Surat Thaha Ayat 87

قَالُوا۟ مَآ أَخْلَفْنَا مَوْعِدَكَ بِمَلْكِنَا وَلَٰكِنَّا حُمِّلْنَآ أَوْزَارًا مِّن زِينَةِ ٱلْقَوْمِ فَقَذَفْنَٰهَا فَكَذَٰلِكَ أَلْقَى ٱلسَّامِرِىُّ

Arab-Latin: Qālụ mā akhlafnā mau'idaka bimalkinā wa lākinnā ḥummilnā auzāram min zīnatil-qaumi fa qażafnāhā fa każālika alqas-sāmiriyy

Artinya: Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya",

« Thaha 86Thaha 88 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Tafsir Mendalam Tentang Surat Thaha Ayat 87

Paragraf di atas merupakan Surat Thaha Ayat 87 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai tafsir mendalam dari ayat ini. Diketemukan berbagai penjelasan dari beragam ahli tafsir terkait makna surat Thaha ayat 87, misalnya sebagaimana di bawah ini:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Mereka berkata, “Wahai Musa, kami tidak melanggar perjanjian denganmu atas kemauan sendiri. Akan tetapi, kami diperintah memikul beban-beban dari perhiasan kaum Fir’aun. Maka kami lemparkan barang-barang itu di dalam satu lubang yang di dalamnya terdapat api sesuai perintah Samiri.” Demikian juga Samiri melemparkan apa saja yang dia bawa, yaitu debu bekas pijakan telapak kaki kuda Jibril.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

87. Mereka mengemukakan alasan: “Tidaklah kami melanggar perjanjianmu dengan memilih kami, namun kami terpaksa melakukannya; kami menanggung dosa-dosa dari perhiasan-perhiasan kaum Fir’aun yang ada di Mesir karena kami meminjamnya dari mereka, maka kami melempar perhiasan-perhiasan itu agar terbebas dari dosa hingga Musa dapat menetapkan hukum pada perhiasan-perhiasan tersebut.” Begitu juga Samiri melemparnya untuk dapat menyesatkan mereka.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

87. Kaum Musa menjawab, "Kami tidaklah melanggar perjanjian denganmu -wahai Musa- karena kemauan kami sendiri, akan tetapi karena keterpaksaan. Kami telah membawa beban berat dari perhiasan kaum Fir'aun, kemudian kami melemparkannya ke dalam lobang agar kami tidak dibebani olehnya. Maka sebagaimana kami melemparnya ke dalam lobang, ternyata Samiri melempar ke dalamnya tanah dari bekas jejak kaki kuda Malaikat Jibril -'alaihissalām-.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

87. قَالُوا۟ مَآ أَخْلَفْنَا مَوْعِدَكَ (Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu)
Yang kami janjikan kepadamu.

بِمَلْكِنَا (dengan kemauan kami sendiri)
Namun kami terpaksa untuk menyalahi janji itu.

وَلٰكِنَّا حُمِّلْنَآ أَوْزَارًا مِّن زِينَةِ الْقَوْمِ (tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu)
Mereka meminjam perhiasan emas dari penduduk Mesir ketika mereka hendak pergi bersama Musa, mereka mengelabuhi penduduk Mesir bahwa mereka hendak berhias untuk hari raya mereka atau untuk walimah.
Perhiasan ini disebut sebagai (أوزارا) yang berarti dosa-dosa, karena perhiasan itu haram mereka ambil.

فَقَذَفْنٰهَا(maka kami telah melemparkannya)
Yakni kami melemparnya ke dalam api dengan harapan kami dapat terbebas dari dosanya; dan demikian pula Samiri melemparkannya.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

87. Mereka berkata kepada Musa: “Kami tidak melanggar janjimu sesuai keinginan kami, melainkan karena terpaksa. Sesungguhya kami masih menanggung dosa-dosa berupa perhiasan kaum Fir’aun di Mesir ketika istri-istri kami meminjamnya saat ingin keluar dari Mesir untuk digunakan pada saat hari raya atau acara penjamuan. Lalu kami lemparkan perhiasan itu ke dalam api sesuai perintah Samiry untuk menghapus dosanya. Seperti halnya kami melemparkan perhiasan itu, Samiry juga melemparkan perhiasan yang ada bersamanya ke dalam api, kemudian dia melemparkan segenggam tanah bekas pijakan seorang utusan, yaitu Jibril”


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Mereka berkata,“Kami tidak melanggar perjanjianmu atas kemauan kami} dengan pilihan dan kemampuan kami {Akan tetapi kami harus membawa beban berat} beban berat {berupa perhiasan kaum itu} perhiasan kaum Fir’aun {Lalu kami melemparkannya} Lalu kami melemparkan perhiasan itu ke dalam jurang {dan demikian pula Samiri melemparkannya} sebagaimana kami melemparnya di dalam jurang, Samiri juga melempar sesuatu yang ada bersamanya berupa tanah bekas kuda Jibril AS


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

87-88. Maknanya, mereka berkata kepada Musa, “Tidaklah kami berbuat sesuatu yang telah kami lakukan dengan kesengajaan dan kemauan sendiri. Akan tetapi, penyebab yang mendorong kami melakukannya ialah kami sudah berbuat dosa disebabkan perhiasan-perhiasan kaum itu yang berada pada kami. Mereka itu, menurut keterangan mereka telah meminjam perhiasan yang banyak dari seorang suku Qibthi. Mereka pergi bersamanya, membuangnya (ke dalam lubang api. Ed) dan mengumpulkannya (kembali) ketika Musa pergi untuk mempertanyakan kepadanya bila beliau sudah kembali.
Sementara itu, Samiri telah mengetahui peristiwa tenggelamnya (Fir’aun dan para pengikutnyaa) melalui jejak Rasul. Maka jiwanya memandang baik untuk mengambil satu genggam dari bekas jejak Rasul. Dan bila dia lemparkan pada suatu obyek, niscaya akan menjadi hidup, sebagai bahan fitnah dan ujian. Ia pun melemparkannya pada (patung anak sapi itu yang telah dia buat dalam bentuk patung) anak sapi. Anak sapi itu pun bergerak-gerak dan memiliki suara dan bunyi. Mereka berkata, “SEsungguhnya Musa sedang mencari Rabbnya, padahal Dia di sini. Tetapi Musa telah melupakannya.”


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 83-89
Setelah nabi Musa berjalan membawa Bani Israil setelah pembinasaan Fir'aun (Dan Kami selamatkan Bani Israil menyeberangi laut itu (bagian utara dari Laut Merah). Ketika mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka (Bani Israil) berkata, “Wahai Musa! Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” (Musa) menjawab, “Sungguh, kamu orang-orang yang bodoh” (138) Sesungguhnya mereka akan dihancurkan (oleh kepercayaan) yang dianutnya dan akan sia-sia apa yang telah mereka kerjakan (139)) (Surah Al-A'raf) Allah menjanjikan kepada nabi Musa selama tiga puluh hari, kemudian menambahkannya sepuluh hari lagi sehingga sempurna menjadi empat puluh hari, yaitu nabi Musa berpuasa malam dan siang hari. Lalu Allah SWT berfirman: (Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa? (83) Berkata Musa, "Itulah mereka sedang menyusul aku” (84)) yaitu mereka datang dan sedang beristirahat di dekat bukit Thur (dan aku bersegera kepadaMu, ya Tuhanku, agar Engkau rida (kepadaku)) yaitu agar Engkau bertambah ridha kepadaku (Allah berfirman, "Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri (85)) Allah SWT memberitahukan kepada nabinya Musa tentang kejadian yang menimpa Bani Israil setelah dia tinggal, bahwa mereka menyembah anak sapi yang dilakukan oleh Samiri untuk mereka.
Pada masa itu Allah SWT menuliskan lembaran-lembaran yang terkandung di kitab Taurat. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman), "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik” (145)) (Surah Al-A'raf) yaitu akibat orang-orang yang menyimpang dari ketaatan kepadaKu dan menentang perintahKu.
Firman Allah: (Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati) yaitu sesudah Allah memberitahukan kepadanya hal itu, dia murka dan marah terhadap mereka, dia berada pada keadaan dimana dia mementingkan perkara mereka, dan dia menerima kitab Taurat yang mengandung syariat untuk mereka, kemuliaan mereka. Tetapi mereka adalah kaum yang menyembah selain Allah. hal itu bukanlah sesuatu yang dilakukan orang yang berakal sehat, dan sudah jelas kebathilan dan hal itu menunjukkan kedangkalan dan kekurangan akal dan hati mereka. Oleh karena itu dikatakan, dia kembali kepada mereka dalam keadaan murka dan kecewa. Dan “Al-Asifu” adalah kemurkaan yang sangat dahsyat.
Mujahid berkata tentang firmanNya: (dalam keadaan marah dan bersedih hati) yaitu sangat kesal,
Qatadah dan As-Suddi berkata tentang firmanNya (dan bersedih hati) yaitu bersedih atas perbuatan kaumnya sepeninggal dia (Berkata Musa, "Hai kaumku, bukankah Tuhan kalian telah menjanjikan kepada kalian suatu janji yang baik?”) yaitu bukankah Dia menjanjikan kepada kalian melalui lisanku setiap kebaikan dunia dan akhirat, dan akibat yang baik, sebagaimana kalian menyaksikan pertolonganNya kepada kalian atas musuh kalian sehingga memenangkan kalian atasnya, dan dukungan-dukungan Allah selain itu (Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagi kalian) yaitu masa tunggu kalian terhadap apa yang dijanjikan Allah untuk kalian dan kelupaan kalian terhadap nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada kalian dan masa itu belum lama (Atau kalian menghendaki agar kemurkaan dari Tuhan kalian menimpa kalian?) Huruf “Am” di sini bermakna “bal” yang menunjukkan makna mengabaikan kalimat pertama, lalu mengalihkan kepada kalimat kedua. Seakan-akan dikatakan,”Atau kalian menghendaki dengan perbuatan kalian ini agar Tuhan kalian menimpakan murka­Nya kepada kalian, karena kalian mengingkari janji kepadaku” Bani Israil menjawab apa yang diperingatkan nabi Musa kepada mereka (Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kamauan kami sendiri) yaitu dengan kehendak dan pilihan kami.
Kemudian Bani Israil menyampaikan alasannya yang munafik. Mereka membertahukan tentang keberlepasan mereka dari apa yang ada di tangan mereka berupa perhiasan orang Qibti dari hasil pinjaman saat mereka keluar dari Mesir, ("Kami melemparkan perhiasan itu semuanya") yaitu kami melemparkannya (dan demikian pula Samiri melemparkannya (87) kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara (88)) As-Suddi berkata bahwa itu bersuara dan berjalan. (Lalu mereka berkata) orang-orang yang sesat dari kalangan mereka yang teperdaya oleh patung anak sapi itu sehingga mereka menyembahnya (Inilah Tuhan kalian dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya (telah lupa) lupa untuk menyebutkan kepada kalian bahwa ini adalah tuhan kalian.
Lalu Allah SWT berfirman seraya menjawab mereka seraya mengecam dan menjelaskan aib dan kepicikan akal mereka dalam hal yang mereka ikuti: (Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan? (89)) yaitu anak sapi itu, apakah mereka tidak melihat bahwa hal itu tidak menjawab mereka ketika mereka bertanya, dan mereka tidak dapat berbicara dengannya (dan tidak kuasa menolak mudarat mau-pun mendatangkan manfaat kepada mereka?) yaitu di dunia dan akhirat mereka.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Surat Thaha ayat 87: Yang pernah mereka pinjam dari kaum Fir’aun (orang-orang Qibth). Saat mereka keluar dari Mesir, perhiasan itu ada pada mereka, lalu mereka taruh. Kemudian mereka mengumpulkan kembali ketika Musa pergi untuk meminta pendapat Beliau tentang perhiasan tersebut setelah pulang bermunajat.

Dengan perintah Samiri.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Thaha Ayat 87

Dengan penuh penyesalan mereka berkata, 'wahai nabi musa, kami memang bersalah, namun kami tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami harus membawa beban berat ketika meninggalkan mesir yang terdiri dari perhiasan kaum itu, yaitu orang-orang mesir, kemudian kami melemparkannya ke dalam api, dan demikian pula samiri melemparkannya ke api itu. '88. Kemudian dia, yaitu samiri, mengeluarkan dan menciptakan patung anak sapi yang bertubuh dan bersuara dari perhiasan itu untuk mereka, maka mereka berkata sambil menunjuk ke arah patung anak sapi itu, 'inilah tuhanmu dan tuhan musa, tetapi dia pergi dan telah lupa bila tuhannya ada di sini. '.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikian berbagai penjabaran dari kalangan mufassirun mengenai isi dan arti surat Thaha ayat 87 (arab-latin dan artinya), moga-moga menambah kebaikan untuk kita bersama. Sokonglah syi'ar kami dengan mencantumkan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Bacaan Cukup Sering Dicari

Nikmati berbagai konten yang cukup sering dicari, seperti surat/ayat: Yasin 82, Al-Buruj, Fatir 37, Ar-Rahman 13, Al-Baqarah 177, Al-Qashash 77. Juga An-Nisa 36, Innallaha Ma’ash Shabiriin, Ibrahim 7, Ayat 15 (Lima Belas), Ar-Rum 21, Al-Isra.

  1. Yasin 82
  2. Al-Buruj
  3. Fatir 37
  4. Ar-Rahman 13
  5. Al-Baqarah 177
  6. Al-Qashash 77
  7. An-Nisa 36
  8. Innallaha Ma’ash Shabiriin
  9. Ibrahim 7
  10. Ayat 15 (Lima Belas)
  11. Ar-Rum 21
  12. Al-Isra

Pencarian: tulisan latin alhamdulillah, al furqan ayat 32, surat at tin arab dan artinya, lam yusrifu artinya, surah al fatih

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.