Surat Al-Furqan Ayat 76

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا

Arab-Latin: Khālidīna fīhā, ḥasunat mustaqarraw wa muqāmā

Artinya: Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.

« Al-Furqan 75Al-Furqan 77 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Tafsir Mendalam Mengenai Surat Al-Furqan Ayat 76

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Furqan Ayat 76 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan tafsir mendalam dari ayat ini. Terdokumentasikan sekumpulan penafsiran dari banyak ulama terhadap makna surat Al-Furqan ayat 76, misalnya sebagaimana berikut:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

75-76. Orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang telah dikemukakan dari kalangan hamba-hamba ar-Rahman itu, mereka akan dibalas dengan balasan tempat tinggal tertinggi di surga, dengan rahmat Allah dan dikarenakan kesabaran mereka untuk taat. Dan mereka akan disambut di surga dengan penghormatan dan ucapan salam dari malaikat dan (menjumpai) kehidupan yang baik dan keselamatan dari berbagai gangguan, mereka kekal abadi di dalamnya tanpa ada kematian. Itu adalah sebaik-baik tempat menetap yang mereka diami dan tempat tinggal yang mereka huni. Mereka tidak mengharapkan pindah dari sana.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

76. Mereka kekal tinggal di dalamnya. Sungguh Surga itu sebaik-baik tempat tinggal dan tempat kediaman yang mereka tempati.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

76. خٰلِدِينَ فِيهَا ۚ (mereka kekal di dalamnya)
Mereka tinggal di dalamnya tanpa pernah mati.

حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman)
Yakni tempat di surga itu adalah sebaik-baik tempat untuk ditinggali. Ini merupakan kebalikan dari firman-Nya ساءت مستقرا ومقاما “seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman”


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

76. Mereka kekal di dalamnya. Surga adalah sebaik-baik tempat tinggal. Sesungguhnya kenikmatan (di surga) itu kekal, tidak akan berkurang sepanjang waktu.


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Mereka kekal di dalamnya. Sebaik-baik tempat menetap dan kediaman


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

75-76 oleh karena cita-cita luhur dan keinginan-keinginan mereka tinggi (mulia), maka balasannya adalah dari jenis amal itu sendiri. Maka Allah membalas mereka dengan kedudukan-kedudukan tertinggi, seraya berfirman, ”mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi karena kesabaran mereka,” maksudnya, tingkatan-tingkatan yang tinggi dan tempat-tempat tinggal yang sangat unik yang penuh dengan segala hal yang disukai dan sedap dipandang mata. Hal itu disebabkan karena kesabaran mereka, maka mereka meraih apa yang semestinya mereka raih, sebagaimna Allah berfirman, “sedang malaikat-malaikat masuk ketempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan),’salam sejahtera atasmu karena kesabaranmu.’ Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (ar-ra’ad:23-24)
Oleh Karena itu, di sini Dia berfirman, ”dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,” dari tuhan mereka dan dari para malaikatNya yang mulia dan dari segala bagian mereka terhadap sebagian yang lain, dan mereka selamat dari segala yang dapat mencemarkan dan mengotori.
Walhasil, sesungguhnya Allah telah menyifati mereka dengan hikmat, tenang, merendahkan diri kepadaNya dan kepada hamba-hambaNya, beretika baik, santun, berakhlak mulia, membalas sikap buruk mereka dengan perbuatan baik, qiyamul lail (shalat malam), ikhlas dalam melakukan qiyamul lail, takut akan api neraka, memohon kepada tuhan mereka agar diselamatkan drainya, mengeluarkan yang wajib dan yang Sunnah dalam nafkah (pembelanjaan harta), serta sederhana dalam membelanjakannya. Dan kalau mereka telah menjadi orang-orang yang sederhana di dalam berinfak, di mana kebiasaan yang berlaku adalah mengabaikan atau berlebihan, maka kesederhanaan mereka dan keseimbangan mereka pada masalah-masalah yang lain tentu lebih utama; dan selamat dari dosa-dosa besar, bersikap ikhlas kepada Allah di dalam beribadah kepadaNya, menjaga diri dari darah (jiwa yang tak berdosa) dan dari kehormatan, dan segera bertaubat di saat terjadinya perbuatan dosa itu, dan mereka tidak menghadiri majelis-majelis kemungkaran, kefasikan yang bersifat perkataan ataupun perbuatan, mereka menjaga diri mereka dari perkataan sia-sia dan perbuatan hina, yang tidak ada kebaikannya padanya.
Semua itu mewasiatkan wibawa dan kemanusiaan mereka, kesempurnaan dan kesucian mereka dari segala perkataan dan perbuatan yang tak ternilai. Sesungguhnya mereka serius merespon ayat-ayat Allah dengan menerima dan memahami makna-maknanya, mengamalkannya dan bersungguh-sungguh di dalam menerapkan hukum-hukumnya, dan mereka selalu berdoa kepada Allah dengan doa yang paling sempurna di dalam doa yang sangat berguna bagi mereka dan berguna bagi kaum muslimin, karena keshalihan istri-istri mereka dan anak keturunan mereka.
Konsekuensi dari itu semua adalah mereka berupaya keras di dalam mendidik, mengajar, menasihati dan membimbing mereka. Sebab, siapa saja yang serius untuk memperoleh sesuatu, pada dia berdoa kepada Allah untuknya, dia pasti berusaha mendapatkan sebab kualitasnya dan mereka berdoa kepada Allah untuk mencapai derajat tinggi yang mungkin bisa mereka capai, yaitu derajat kepemimpinan dan kejujuran.
Sungguh demi Allah, betapa mulianya sifat-sifat tersebut, betapa tingginya cita-cita mereka, betapa agungnya harapan mereka dan betapa sucinya jiwa-jiwa itu, betapa bersihnya hati itu, betapa sucinya manusia-manusia pilihan itu, dan betapa bertakwanya para penghulu itu.
Sungguh itu adalah karunia, nikmat, dan rahmat Allah terhadap mereka yang menjadikan mereka mulia, dan kelembutanNya yang telah mengantar mereka kepada derajat tertinggi ini.
Sungguh termasuk karunia Allah terhadap hamba-hambaNYa adalah Dia menjelaskan sifat-sifat mereka, dan mengilustrasikan karakteristik mereka. Dia menjelaskan cita-cita luhur mereka dan menjelaskan pula pahala yang diperoleh agar mereka rindu (terpacu) untuk mengamalkan sifat-sifat tersebut, dan agar mereka mencurahkan segenap kemampuan untuk itu, dan agar mereka memohon kepada tuhan yang telah menganugerahkan semua itu kepada mereka dan yang telah memuliakan mereka, yaitu Tuhan yang karuniaNya ada pada setiap masa dan tempat, dan pada setiap saat (hendaklah dia memohon) agar Dia berkenan untuk menbimbing mereka sebagaimana telah membingbing mereka.
Ya Allah, segala puji hanya untukMu, kepadaMu-lah tempat mengadu, Engkau-lah tempat meminta, dan kepadaMulah tempat memohon keselamatan; tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolonganMu. Kami sama sekali tidak mampu memberikan manfaat atau mudarat kepada diri kami, kami tidak kuasa melakukan kebaikan sebesar biji sawi pun jika Engkau tidak memudahkannya bagi kami, karena sesungguhnya kami sangat lemah lagi rapuh dari segala sisi. Kami bersaksi bahwasannya Engkau, jika Engkau serahkan kami kepada diri kami (walau hanya) sekejap mata, maka berarti Engkau telah menyerahkan kami kepada kelemahan, kerapuhan dan kesalahan. Maka kami tidak yakin, ya Rabb kami kecuali dengan rahamatMu, yang dengannya Engkau menciptakan kami, memberi kami rizki, Engkau karuniakan kami kepada kami berbagai kenikmatan yang nampak dan yang tidak tampak, Engkau jauhkan drai kami berbagai bencana. Maka belas kasihilah kami dengan rahmat yang membuat kami tidak butuh kepada rahmat selainMu. Sesungguhnya tidak akan sia-sia orang yang memohon dan berharap kepadaMu.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 75-77
Setelah menyebutkan sifat-sifat hamba-hambaNya yang beriman dengan sifat-sifat yang indah, ucapan dan perbuatannya yang agung, lalu Allah SWT berfirman setelahnya: (Mereka itulah) yaitu orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut (orang yang dibalas) pada hari kiamat (dengan martabat yang tinggi)
yaitu, surga. (karena kesabaran mereka) yaitu mengerjakan perbuatan-perbuatan itu (dan mereka disambut dengan penghormatan) yaitu di surga (dan ucapan selamat di dalamnya) yaitu, mereka berebutan di dalamnya menyambut dengan mengucapkan penghormatan dan penghargaan. Mereka memperoleh penghormatan dan penghargaan. Keselamatan terlimpahkan kepada mereka semua dan para malaikat yang menyambut mereka. Sesungguhnya para malaikat masuk menemui mereka dari setiap pintu surga(Keselamatan atas kalian karena kesabaran kalian. Maka surga adalah sebaik-baik tempat tinggal di akhirat" (24)) (Surah Ar-Ra’d: 24) Firman Allah SWT: (mereka kekal di dalamnya) yaitu mereka tinggal sebagai tempat menetap, mereka tidak pergi, tidak pindah, tidak mati, dan tidak pergi darinya, serta tidak ingin pindah darinya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Adapun orang-orang yang berbahagia, maka (ia berada) di dalam surga. Mereka kekal di dalamnya selama masih ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain) sebagai karunia yang tidak putus-putusnya (108)) (Surah Hud).
Firman Allah SWT: (Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman) yaitu sebaik-baik pemandangan, sebaik-baik tempat istirahat, dan sebaik-baik tempat tinggal. Kemudian Allah SWT berfirman: (Katakanlah, "Tuhanku tidak mengindahkan kalian”) yaitu Allah tidak memperhatikan kalian jika kalian tidak menyembahNya. Karena sesungguhnya Allah tidak sekali-kali menciptakan makhluk, melainkan agar mereka menyembahNya, mengesakanNya, dan menyucikanNya di setiap pagi dan petang.
Mujahid dan Amr bin Syu'aib berkata tentang firmanNya: (Katakanlah,”Tuhanku tidak mengindahkan kalian) yaitu Tuhanku tidak mengazab kalian.
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (Katakanlah, "Tuhanku tidak mengindahkan kalian” kalau tidak karena ibadahmu) yaitu, seandainya tidak ada iman kalian. Allah SWT memberitahukan kepada orang-orang kafir bahwa Dia tidak memerlukan mereka, karenanya Dia tidak menciptakan mereka sebagai orang-orang mukmin. Seandainya Allah mempunyai keperluan, maka Dia menjadikan mereka suka kepada keimanan, sebagaimana Dia menjadikan orang-orang mukmin beriman.
Firman Allah SWT: (Padahal kalian sungguh telah mendustakanNya) wahai orang-orang kafir (Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpa kalian)) yaitu pendustaan kalian pasti kembali kepada kalian, yaitu Allah akan memastikan diri kalian tertimpa azab, kebinasaan, dan kehancuran di dunia dan akhirat, yang mana hal ini termasuk dalam perang Badar. Sebagaimana apa yang ditafsirkan Abdullah bin Mas'ud, Ubay bin Ka'b, Muhammad bin Ka'b Al-Qurazhi, Mujahid, Adh-Dhahhak, Qatadah, dan As-Suddi, dan lainnya.
Hasan Al-Bashri berkata tentang firmanNya: (Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpa kalian)) yaitu pada hari kiamat. Di antara keduanya tidak ada pertentangan. Hanya Allah yang lebih mengetahui


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Furqan Ayat 76

Di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. Di dalamnya penuh dengan segala kenikmatan lahir dan batin. Inilah penghargaan dari Allah kepada hamba yang taat kepada-Nya ketika hidup di dunia. 77. Pada akhir surah ini Allah menjelaskan tentang ke mahabesar dan mahakaya-Nya:katakanlah, wahai rasul, pada orang-orang musyrik itu, 'tuhanku tidak akan mengindahkan dan mempedulikan kamu, kalau tidak karena ibadahmu dan munajatmu kepada-Nya. Tetapi bagaimana kamu beribadah kepada-Nya, padahal sungguh, kamu telah mendustakan-Nya' mendustakan rasul-Nya dan adanya hari akhirat. Karena itu, kelak azab pasti menimpamu. '.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Itulah kumpulan penafsiran dari kalangan ulama terkait kandungan dan arti surat Al-Furqan ayat 76 (arab-latin dan artinya), semoga berfaidah untuk kita bersama. Sokong dakwah kami dengan mencantumkan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Artikel Tersering Dibaca

Nikmati ratusan topik yang tersering dibaca, seperti surat/ayat: As-Sajdah, Al-Baqarah 275, At-Taubah 128-129, Al-Hujurat, Al-Furqan 63, An-Nahl 125. Serta Ath-Thariq, Ar-Ra’d 28, Al-Baqarah 155, Al-Baqarah 1-5, Al-Waqi’ah 35-38, At-Tahrim 6.

  1. As-Sajdah
  2. Al-Baqarah 275
  3. At-Taubah 128-129
  4. Al-Hujurat
  5. Al-Furqan 63
  6. An-Nahl 125
  7. Ath-Thariq
  8. Ar-Ra’d 28
  9. Al-Baqarah 155
  10. Al-Baqarah 1-5
  11. Al-Waqi’ah 35-38
  12. At-Tahrim 6

Pencarian: latin al lahab, latin surah al lail, latin surat maryam, surat thaha ayat 25-28 latin dan artinya, surat al-mulk arab latin terjemahan arti bahasa indonesia

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: