Do’a Setelah Adzan
للهُمَّ رَبَّ هذِهِ الدَّعْوَةِ التَّآمَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَآئِمَةِ، آتِ مُحَمَّدَانِ الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَالشَّرَفَ وَالدَّرَجَةَ الْعَالِيَةَ الرَّفِيْعَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًامَحْمُوْدَانِ الَّذِىْ وَعَدْتَهُ اِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيْعَادَ
Arab-Latin:
“Allaahumma robba haadzihid da’watit taammah, washsholaatil qoo-imah, aati muhammadanil washiilata wal fadhiilah, wasysyarofa, wad darajatal, ‘aaliyatar rofii’ah, wab’atshu maqoomam mahmuudanil ladzii wa’adtah, innaka laa tukhliful mii’aadz.”
Terjemah Arti:
“Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna ini dan shalat yang didirikan. Berilah al-wasilah dan al-fadhilah kepada nabi Muhammad. Dan bangkitkanlah beliau di kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya.”
Penjelasan dan Catatan Tentang Do’a Setelah Adzan
Selayang Pandang
Doa merupakan salah satu ibadah terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan salah satu jalan untuk meraih banyak kebaikan dan keberkahan dari-Nya. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- telah mengajarkan kepada kita berbagai macam doa, memerintahkan kita untuk berdoa dalam berbagai macam kesempatan dan keadaan, serta menjelaskan kepada kita keutamaan dan pahala yang dapat kita raih dari berbagai doa tersebut. Dan kali ini kita akan membahas tentang doa agung yang telah Rasulullah ajarkan kepada kita, yaitu doa setelah mendengarkan lantunan adzan.
Makna Doa Setelah Adzan
- اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ (Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna ini)
Yakni panggilan adzan, karena adzan merupakan seruan menuju ibadah yang paling mulia dan untuk menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, panggilan ini disebut sebagai panggilan yang sempurna; bukan seperti panggilan-panggilan menuju hal-hal yang bersifat keduniaan yang mengandung keburukan dan kekurangan.
Doa ini memberi isyarat kepada orang yang membacanya bahwa panggilan adzan merupakan panggilan yang sempurna, sehingga selayaknya kita senantiasa memenuhi panggilan tersebut, dan meninggalkan segala panggilan hawa nafsu dan panggilan setan yang membisikkan kita untuk melanjutkan pekerjaan, bermain, istirahat, tidur, atau kegiatan-kegiatan lainnya; karena semua panggilan untuk mengabaikan panggilan adzan merupakan panggilan yang mengandung keburukan dan kekurangan.
- وَالصَّلاَةِ القَائِمَةِ (dan shalat yang didirikan)
Yakni shalat yang akan dikerjakan setelah panggilan adzan ini.
- آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ (Berilah kepada Nabi Muhammad al-wasilah)
Al-Wasilah yakni kedudukan tertinggi di surga yang hanya Allah istimewakan bagi satu hamba-Nya saja.
Rasulullah pernah ditanya tentang makna al-wasilah, dan beliau menjawab, “Itu adalah derajat tertinggi di surga yang tidak akan diraih melainkan oleh satu orang saja, dan aku berharap orang itu adalah aku.” (HR. At-Tirmidzi no. 3612).
- وَالفَضِيلَةَ (dan al-fadhilah)
Al-Fadhilah yakni keutamaan bagi Nabi Muhammad atas seluruh makhluk yang lain pada hari kiamat.
- وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ(Dan bangkitkanlah beliau di kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya)
Maksud dari kedudukan yang terpuji adalah hak yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad untuk memberi syafaat bagi hamba-hamba Allah yang Dia kehendaki.
Sanad Hadits
Doa ini berasal dari hadits shahih yang diriwayatkan oleh seorang sahabat bernama Jabir bin Abdullah dari Rasulullah. Hadits ini disebutkan oleh banyak ahli hadits dalam kitab mereka; di antaranya adalah Imam al-Bukhari no. 4719, Imam Abu Daud no. 529, Imam at-Tirmidzi no. 211, Imam Ibnu Majah no. 722, dan Imam an-Nasa’i no. 9791.
Sedangkan dalam riwayat al-Baihaqi dalam kitab as-Sunan al-Kubra no. 1933, pada akhir doa terdapat tambahan lafazh (اِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ). Dan nanti akan kita bahas hukum menyertakan lafadz tersebut ketika membaca doa ini.
Pembahasan Fiqih
- Lafazh Doa Setelah Adzan
Hukum membaca doa ini setelah mendengar lantunan adzan adalah sunnah sebagaimana tuntunan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-, dan beliau telah menyampaikan keutamaan membaca doa ini melalui sabdanya, “Barangsiapa yang mendengar adzan kemudian membaca doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِحَقِّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ، وَابْعَثْهُ الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ الَّذِي وَعَدْتَهُ
‘Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat (wajib) yang didirikan. Berilah al-wasilah (derajat di surga), dan al-fadhilah (keutamaan) kepada nabi Muhammad. Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati kedudukan terpuji yang Engkau janjikan.’ Maka wajib baginya untuk mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat.”
Adapun hukum membaca lafazh tambahan (اِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيْعَادَ) yang ada dalam riwayat al-Baihaqi; para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Sebagian mereka menganggap riwayat ini tidak shahih karena meyelisihi mayoritas perawi lain dari hadits ini yang tidak menyertakan lafahz tersebut. Sehingga mereka berpendapat bahwa mencukupkan diri dengan membaca doa ini tanpa menyertakan lafazh tersebut lebih baik dan lebih utama.
Namun sebagian ulama lainnya, seperti Abdul Aziz bin Baz dan Ibnu Utsaimin menganjurkan penyertaan lafadz ini dalam doa, karena mereka menganggap riwayat al-Baihaqi ini memiliki sanad yang shahih, dan lafadz tersebut juga merupakan lafadz doa orang-orang beriman sebagaimana disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 194:
رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَىٰ رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ ٱلْمِيعَادَ
“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (Lihat: Syarh Riyadhus Shalihin karangan Syeikh Ibnu Utsaimin 5/41; dan Fatawa Nur ‘ala ad-Darb karangan Syeikh Abdul Aziz bin Baz 6/376).
Dalam menyikapi perbedaan pendapat ini, hendaklah kita saling berlapang dada dan membuka hati, karena kedua pendapat tersebut memiliki landasan dalil masing-masing. Adapun lafazh-lafazh yang tidak memiliki landasan dalil maka tidak boleh diamalkan, karena doa menjawab adzan dan ibadah-ibadah lainnya merupakan perkara tauqifiyah (harus berlandaskan nash al-Qur’an dan al-Sunnah), tidak ada seorangpun yang boleh menambah atau menguranginya.
- Adab-Adab Ketika Mendengar Adzan
Ketika mendengar lantunan adzan, terdapat adab-adab yang harus kita perhatikan sebagaimana yang telah Rasulullah tunjukkan kepada kita. yaitu:
- Menjawab kalimat adzan sebagaimana ucapan mu’adzin, kecuali pada kalimat “Hayya ‘alasshalah” dan “Hayya ‘alalfalah”, pada dua kalimat ini kita disunnahkan untuk menjawab, “Laa haula walaa quwwata illaa billaah”. Barangsiapa yang mengamalkannya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga; hal ini berdasarkan hadits panjang yang disebutkan dalam Shahih Muslim no. 385.
- Ketika mu’adzin mengucapkan kalimat “Asyhadu allaa ilaaha illallaah”, kita disunnahkan untuk menjawab dengan kalimat:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Muhammad sebagai Rasulku, dan Islam sebagai agamaku.”
Barangsiapa yang mengamalkannya, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya; hal ini berdasarkan sabda Rasulullah:
مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ الْمُؤَذِّنَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ
“Barangsiapa yang mendengar mu’adzin mengucapkan ‘Asyhadu allaa ilaaha ilallah’, kemudian dia menjawabnya dengan ‘Asyhadu allaa ilaaha ilallah wahdahu laasyariikalahu, wa anna Muhammadan abduhu wa rasuuluhu, radhiitubillaahi rabban wabimuhammadin rasuulan wabil islaami diinan’, maka dosa-dosanya diampuni.” (HR. Muslim no. 386).
- Setelah adzan selesai, kita disunnahkan untuk membaca shalawat kepada Rasulullah; dan yang paling baik adalah dengan shalawat ibrahimiyah yang biasa kita baca pada akhir shalat, yang berbunyi:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
“Ya Allah, Berilah limpahkanlah shalawat (sanjungan) kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
Ya Allah, berilah berkah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
- Setelah bershalawat, kita disunnahkan untuk membaca doa setelah adzan yang sedang kita bahas ini.
- Kemudian kita disunnahkan untuk banyak berdoa dengan doa yang kita sukai, karena waktu di antara adzan dan iqamah adalah waktu yang mustajab, sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah:
لَا يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ
“Doa di antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak.” (Sunan Abu Daud no. 521 dan dishahihkan oleh Syeikh al-Albani).
Catatan Oleh
Ust. Daris Musthofa, alumnus STIBA Ar-Raayah – Sukabumi