Surat Al-Mu’minun Ayat 62
وَلَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۖ وَلَدَيْنَا كِتَٰبٌ يَنطِقُ بِٱلْحَقِّ ۚ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Arab-Latin: Wa lā nukallifu nafsan illā wus'ahā waladainā kitābuy yanṭiqu bil-ḥaqqi wa hum lā yuẓlamụn
Artinya: Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.
« Al-Mu'minun 61 ✵ Al-Mu'minun 63 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Hikmah Menarik Terkait Surat Al-Mu’minun Ayat 62
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Mu’minun Ayat 62 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada aneka ragam hikmah menarik dari ayat ini. Ada aneka ragam penjabaran dari kalangan ahli tafsir terkait makna surat Al-Mu’minun ayat 62, di antaranya sebagaimana berikut:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan Kami tidaklah membebani seseorang dari hamba-hamba Kecuali amal perbuatan yang mampu dia perbuat. Dan perbuatan-perbuatan mereka tertulis di sisi Kami di dalam buku catatan perhitungan amal-amal yang akan dibawa ke atas oleh malaikat. Buku itu akan berbicara dengan benar tentang mereka, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang dizhalimi.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
62. Dan Kami tidak membebani seseorang kecuali sesuai kadar kesanggupannya dalam beramal. Dan pada Kami memiliki suatu kitab yang memuat seluruh amalan orang yang beramal. Kitab tersebut menuturkan kebenaran yang tidak ada keraguan padanya. Dan mereka tidak dizalimi dengan dikurangi pahala kebaikan mereka ataupun ditambah dosa keburukan mereka.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
62. وَلَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۖ (Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya)
Maka barangsiapa yang tidak mampu melakukan gerakan sujud pada shalat maka boleh baginya dengan menggunakan isyarat; barangsiapa yang tidak mampu menjalankan puasa maka boleh baginya berbuka.
Ini merupakan dorongan untuk melakukan ketaatan yang dapat mengantarkan pada kemuliaan sebagaimana yang disebutkan oleh para pendahulu, dengan menjelaskan kemudahan agama Islam yang tidak keluar dari kemampuan manusia untuk menjalankannya.
وَلَدَيْنَا كِتٰبٌ(dan pada sisi Kami ada suatu kitab)
Yang mencatat segala amal perbuatan setiap orang dengan sebenar-benarnya.
يَنطِقُ بِالْحَقِّ ۚ( yang membicarakan kebenaran)
Yakni yang menunjukkan kebenaran sesuai dengan kenyataan, tanpa penambahan atau pengurangan.
وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ(dan mereka tidak dianiaya)
Dengan pengurangan pahala atau penambahan siksa.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
62. Kami tiada membebani seseorang untuk melakukan ketaatan melainkan menurut kesanggupannya tanpa mempersulit. Seperti diperbolehkan melaksakan shalat dengan duduk atau berbaring bagi yang sakit, atau juga diperbolehkan bagi musafir untuk berbuka pada bulan Ramadan. Pada sisi Kami ada suatu kitab yang mencatat amal semua makhluk, mereka sama sekali tidak terdholimi, juga tidak dikurangi pahala ataupun ditambah siksa kecuali apa yang menjadi haknya
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Kami tidak membebani seseorang kecuali menurut kesanggupannya} sesuai kemampuannya {dan pada Kami ada suatu catatan yang menuturkan dengan sebenarnya} yang menjelaskan dengan benar {dan mereka tidak dizalimi
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
62 sesudah menyebutkan semangat berlomba dan kecepatan mereka menuju kebaikan, mungkin ada orang berpraduga salah bahwa perkara yang dituntut pada mereka dan orang lain merupakan perkara yang diluar kemampuan atau sulit, maka Allah memberitahukan bahwa, “kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya,” maksudnya sesuai dengan kemampuan yang bisa dia perbuat, dengan tetap menyisakan kekuatannya, tidak menghabiskan seluruh kekuatannya sebagai (ceminan) rahmat dan hikmahNya untuk memudahkan jalan kepadaNya, dan supaya jalan lurus yang biasa ditempuh para peniti (tetap) ramai disetiap waktu.
“dan disisi kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran,” yaitu kitab yang pertazma yang memuat segala sesuatu, selaras dengan setiap fakta yang akan terjadi. Oleh karena itu, ia merupakan kebenaran. “dan mereka tidak dianiaya,” dengan mengurangi kebaikan mereka atau menambah hukuman dan pelanggaran mereka.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 62-67
Allah SWT memberitahukan tentang keadilan dalam syariatNya terhadap hamba-hambaNya di dunia, bahwa Dia sama sekali tidak pernah membebankan kepada seseorang melainkan sesuai kemampuannya. yaitu melainkan sesuai dengan apa yang kuat dia tanggung dan kerjakan. Dan bahwa pada hari kiamat Dia akan menghisab perbuatan mereka yang telah tercatat di dalam catatan amal mereka; tidak ada sesuatu pun dari amal mereka yang tidak tercatat atau hilang. Oleh karena itu Allah berfirman: (dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran) yaitu catatan amal (dan mereka tidak dianiaya) yaitu, tidak dirugikan sedikitpun dari kebaikannya. Adapun amal buruknya, maka Allah Maha pemaaf dan mengampuni bagi hamba-hambaNya yang beriman. Kemudian Allah berfirman seraya mengingkari orang-orang kafir dan orang-orang musyrik dari kalangan Quraisy: (Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan) yaitu dalam kelengahan dan kesesatan.(Dari (memahami kenyataan) ini) yaitu, Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW
Firman Allah: (dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya) yaitu telah tercatat atas mereka perbuatan-perbuatan buruk yang harus mereka kerjakan sebelum mereka mati, sebagai suatu kepastian agar mereka layak mendapat azab Allah
Pendapat yang serupa dengan itu diriwayatkan dari Muqatil bin Hayyan, As-Suddi, dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam. Ini adalah pendapat yang jelas, kuat, dan baik.
Firman Allah: (Hingga apabila Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta-merta mereka memekik minta tolong (64)) yaitu sehingga ketika datang kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka (yaitu otang-orang yang menikmati dunia) azab dan pembalasan Allah yang menimpa mereka (dengan serta-merta mereka memekik minta tolong) yaitu menjerit dan meminta tolong, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang-orang yang mendustakan, yang memiliki segala kenikmatan hidup, dan berilah mereka penangguhan sebentar (11) Sungguh, di sisi Kami ada belenggu-belenggu (yang berat) dan neraka yang menyala-nyala (12) dan (ada) makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih (13)) (Surah Al-Muzzammil) dan (Berapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat lari untuk melepaskan diri (3)) (Surah Shad)
Firman Allah: (Janganlah kalian memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kalian tiada akan mendapat pertolongan dari Kami (65)) yaitu, tidak ada seorang pun yang bisa melindungi kalian dari keburukan yang menimpa kalian, baik kalian menjerit meminta tolong maupun kalian diam, tidak ada jalan selamat dan tidak ada penolong. Perintah telah ditetapkan dan azab wajib dilaksanakan. Kemudian Allah menyebutkan dosa paling besar mereka, dan berfirman: (Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kalian selalu berpaling ke belakang (66)) yaitu apabila kalian diseru, kalian menolak, dan apabila diperintah, kalian membangkang. (Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar (12)) (Surah Ghafir)
Firman Allah: (dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kalian bercakap-cakap di malam hari (67)) tentang tafsirnya terdapat dua pendapat.
Salah satunya mengatakan, bahwa (mustakbirin) menjadi haal saat mereka berpaling ke belakang dari kbenaran dan menolaknya karena kesombongan mereka terhadapnya. Mereka menganggap rendah kebenaran dan orang-orang yang melakukannya.
Dikatakan bahwa maksud dari firmanNya: (dengan menyombongkan diri terhadapnya) yaitu menyombongkan diri di Baitullah dan yakin bahwa diri mereka adalah orang-orang yang mengurusnya, padahal tidak demikian. Seperti yang dikatakan Imam Nasa’i dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa sesungguhnya begadang itu dimakruhkan sejak ayat ini diturunkan, yaitu(dengan menyombongkan diri terhadapnya dan mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari (67)) yaitu mereka membanggakan diri di Baitullah seraya mengatakan,”Kami adalah yang mengurusnya sepanjang malam” Ibnu Abbas berkata”Mereka membangga-banggakan diri dan begadang di dalamnya, tidak memakmurkannya, dan mereka mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di dalamnya. Di sini Ibnu Abu Hatim menjelaskan tentang kesimpulan dari pendapat ini
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Surat Al-Mu’minun ayat 62: Setelah Allah menyebutkan kesegeraan mereka terhadap kebaikan, mungkin ada yang mengira bahwa apa yang diminta dari mereka dan dari selain mereka adalah perkara yang tidak disanggupi atau perkara berat, maka Allah menerangkan dalam ayat di atas, bahwa Dia tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.
Yakni sesuai kemampuannya dan tidak menghabiskan semua kekuatannya karena rahmat dan hikmah-Nya agar manusia semua dapat melakukannya. Contoh dalam hal ini adalah dalam masalah shalat, apabila seseorang tidak sanggup shalat sambil berdiri, maka ia boleh shalat sambil duduk, dan apabila sesorang tidak sanggup berpuasa, ia boleh berbuka.
Maksudnya, kitab tempat malaikat-malaikat menuliskan perbuatan-perbuatan seseorang, baik atau buruk, yang akan dibacakan pada hari kiamat (lihat surat Al-Jatsiyah ayat 29).
Oleh karena itu pahala kebaikan mereka tidak dikurangi dan keburukannya tidak ditambah.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Mu’minun Ayat 62
Para pendurhaka yang disebut pada ayat sebelumnya boleh jadi menganggap bahwa ajaran agama sangat memberatkan. Menyanggah anggapan ini Allah berfirman, 'dan kami tidak membebani seseorang dengan amalan-amalan ibadah melainkan menurut kesanggupannya, maka tidak sewajarnya bila seseorang merasa tidak mampu; dan pada kami ada suatu catatan yang menuturkan dengan sebenarnya apa saja yang dilakukan oleh manusia, dan mereka tidak dizalimi atau dirugikan dengan bertambahnya dosa atau berkurangnya pahala. Allah tidak akan pernah berbuat zalim kepada manusia, tetapi manusialah yang menzalimi diri sendiri (lihat juga: surah y'nus/10: 44). 63. Tetapi meski ajaran Allah demikian jelas dan mudah, orang-orang kafir itu tetap durhaka sehingga hati mereka itu dalam kesesatan terkait hakikat yang kami sampaikan ini, dan mereka mempunyai kebiasaan melakukan perbuatan-perbuatan lain yang buruk yang terus mereka ker-jakan. Mereka melampaui batas dalam melakukannya sehingga mereka pantas menerima siksa.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah aneka ragam penafsiran dari beragam ulama terhadap kandungan dan arti surat Al-Mu’minun ayat 62 (arab-latin dan artinya), semoga membawa manfaat untuk kita semua. Bantulah perjuangan kami dengan memberikan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.