Surat Asy-Syu’ara Ayat 227
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا وَٱنتَصَرُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا۟ ۗ وَسَيَعْلَمُ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ أَىَّ مُنقَلَبٍ يَنقَلِبُونَ
Arab-Latin: Illallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti wa żakarullāha kaṡīraw wantaṣarụ mim ba'di mā ẓulimụ, wa saya'lamullażīna ẓalamū ayya mungqalabiy yangqalibụn
Artinya: Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.
« Asy-Syu'ara 226 ✵ An-Naml 1 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Terkait Surat Asy-Syu’ara Ayat 227
Paragraf di atas merupakan Surat Asy-Syu’ara Ayat 227 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai pelajaran menarik dari ayat ini. Didapatkan pelbagai penafsiran dari beragam ahli ilmu berkaitan kandungan surat Asy-Syu’ara ayat 227, antara lain sebagaimana termaktub:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Allah mengecualikan dari para penyair itu para penyair yang mendapatkan hidayah dengan keimanan, dan beramal shalih, serta memperbanyak berdzikir (mengingat dan menyebut) Allah. mereka melantunkan syair tentang mentauhidkan Allah, pujian kepadaNya, Dzat Yang Mahatinggi namaNya, membela Rasulullah Muhammad, mengucapkan kata-kata dengan hikmah, nasihat dan adab-adab yang luhur, serta membela Islam. Mereka mengolok orang yang mengolokNya atau mengolok RasulNya, sebagai sanggahan terhadap para penyair dari orang-orang kafir. Dan orang-orang yang zhalim terhadap diri mereka dengan perbuatan syirik dan maksiat dan menzhalimi orang lain dengan melecehkan hak orang atau menganiaya mereka atau dengan tuduhan-tuduhan yang batil, akan mengetahui tempat kembali manakah dari tempat kembali yang buruk lagi membinasakan yang akan mereka tempati kelak? Sesungguhnya itu adalah tempat kembali yang buruk. Kami memohon kepada Allah keselamatan dan terbebas dari segala keburukan.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
227. Kecuali penyair-penyair yang beriman, beramal saleh, banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan dari musuh-musuh Allah sesudah mereka menderita kezaliman, semisal Hassān bin Ṡabit -raḍiyallāhu 'anhu-. Dan orang-orang zalim yang melakukan kesyirikan kepada Allah dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali, mereka pasti akan kembali ke tempat (padang mahsyar) yang agung, dan hisab yang sangat detail.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
227. إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ (kecuali orang-orang yang beriman)
Yakni orang-orang beriman dari para penyair itu.
وَعَمِلُوا۟ الصّٰلِحٰتِ(dan beramal saleh)
Mereka telah masuk dalam golongan orang-orang beriman dan mereka berbuat amal shalih.
وَذَكَرُوا۟ اللهَ كَثِيرًا(dan banyak menyebut Allah)
Dalam sya’ir-sya’ir mereka.
وَانتَصَرُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا۟ ۗ( dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman)
Seperti membalas ejekan orang yang mengejeknya, atau menolong orang yang berilmu dan mulia, sebagaimana yang dilakukan oleh para penyair Rasulullah, mereka membalas olokan orang yang mengolok Rasulullah, dan mereka melindunginya, membela kehormatannya, serta melawan penyair-penyair musyrik.
وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ أَىَّ مُنقَلَبٍ يَنقَلِبُونَ(Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali)
Yakni penyair-penyair yang berdusta itu dan orang-orang yang semisalnya akan mengetahui buruknya tempat kembali mereka saat bertemu dengan Allah.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
227. Kecuali penyair-penyair yang memiliki empat sifat yaitu beriman kepada Allah dan rasul, beramal saleh melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Senantiasa banyak menyebut Allah dalam puisi mereka, dan menolong agama mereka dari orang-orang zolim/musuh mereka atau orang-orang kafir. Seperti apa yang sudah dilakukan dua penyair pada zaman Nabi yaitu Hasan bin Tsabit dengan melawan orang musyrik dan mendukung Nabi dan seruan Islam. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. Munqalib adalah tempat kembali atau tempat tinggal, yanqalibun adalah kembali.
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Kecuali yang beriman, beramal shalih, banyak mengingat Allah, dan menang setelah terzalimi. Orang-orang yang zalim akan mengetahui tempat kembali mana} kembali {mereka akan dikembalikan} kembali kepadaNya setelah mati
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
227 setelah Allah menjelaskan kondisi para penyair dengan penjelasan yang telah Dia jelaskan itu, Dia mengecualikan orang yang beriman (dari para penyair itu) kepada Allah, kepada RasulNya dan beramal shalih, suka memperbanyak dzikir kepada Allah dan melawan musuh-musuhnya dari kaum musyrikin setelah menganiaya mereka. Sehingga syair mereka menjadi bagian dari amal shalih dan buah dari iman mereka, karena (syair-syair mereka) mengandung pujian terhadap orang-orang beriman dan perlawanan terhadap ahli syirik dan kafir, serta pembelaan terhadap agama Allah dan penjelasan terhadap ilmu-ilmu yang bermanfaat dan himbauan untuk berakhlak mulia, seraya berfirman,
“kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal shalih dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezhaliman. Dan orang-orang yang zhalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali,” yaitu ke tempat hisab yang mana tidaklah ia melewati suatu perbuatan (dosa) kecil dan besar melainkan pasti ia mengitungnya, dan tidaklah melewati suatu hak melainkan pasti memenuhinya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 221-227
Allah SWT berfirman seraya berbicara kepada orang-orang musyrik yang menduga bahwa apa yang disampaikan Rasulullah SAW bukanlah kebenaran, dengan dalih bahwa itu hanyalah buat-buatan beliau sendiri, atau dia diberi penglihatan oleh jin. Maka Allah membersihkan beliau dari ucapan dan tuduhan mereka, dan menegaskan bahwa sesungguhnya apa yang disampaikan olehnya itu dari sisi Allah. Dan bahwa itu adalah wahyuNya yang Dia turunkan kepada beliau melalui malaikat yang mulia, dipercaya dan mempunyai kedudukan agung. Dan bahwa Al-Qur'an itu sama sekali bukan dari setan, karena sesungguhnya setan tidak mempunyai keinginan seperti Al-Qur'an yang agung, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya membisikkan kedustaannya kepada orang-orang yang seperti mereka dan sependapat dengan mereka dari kalangan para dukun yang berdusta. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Apakah akan Aku beritakan kepada kalian) yaitu aku beritahukan kepada kalian (kepada siapa setan-setan itu turun? (221) Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa) yaitu, pendusta dalam ucapannya dan banyak (dosanya), yakni durhaka dalam semua perbuatannya. Orang-orang seperti mereka itulah yang selalu didatangi oleh setan, yaitu para dukun dan orang-orang yang serupa dengan mereka, dari kalangan orang yang berdusta dan durhaka. karena setan juga suka berdusta dan durhaka (mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu) yaitu setan-setan itu mencuri dengar dari berita langit, dan satu kalimat yang mereka dengar tentang ilmu ghaib, lalu mereka menambahinya dengan seratus kedustaan. Kemudian mereka menyampaikannya kepada pendukung-pendukung mereka dari kalangan manusia. Lalu para manusia itu menceritakannya kepada orang lain, dan banyak orang yang membenarkan apa yang mereka katakan karena kebenaran mereka dalam kalimat yang telah didengarkan dari langit itu dengan kenyataan yang terjadi..
Sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan hadits dari Urwah bin Az-Zubair. Dia berkata bahwa Aisyah pernah berkata bahwa ada segolongan orang bertanya kepada Nabi SAW tentang dukun, maka beliau SAW menjawab,"Sesungguhnya mereka itu tidak benar sama sekali" Mereka bertanya,"Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka menceritakan sesuatu yang sesuai dengan kejadiannya yang terjadi" Nabi SAW menjawab: “Itu berasal dari berita yang benar yang dicuri oleh jin, lalu dia membisikkan ke telinga kekasihnya bagaikan suara kokokan ayam jantan, dan dia mencampuradukkannya dengan seratus dusta lebih”
Firman Allah SWT: (Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat (224)) Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang kafir itu diikuti oleh manusia dan jin yang sesat. Demikian juga dikatakan Mujahid, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dan selain keduanya.
Firman Allah SWT: (Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah (225)) Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa mereka larut di setiap perbuatan yang tidak ada gunanya
Qatadah berkata bahwa yang dimaksud adalah penyair yang memuji suatu kaum dengan bathil dan mencaci kaum yang lain dengan bathil.
Firman Allah SWT: (dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya? (226))
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa kebanyakan ucapan mereka adalah dusta.
Apa yang dikatakan Ibnu Abbas ini memang suatu kenyataan, karena para penyair biasa membangga-banggakan ucapan dan perbuatan yang sama sekali tidak dilakukan oleh seorangpun dari mereka dan tidak pula diriwayatkan dari mereka, Mereka selalu mengatakan hal-hal yang tidak pernah mereka lakukan.
Makna yang dimaksud adalah bahwa Rasulallah SAW yang diturunkan Al-Qur'an kepada beliau bukanlah seorang dukun dan bukan pula seorang penyair, karena keadaan beliau bertentangan dengan keadaan mereka dari berbagai segi secara jelas. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya; Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan (69)), (Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia (40) dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya (41) Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya (42) Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam (43) (Surah Al-Haqqah) Demikian juga Allah berfirman di sini: (Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam (192) dia dibawa turun oleh Ruhul Amin (Jibril) (193) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan (194) dengan-bahasa Arab yang jelas (195)) (Surah Asy-Syu'ara') sampai firmanNya (Dan Al-Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan (210) Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al-Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa (211) Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur'an itu (212) (Surah Asy-Syu'ara') sampai firmanNya: (Apakah akan Aku beritakan kepada kalian kepada siapa setan-setan itu turun? (221) Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa (222) mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta (223) Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat (224) Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah? (225) dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya (226))
Firman Allah: (kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh)
Akan tetapi pengecualian ini termasuk ke dalam pengertian bahwa semua penyair Anshar dan lainnya, sehingga termasuk juga ke dalamnya para penyair yang serupa dengan mereka dari kalangan para penyair Jahiliah yang mencela Islam dan para penganutnya, kemudian bertaubat dan kembali kepada Allah serta meninggalkan kebiasaan buruknya itu dan beramal shalih serta banyak menyebut nama Allah untuk melawan semua perkataan buruk yang pernah dia ucapkan. Sesungguhnya amal kebaikan itu dapat menghapuskan keburukan.
Firman Allah SWT (dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman) Ibnu Abbas berkata, bahwa mereka menjawab syair orang-orang kafir yang menghina orang-orang mikmun. Demikian juga dikatakan Mujahid, Qatadah dan lainnya. Ini seperti yang disebutkan dalam hadits shahih bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Hassan: “Balaslah mereka atau seranglah syair mereka, dan Jibril akan membantumu”
Firman Allah SWT: (Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali) sebagaimana Allah SWT berfirman: ((yaitu) hari ketika permintaan maaf tidak berguna bagi orang-orang zhalim dan mereka mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk (52)) (Surah Ghafir)
Qatadah bin Di'amah berkata tentang firmanNya: (Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali) yaitu para penyair dan lainnya.
Diriwayatkan dari Shafwan bin Muhriz, bahwa dia ketika membaca ayat ini, dia menangis sehingga aku berkata bahwa tangisannya itu membuatnya sesak (Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali)
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Surat Asy-Syu’ara ayat 227: Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sifat para penyair, maka Allah mengecualikan dari yang disebutkan, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan beramal saleh, banyak mengingat Allah, dan mendapat kemenangan terhadap orang-orang musyrik dan orang-orang kafir, yang membela agama Allah, yang menerangkan ilmu-ilmu yang bermanfaat serta mendorong berakhlak mulia.
Sya’ir mereka tidak membuat mereka lalai dari mengingat Allah.
Yakni maka mereka tidak tercela. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang-terangan kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Terj. An Nisaa’: 148)
Baik dari kalangan penyair maupun selainnya.
Setelah mati mereka akan mendatangi mauqif (padang mahsyar) dan siap menghadapi hisab yang kemudian akan menerima pembalasan.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Asy-Syu’ara Ayat 227
227. Pada ayat ini diterangkan kriteria penyair yang dikecualikan dari penyair yang disebut di atas. Kecuali orang-orang yaitu penyair-penyair yang beriman dengan iman yang benar dan berbuat kebajikan yang sesuai dengan ketentuan syariah dan banyak mengingat Allah, baik siang maupun malam, dan mendapat kemenangan setelah terzalimi karena menja-wab puisi-puisi orang-orang kafir. Pada akhir surah ini Allah memberikan peringatan keras terhadap orang-orang kafir. Dan orang-orang yang zalim kelak yaitu pada hari kebangkitan, akan tahu ke tempat mana me-reka akan kembali. Mereka akan kembali ke neraka. 1. '' s'n. Inilah ayat-ayat Al-Qur'an, dan kitab yang jelas, bahwa kitab ini adalah firman Allah dan menjelaskan pesan-pesan Allah kepada manusia.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah sekumpulan penjelasan dari banyak mufassir berkaitan isi dan arti surat Asy-Syu’ara ayat 227 (arab-latin dan artinya), moga-moga berfaidah untuk ummat. Dukung usaha kami dengan memberi tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.