'ahus-sa'ya qāla yā bunayya innī arā fil-manāmi annī ażbaḥuka fanẓur māżā tarā, qāla yā abatif'al mā tu`maru satajidunī in syā`allāhu minaṣ-ṣābirīn
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
« As-Saffat 101 ✵ As-Saffat 103 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Penting Berkaitan Surat As-Saffat Ayat 102
Paragraf di atas merupakan Surat As-Saffat Ayat 102 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beraneka pelajaran penting dari ayat ini. Didapati beraneka penjabaran dari beragam ahli ilmu mengenai makna surat As-Saffat ayat 102, antara lain seperti berikut:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Manakala ismail mulai besar dan berjalan bersama ayahnya, ayahnya berkata kepadanya ”sesunggunya aku bermimpi menyembelihmu apa pendapatmu? dan mimpi para nabi adalah haq maka ismail menjawab dengan meraih ridha tuhannya dan berbakti kepada bapaknya serta membantunya untuk menaati Allah “lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Allah, sembelihlah aku, engkau akan melihatku insya Allah sebagai orang yang sabar, taat dan hanya berharap pahala dari Allah.”
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
102. Ketika Ismail telah beranjak dewasa dan mulai tampak bantuan dan pertolongannya bagi Ibrahim, Ibrahim berkata kepadanya: “Wahai anakku, aku melihat dalam mimpi, aku menyembelihmu. Bagaimana menurutmu tentang mimpi ini?”
Maka Ismail menjawab dengan jawaban yang menyejukkan hati, memudahkan urusan Ibrahim, diridhai Tuhannya, dan menunjukkan baktinya kepada Ibrahim; ia berkata: “Laksanakanlah apa yang engkau lihat dan kerjakan ketaatan yang diperintahkan kepadamu; insyaallah engkau akan mendapatiku sebagai anak yang sabar, taat, dan ridha.”
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
102. Tatkala Ismail menjadi pemuda, usahanya mencapai usaha bapaknya, bapaknya Ibrahim bermimpi, dan mimpi para Nabi adalah wahyu. Ibrahim menyampaikan kandungan mimpinya kepada anaknya, “Anakku! Sesungguhnya aku bermimpi menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu tentangnya.” Ismail menjawab kata-kata bapaknya, “Bapakku! Lakukanlah apa yang Allah perintahkan kepadamu, yaitu menyembelihku, engkau akan mendapati diriku termasuk orang-orang yang sabar, yang rela menerima hukum Allah.”
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
102. فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْىَ (Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim)
Yakni setelah dia mulai dewasa dan mampu melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan Ibrahim. Imam Muqatil berpendapat: yakni ketika Ibrahim berjalan dengan anaknya. Dan imam al-Farra’ berpendapat: ketika itu dia berumur 13 tahun.
قَالَ يٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى الْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ(Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu)
Yakni Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anaknya, Ismail.
Ibrahim diberi kabar bahwa dia akan dikaruniai anak yang penyabar dan anak itu akan disembelih. Kemudian Allah berfirman: وَبَشَّرْنٰهُ بِإِسْحٰقَ نَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِينَ “Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.” Namun dalam kitab Taurat yang telah dirubah disebutkan “sembelihlah anak pertamamu dan anak satu-satunya, Ishaq.” Kata ‘Ishaq’ di sini merupakan tambahan dan pemalsuan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada kitab Taurat, sebab Ishaq bukanlah anak pertama Ibrahim dan bukan pula anak satu-satunya, namun yang memiliki sifat seperti itu adalah Ismail, dan dalam kitab Taurat sendiri disebutkan hal itu.
Dan setelah Ibrahim merelakan anaknya untuk disembelih dan mentaati perintah Allah, maka Allah mengaruniakan kepadanya anak yang lain yaitu Ishaq.
فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ( Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”)
Ibrahim meminta pendapat dari Ismail agar mengerahui tingkat kesabarannya dalam menjalankan perintah Allah, sebab mimpi para nabi adalah wahyu dari Allah dan menjalankannya hukumnya wajib.
قَالَ يٰٓأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ( Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu)
Yakni lakukanlah apa yang diwahyukan kepadamu untuk menyembelihku.
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
Perhatikan firman Allah ta'ala: { فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ } pada lafadz : { مَعَهُ } "bersamanya" Ini menunjukkan pentingnya seorang ayah mendampingi putranya dan menemaninya,
yang sering kali menghasilkan sikap mendengarkan, ketaatan, dan respons. Maka anak yang saleh ini berkata ketika ayahnya menyampaikan kepadanya perintah penyembelihan : { ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ } "kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu"
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
102. Saat dia mencapai umur yang memungkinkan untuk bekerja bersama ayahnya, Ibrahim berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya dalam mimpi aku melihat (penglihatan para nabi itu pasti benar dan merupakan wakyu) bahwa aku sedang menyembelihmu, lalu bagaimana pendapatmu tentang penglihatan itu”. Anaknya berkata kepadanya: “Wahai ayah, kerjakanlah dan tunaikanlah apa yang diperintahkan kepadamu.Aku akan sabar atas perintah Allah”
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Dengan anak yang sangat santun ketika dewasa, yaitu Ismail AS {Ketika anak itu sampai pada umur dia sanggup bekerja} maka ketika Ismail remaja dan menyadari usaha Ibrahim {Dia berkata} Ibrahim berkata kepada anaknya {“Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu” Dia menjawab} Anaknya berkata kepadanya {“Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar”
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
102. “Maka tatkala anak sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-samanya,” maksudnya, sampai pada umur mampu berusaha bersama Ibrahim dan sudah mencapai usia yang pada umumnya, usi ayang sangat disaayang oleh kedua orangtuanya, di mana beban mengurusinya sudah tidak ada dan masa usia bergunannya telah datang, maka Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.” Maksudnya, aku telah melihat dalam tidur dan bermimpi bahwa Allah memerintahku menyembelihmu. Mimpi para nabi itu adalah wahyu. “Maka pikirkanlah apa pendapatmu!”
Karena perintah Allah itu harus dilaksanakan, maka Nabi Ismail berkata dengan sabar, mengharap pahala, rela kepada TUhaannya, dan berbakti kepada ayahnya, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaa allah kamu akan mendapatiku termaasuk oranag-orang yang sabar.” Nabi Ismail menyampaikan kepada ayahnya bahwasanya ia memanatapkan dirinya unttuk sabar, dan ia menyertaakan kehendak Allah padanya, sebab tidak akan terjadi sesuatu tanpa kehendak Allah.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 99-113
Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang kekasihNya, nabi Ibrahim bahwa sesungguhnya setelah Allah menolongnya dari kaumnya dan merasa putus asa dari keimanan mereka, padahal mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat yang agung. Maka nabi Ibrahim hijrah dari mereka seraya berkata: ("Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku (99) Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh” (100)) yaitu anak-anak yang taat sebagai ganti dari kaumnya dan kaum kerabatnya yang dia tinggalkan. Allah SWT berfirman: (Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar (101))
Anak ini adalah nabi Ismail, karena sesungguhnya dia adalah anak pertamanya yang mana nabi Ibrahim mendapat berita gembira tentangnya. Dia lebih tua daripada nabi Ishaq, menurut kesepakatan orang-orang muslim dan Ahli Kitab.
Sejumlah orang yang berilmu bahwa anak yang disembelih itu adalah nabi Ishaq. Hal itu dikatakan oleh segolongan ulama salaf, sehingga ada yang menukilnya dari sebagian sahabat. Tetapi hal itu bukan bersumber dari kitab, dan bukan pula dari sunnah. Dan saya memastikan bahwa hal itu tidak diterima, melainkan dari para rahib Ahli Kitab, lalu diterima orang muslim tanpa hujjah yang kuat. Kitab Allah yang merupakan saksi yang menunjukkan kepada kita bahwa itu adalah nabi Ismail. karena sesungguhnya Al-Qur'an telah menyebutkan berita gembira tentang putra yang penyabar dan menyebutkan bahwa dialah yang disembelih. Kemudian Allah berfirman setelah itu: (Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh (112)) Malaikat ketika menyampaikan berita gembira tentang kelahiran nabi Ishaq kepada nabi Ibrahim mereka berkata: (Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim) (Surah Al-Hijr:53) Dan Allah SWT berfirman: (maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya'qub) (Surah Hud: 71) yaitu dilahirkan bagi nabi Ishaq di masa hidup keduanya seorang putra yang diberi nama Ya'qub. Dengan demikian, nabi Ibrahim mendapatkan keturunan dan cucu. Telah Kami sebutkan bahwa tidak diperbolehkan setelah itu nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih nabi Ishaq ketika dia masih kecil, karena Allah SWT telah menjanjikan kepada keduanya bahwa bahwa nabi Ishaq akan memiliki keturunannya. Maka bagaimana mungkin setelah semuanya itu nabi Ishaq diperintahkan agar di sembelih ketika dia masih kecil. Dan nabi Ismail di sini digambarkan sebagai orang yang sabar, maka dia lebih pantas untuk kedudukan ini.
Firman Allah SWT: (Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim)
yaitu telah dewasa dan bisa pergi dan berjalan bersama ayahnya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan lainnya tentang firmanNya: (Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim) yaitu, telah tumbuh dewasa, dapat bepergian dan mampu bekerja dan berusaha sebagaimana yang dilakukan ayahnya (Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!")
Ubaid bin Umair berkata bahwa mimpi para nabi adalah wahyu, kemudian dia membaca firmanNya (Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!")
Dan sesungguhnya nabi Ibrahim memberitahukan hal itu kepada putranya agar putranya tidak terkejut dengan itu, dan untuk menguji kesabaran, keteguhan, dan keyakinannya sejak kecil terhadap ketaatannya kepada Allah SWT dan kepada orang tuanya.
(Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”) yaitu, tunaikanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu untuk menyembelihku (insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”) yaitu aku akan bersabar dan rela menerimanya demi apa yang ada di sisi Allah SWT. Dan memang benarlah dia menepati apa yang dia janjikan. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman: (Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan dia adalah seorang rasul dan nabi (54) Dan ia menyuruh ahlinya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya (55)) (Surah Maryam) Allah SWT berfirman: (Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya) (103)) yaitu setelah keduanya mengungkapkan kesaksian dan menyebut nama Allah, yaitu nabi Ibrahim ketika menyembelih, dan anaknya ketika menyaksikan kematian. Dikatakan bahwa aslama adalah berserah diri dan patuh. Nabi Ibrahim mengerjakan perintah Allah SWT dan dan nabi Ismail sebagai rasa taat kepada Allah dan berbakti kepada ayahnya. Pendapat ini dikatakan Mujahid, Qatadah, As-Suddi dan lainnya. Makna (tallahu lil jabin) adalah merebahkannya dengan wajah yang tengkurap untuk menyembelihnya dari tengkuknya dan agar dia tidak melihat wajahnya saat menyembelihnya, agar hal ini lebih ringanbaginya.
Mujahid, Sa'id bin Jubair, Adh-Dhahhak, dan Qatadah berkata tentang firmanNya: (dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya)) yaitu menengkurapkan wajahnya.
Firman Allah SWT: (Dan Kami panggillah dia, "Hai Ibrahim (104) sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu!") yaitu sungguh kamu telah mengerjakan apa yang telah kamu lihat dalam mimpimu itu dengan membaringkan putramu untuk disembelih.
Firman Allah SWT: (sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik) yaitu demikianlah Kami memalingkan hal-hal yang tidak disukai dan menyengsarakan dari orang-orang yang taat kepada Kami, dan Kami menjadikan bagi mereka dalam urusan mereka jalan keluar dan kemudahan, sebagaimana firmanNya: (Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (2) dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (3)) (Surah Ath-Thalaq)
Dan sesungguhnya tujuan utama dari perintah ini awalnya hanyalah untuk menguji keteguhan dan kesabaran nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (106)) yaitu, ujian yang jelas dan gamblang yaitu perintah untuk menyembelih anaknya. Maka nabi Ibrahim bersegera mengerjakannya dengan penuh rasa berserah diri dan tunduk kepada Allah. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji (37)) (Surah An-Najm)
Firman Allah SWT: (Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (107))
Pendapat yang shahih yang diikuti oleh mayoritas adalah tebusan berupa seekor kambing.
Firman Allah SWT: (Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang saleh (112)) Setelah menyebutkan berita gembira tentang kelahiran anak yang disembelih yaitu nabi Ismail, lalu Dia menghubungkannya dengan berita gembira tentang saudaranya, yaitu nabi Ishaq. Demikian juga disebutkan dalam surah Hud dan surah Al-Hijr.
Firman Allah SWT, (Nabiyyan) sebagai haal yang tidak disebutkan. Bentuknya adalah kelak dia akan menjadi seorang nabi yang shalih.
Diriwayatkan dari Qatadah tentang firmanNya: (Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh (112) dia berkata,”Ini setelah dia dengan bersungguh-sunggu menyerahkan dirinya untuk Allah SWT. Allah SWT berfirman: (Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq)
Firman Allah (Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata (113)) sebagaimana firmanNya: (Difirmankan, "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami” (Surah Hud: 48)
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat As-Saffat ayat 102: Maka ketika Ismail tumbuh remaja, Ibrahim bermimpi : Wahai anakku, aku bermimpi untuk menyembelihmu, apa pendapatmu ? Maka berkata Ismail :Wahai bapakku lakukanlah apa yang Allah perintahkan jangan ragu, maka engkau akan mendapatiku menjadi orang yang sabar (Insya Allah).
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Dan mimpi para nabi adalah hak (benar) dan merupakan wahyu.
Beliau bermusyawarah dengan anaknya agar anaknya dapat menerima dan tunduk kepada perintah itu.
Dengan sikap sabar dan mengharap pahala dari Allah, mencari keridhaan-Nya dan berbakti kepada kedua orang tuanya.
Nabi Ismail memberitahukan bapaknya bahwa ia siap bersabar, dan ia sertakan kalimat insya Allah, karena sesuatu tidaklah terjadi tanpa kehendak Allah ‘Azza wa Jalla.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat As-Saffat Ayat 102
102. Maka ketika anak itu sampai pada usia sanggup berusaha bersamanya, nabi ibrahim berkata, 'wahai anakku! sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku dalam mimpiku itu diperintah oleh Allah untuk menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!' dengan penuh kepasrahan kepada Allah dan ketaatan pada ayahnya, dia menjawab, 'wahai ayahku! lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar dalam melaksanakan perintah-Nya. '103-106. Maka ketika keduanya telah berserah diri, patuh, dan bertawakal kepada Allah, dia pun membaringkan anaknya atas pelipis-Nya ke tanah agar tidak melihat wajah anaknya saat dia menyembelihnya. Nabi ibrahim berbuat demikian supaya keteguhan hatinya dalam melaksanakan perintah Allah tidak terganggu. Ketika pisaunya dia ayunkan, lalu kami panggil dia dari arah bukit, 'wahai ibrahim! sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu sebagai perintah Allah yang wajib engkau laksanakan. ' sungguh, demikianlah tugas yang membutuhkan kesabaran dan pengorbanan tinggi. Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dan ikhlas dalam beramal. Sesungguhnya perintah ini benar-benar suatu ujian yang nyata dari Allah untuk menguji keimanan dan ketaatan hamba terhadap perintah-Nya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian variasi penjabaran dari kalangan ahli tafsir terkait makna dan arti surat As-Saffat ayat 102 (arab-latin dan artinya), semoga berfaidah bagi kita semua. Dukung kemajuan kami dengan memberi tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.