Ayat Tentang Persahabatan
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَٰعَةٌ ۗ وَٱلْكَٰفِرُونَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
Arab-Latin: yā ayyuhallażīna āmanū anfiqụ mimmā razaqnākum ming qabli ay ya`tiya yaumul lā bai'un fīhi wa lā khullatuw wa lā syafā'ah, wal-kāfirụna humuẓ-ẓālimụn
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.
قُل لِّعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خِلَٰلٌ
Arab-Latin: qul li'ibādiyallażīna āmanụ yuqīmuṣ-ṣalāta wa yunfiqụ mimmā razaqnāhum sirraw wa 'alāniyatam ming qabli ay ya`tiya yaumul lā bai'un fīhi wa lā khilāl
Artinya: Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Tentang Ayat Tentang Persahabatan
Terdokumentasi kumpulan penjelasan dari berbagai ulama tafsir terhadap kandungan ayat tentang persahabatan, antara lain seperti tertera:
Katakanlah wahai rasul, kepada hamba-hambaKu yang beriman, agar mereka menjalankan shalat dengan aturan-aturannya dan mengeluarkan sebagian yang Kami berikan kepada mereka dalam pos-pos kebajikan yang wajib maupun yang Sunnah, baik dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, sebelum hari kiamat datang pada hari itu tidak akan bermanfaat tebusan maupun hubungan pertemanan. (Tafsir al-Muyassar)
Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang Mukmin, “Wahai orang-orang Mukmin, dirikanlah salat dengan sebaik-baiknya, infakkanlah sebagian dari apa yang telah Allah rezekikan kepada kalian, baik infak wajib maupun infak sunnah, dengan cara sembunyi-sembunyi untuk menghindari ria atau terbuka agar diikuti oleh orang lain sebelum datang satu hari di mana jual beli dan tebusan tidak berguna lagi di depan azab Allah, tidak pula hubungan pertemanan sehingga seorang teman bisa membantu temannya.” (Tafsir al-Mukhtashar)
Wahai Nabi, katakanlah kepada mereka, yaitu hamba-hambaKu yang beriman kepada Allah dan hari akhir: “Dirikanlah shalat fardhu dengan sempurna, bersedekah dan berzakatlah kalian di saat rahasia dan terang-terangan sebelum datangnya hari kiamat yang sudah tidak ada harapan dan persahabatan yang bermanfaat di dalamnya.” (Tafsir al-Wajiz)
وَيُنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً (menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan) Yakni dengan merahasiakannya atau menampakkannya. Terdapat pendapat mengatakan bahwa secara sembunyi-sembunyi pada sedekah sunnah, dan secara terang-terangan pada zakat wajib. مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خِلٰلٌ (sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan) Yakni di hari kiamat tidak ada jual beli sehingga orang yang lalai dalam beramal dapat menebus dirinya dengan membayar tebusan, dan tidak ada persahabatan sehingga seorang sahabat dapat memberi syafaat bagi sahabatnya untuk menyelamatkannya dari azab. (Zubdatut Tafsir)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ عَدُوِّى وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَآءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِم بِٱلْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا۟ بِمَا جَآءَكُم مِّنَ ٱلْحَقِّ يُخْرِجُونَ ٱلرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ ۙ أَن تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ رَبِّكُمْ إِن كُنتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَٰدًا فِى سَبِيلِى وَٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِى ۚ تُسِرُّونَ إِلَيْهِم بِٱلْمَوَدَّةِ وَأَنَا۠ أَعْلَمُ بِمَآ أَخْفَيْتُمْ وَمَآ أَعْلَنتُمْ ۚ وَمَن يَفْعَلْهُ مِنكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَآءَ ٱلسَّبِيلِ
Arab-Latin: yā ayyuhallażīna āmanụ lā tattakhiżụ 'aduwwī wa 'aduwwakum auliyā`a tulqụna ilaihim bil-mawaddati wa qad kafarụ bimā jā`akum minal-ḥaqq, yukhrijụnar-rasụla wa iyyākum an tu`minụ billāhi rabbikum, ing kuntum kharajtum jihādan fī sabīlī wabtigā`a marḍātī tusirrụna ilaihim bil-mawaddati wa ana a'lamu bimā akhfaitum wa mā a'lantum, wa may yaf'al-hu mingkum fa qad ḍalla sawā`as-sabīl
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.
Bila kalian (wahai orang-orang Mukmin) berhijrah dalam rangka berjihad di jalanNya, mencari ridhaKu kepada kalian, maka jangan memberikan loyalitas kepada musuh-musuhKu dan musuh-musuh kalian, yang kepada mereka kalian memberikan kasih sayang secara rahasia sedangkan Aku lebih mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan yang kalian perlihatkan. Barangsiapa melakukannya di antara kalian, maka dia telah keliru dari jalan yang haq dan kebenaran serta tersesat dari jalan yang lurus. (Tafsir al-Muyassar)
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengamalkan apa yang disyariatkan kepada mereka! Janganlah kalian menjadikan musuh-musuh-Ku dan musuh-musuh kalian sebagai teman setia yang kalian loyal kepada mereka dan mencintai mereka, sementara mereka telah kafir terhadap agama yang datang kepada kalian melalui tangan Rasul kalian. Mereka telah mengusir Rasul dari rumahnya dan mereka pun mengusir kalian dari rumah-rumah kalian di Makkah, tanpa memperdulikan kekerabatan maupun ikatan keluarga di antara kalian. Tidak lain karena kalian beriman kepada Allah, Rabb kalian. Janganlah kalian lakukan itu, jika kalian keluar untuk tujuan jihad di jalan-Ku dan untuk mencari keridaan-Ku. Kalian secara sembunyi-sembunyi menyebarkan berita tentang kaum muslimin kepada mereka karena cinta kepada mereka, sementara Aku mengetahui apa yang kalian sembunyikan dari hal itu dan apa yang kalian tampakkan, tidak ada sesuatu pun dari hal itu ataupun dari yang lain yang luput dari-Ku. Dan barangsiapa menjadikan orang-orang kafir sebagai teman setia dan saling berkasih sayang dengan mereka maka ia telah melenceng dari tengah jalan dan telah tersesat dari yang haq dan meleset dari kebenaran. (Tafsir al-Mukhtashar)
Kata al aduwwu menunjukkan makna tunggal dan jamak. Kalian justru menyampaikan kabar tentang Muhammad dan orang mukmin kepada mereka dengan rasa persahabatan kepada mereka. Kalian menyampaikan rahasia kaum mukmin atas dasar rasa saling mencintai antara kalian dan orang-orang kafir. Padahal mereka telah mengingkari kebenaran yang Aku turunklan kepada kalian. Yaitu agama Islam dan kitab suci Alquran. Mereka juga telah mengusir kalian dan rasul dari kota Makkah. Maka jika kalian memang benar-benar berniat untuk jihad di jalan-Ku dan hanya mencari keridhoan-Ku, maka jangan jadikan musuh-Ku sebagai sahabat dan penolong bagi kalian. Kalian telah menyampaikan rahasia orang mukmin kepada mereka atas dasar rasa cinta kepada orang kafir. Sesungguhnya Allah Maha Tahu atas semua yang kalian sembunyikan dalam hati ataupun yang kalian tampakkan. Ini adalah ungkapan untuk menakuti mereka, bahwa Allah Maha Tahu atas segala apapun. Barang siapa menjadikan orang kafir sebagai sahabat atau penolong, maka sungguh dia telah menyimpang dari jalan kebenaran yang lurus. Ayat ini turun untuk Hatib bin Abi Baltaah ketika dia menyampaikan rahasia / informasi tentang Nabi mengenai penyerangan/perang alfath tahun 8 Hijriah (Tafsir al-Wajiz)
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ عَدُوِّى وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَآءَ (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia) Ayat ini diturunkan untuk Hatib bin Abi Balta’ah ketika ia menulis surat kepada orang-orang musyrik Quraisy untuk mengabarkan kepada mereka perjalanan Rasulullah menuju Makkah; ini terjadi ketika perang penakhlukan kota Makkah pada tahun ke delapan Hijriyah. Ayat ini menunjukkan larangan untuk menjadi teman setia dengan orang-orang kafir dengan alasan apapun. تُلْقُونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ(yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang) Yakni kalian menyampaikan kabar-kabar tentang Rasulullah kepada orang-orang kafir karena kasih sayang yang ada di antara kalian dengan mereka. وَقَدْ كَفَرُوا۟ بِمَا جَآءَكُم مِّنَ الْحَقِّ(padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu) Yakni mereka kafir terhadap Allah, Rasulullah, dan al-Qur’an dan hidayah dari Allah yang beliau bawa kepada kalian. يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ ۙ( mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu) Yakni mereka telah mengeluarkan Rasulullah dan kalian dari kota Makkah akibat kekafiran mereka terhadap kebenaran yang beliau bawa kepada kalian, maka untuk apa kalian mengasihi mereka? أَن تُؤْمِنُوا۟ بِاللهِ رَبِّكُمْ(karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu) Yakni mereka mengusir kalian karena kalian beriman kepada Allah, atau karena benci terhadap keimanan kalian. إِن كُنتُمْ خَرَجْتُمْ جِهٰدًا فِى سَبِيلِى وَابْتِغَآءَ مَرْضَاتِى ۚ( Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku) Yakni jika kalian memang demikian maka janganlah kalian menjadikan musuh-Ku dan musuh kalian sebagai teman-teman setia. تُسِرُّونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ(Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang) Yakni kalian menyampaikan kabar-kabar berita kepada mereka karena kasih sayang kalian terhadap mereka. وَأَنَا۠ أَعْلَمُ بِمَآ أَخْفَيْتُمْ وَمَآ أَعْلَنتُمْ ۚ( Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan) Yakni Aku mengetahui setiap apa yang kalian lakukan berupa pengiriman kabar kepada mereka. وَمَن يَفْعَلْهُ مِنكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَآءَ السَّبِيلِ(Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus) Yakni salah dalam menempuh jalan menuju kebenaran dan tersesat dari jalan yang benar. (Zubdatut Tafsir)
وَيَوْمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى ٱتَّخَذْتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلً
Arab-Latin: wa yauma ya'aḍḍuẓ-ẓālimu 'alā yadaihi yaqụlu yā laitanittakhażtu ma'ar-rasụli sabīlā
Artinya: Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul".
Dan ingatlah -wahai Rasul- hari ketika orang yang zalim menggigit dua tangannya lantaran besarnya penyesalannya karena ia tidak mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seraya berkata, "Aduhai! Kiranya dulu aku mengikuti apa yang dibawa oleh Rasul dari sisi Rabbnya, dan aku mengambil jalan bersamanya menuju keselamatan." (Tafsir al-Mukhtashar)
يَٰوَيْلَتَىٰ لَيْتَنِى لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا
Arab-Latin: yā wailatā laitanī lam attakhiż fulānan khalīlā
Artinya: Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku).
Dan ingatlah (wahai Rasul) pada hari orang yang berbuat kezhaliman terhadap dirinya akan menggigit dua tangannya lantaran penyesalan dan kekecewaan, sembari berkata, “Celaka aku, seandainya aku dulu mau mendampingi Rasulullah Muhammad dan mengikutinya untuk menjadikan Islam sebagai jalan menuju surga.”. Dan ia merasakan penyesalan mendalam seraya berkata,”Sekiranya aku dulu tidak menjadikan orang kafir si Fulan itu sebagai teman dekat yang aku ikuti dan aku cintai. Sesungguhnya teman akrab itu telah menyimpangkan diriku dari al-Qur’an setelah datang kepadaku. Dan setan yang terlaknat itu adalah makhluk yang selalu tidak mau menolong manusia.” Dalam ayat-ayat ini terkandung satu peringatan dari menjalin persahabatan dengan teman yang buruk, karena sesungguhnya dia bisa menjadi penyebab teman dekatnya masuk neraka. (Tafsir al-Muyassar)
Dengan penuh penyesalan ia berkata seraya mendoakan kebinasaan untuk dirinya, "Duhai celaka besar diriku; kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan yang kafir itu sebagai teman akrabku. (Tafsir al-Mukhtashar)
Kecelakaanlah aku, hancurlah aku (dimaksudkan sebagai penyesalan karena mengikuti keburukan). Andai saja aku tidak menjadikan fulan sebagai sahabat dan teman. (Tafsir al-Wajiz)
يٰوَيْلَتَىٰ لَيْتَنِى لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku)) Mereka berdoa bagi diri mereka agar mendapatkan kebinasaan akibat berteman dengan orang kafir yang telah menyesatkannya di dunia. (Zubdatut Tafsir)
لَّقَدْ أَضَلَّنِى عَنِ ٱلذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَآءَنِى ۗ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِلْإِنسَٰنِ خَذُولًا
Arab-Latin: laqad aḍallanī 'aniż-żikri ba'da iż jā`anī, wa kānasy-syaiṭānu lil-insāni khażụlā
Artinya: Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.
Sesungguhnya teman akrabku yang kafir ini telah menyesatkanku dari Al-Qur`ān setelah ia sampai kepadaku lewat perantaraan Rasul.” Sesungguhna setan sangat menghinakan manusia, apabila manusia ditimpa kesengsaraan maka ia pun berlepas diri darinya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Sungguh sahabat ini menjauhkanku untuk beriman kepada Allah, dan mengingat Allah dan Al-Qur’an, setelah datangnya orang yang menunjukkanku kepada hal itu. Dan setan itu banyak membiarkan orang yang menaatinya dan menelantarkan setiap orang yang mengikutinya sampai menuju kehancuran. (Tafsir al-Wajiz)
لَّقَدْ أَضَلَّنِى عَنِ الذِّكْرِ بعْدَ إِذْ جَآءَنِى ۗ (Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku) Orang yang aku jadikan teman ini telah menyesatkan aku dari al-Qur’an ketika al-Qur’an itu datang kepadaku dan memungkinkanku untuk beriman. وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِلْإِنسٰنِ خَذُولًا(Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia) Ia menyebut temannya sebagai setan karena telah menyesatkannya; atau yang dimaksud dengan setan di sini adalah Iblis, sebab dialah yang menjerumuskannya untuk berteman dengan orang-orang yang menyesatkan. (Zubdatut Tafsir)
وَإِذَا سَمِعُوا۟ مَآ أُنزِلَ إِلَى ٱلرَّسُولِ تَرَىٰٓ أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ ٱلدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا۟ مِنَ ٱلْحَقِّ ۖ يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَٱكْتُبْنَا مَعَ ٱلشَّٰهِدِينَ
Arab-Latin: wa iżā sami'ụ mā unzila ilar-rasụli tarā a'yunahum tafīḍu minad-dam'i mimmā 'arafụ minal-ḥaqq, yaqụlụna rabbanā āmannā faktubnā ma'asy-syāhidīn
Artinya: Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s. a. w.).
Dan diantara hal yang menunjukan kedekatan persahabatan mereka dengan kaum muslimin adalah bahwa sesungguhnya segolongan dari mereka (Yaitu utusan orang-orang habsyah ketika menyimak al-qur’an), mata mereka bercucuran air mata, mereka meyakini bahwa sesunggunya itu adalah kebenaran yang diturunkan dari sisi Allah dan mereka beriman kepada Allah dan mengikuti RasulNya, serta tunduk memohon kepada Allah agar berkenan memuliakan mereka dengan kemuliaan bersaksi bersama umat Muhammad atas umat-umat terdahulu pada hari kamat. (Tafsir al-Muyassar)
Hati mereka itu (seperti An-Najāsyī dan para sahabatnya) sangat lembut, sehingga mereka mudah menangis ketika mereka mendengar ayat Al-Qur`ān yang diturunkan manakala mereka mengetahui bahwa Al-Qur`ān adalah benar. Karena mereka mengetahui ajaran agama yang dibawa oleh Isa -‘Alaihissalām-, Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami percaya kepada apa yang Engkau turunkan kepada rasul-Mu, Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, Maka catatlah kami -wahai Tuhan kami- bersama dengan umat Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang menjadi hujah bagi manusia kelak di hari Kiamat. (Tafsir al-Mukhtashar)
Dan tatkala mereka mendengar Al-Qur’an yang diturunkan Allah kepada rasulullah, mata mereka langsung meneteskan air mata, takut kepada Allah, akibat mendengar Al-Qur’an dan menyadari bahwa itu benar, dan Al-Qur’an itu termasuk sesuatu yang ditunjukkan oleh kitab mereka. Mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, kami beriman kepadaMu, Al-Qur’an yang Engkau turunkan ini kepada nabiMu, Muhammad, dan kepada nabi Muhammad ini. Maka catatlah kami bersama orang-orang yang selalu mendekatkan diri yang bersaksi atas ketuhananMu dan mempercayai bahwa nabiMu itu benar dan merupakan rasul yang diutus kepada umat manusia, dan bersama orang-orang mukmin yang bersaksi atas orang mukmin lainnya pada hari kiamat.” (Tafsir al-Wajiz)
تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ (mereka mencucurkan air mata) Yakni menitihkan air mata yang sangat deras saat mendengarkan al-qur’an dibacakan. مِمَّا عَرَفُوا۟ مِنَ الْحَقِّ ۖ( babkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui) Yakni karena mendengar al-qur’an dibacakan sebab mereka mengetahui bahwa apa yang mereka dengar merupakan kebenaran sesuai dengan apa yang ada dalam kitab mereka. يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا(seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman) Yakni kami beriman terhadap kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ini dan terhadap Nabi Muhammad itu sendiri. فَاكْتُبْنَا مَعَ الشّٰهِدِين (maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi) Yakni saksi atas manusia pada hari kiamat bahwa mereka temasuk dari umat Muhammad. Atau saksi atas kebenaran Nabi Muhammad yang diutus kepada umat manusia. (Zubdatut Tafsir)
وَلَا تَنكِحُوا۟ ٱلْمُشْرِكَٰتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ ۚ وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ ۗ وَلَا تُنكِحُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُوا۟ ۚ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ يَدْعُونَ إِلَى ٱلنَّارِ ۖ وَٱللَّهُ يَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱلْجَنَّةِ وَٱلْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِۦ ۖ وَيُبَيِّنُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Arab-Latin: wa lā tangkiḥul-musyrikāti ḥattā yu`minn, wa la`amatum mu`minatun khairum mim musyrikatiw walau a'jabatkum, wa lā tungkiḥul-musyrikīna ḥattā yu`minụ, wa la'abdum mu`minun khairum mim musyrikiw walau a'jabakum, ulā`ika yad'ụna ilan-nāri wallāhu yad'ū ilal-jannati wal-magfirati bi`iżnih, wa yubayyinu āyātihī lin-nāsi la'allahum yatażakkarụn
Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
Dan janganlah kalian (wahai kaum muslimin), menikahi wanita-wanita musyrik, wanita-wanita para penyembah berhala, sampai mereka mau masuk ke dalam Islam. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya wanita budak sahaya, yang tidak memiliki harta dan kedudukan tinggi, yang beriman kepada Allah, lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun (pesona) wanita musyrik yang merdeka itu mengundang decak kagum kalian. Dan janganlah kalian menikahkan wanita-wanita muslimah (baik merdeka ataupun hamba sahaya) dengan lelaki-lelaki musyrikin, sehingga mereka mau beriman kepada Allah dan rasul Nya. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya seorang budak lelaki beriman, meskipun dia miskin dia tetap lebih baik daripada lelaki musyrik, meskipun lelaki musyrik itu membuat kalian terkagum-kagum kepadanya. Orang-orang yang memiliki keyakinan syirik, lelaki maupun perempuan, menyeru orang yang mempergauli mereka kepada sesuatu yang menyeret kepada neraka, Sedangkan Allah subhanahu wata’ala menyeru hamba-hamba Nya kepada agama Nya yang Haq yang mendorong mereka masuk surga dan ampunan bagi dosa-dosa mereka, dan Dia menerangkan ayat-ayat dan hukum-hukum pada sekalian manusia, agar mereka mengingat dan dapat mengambil pelajaran. (Tafsir al-Muyassar)
Janganlah kalian -wahai orang-orang mukmin- menikah dengan wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman kepada Allah semata dan memeluk agama Islam. Sungguh, wanita budak belian yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya lebih baik (untuk dinikahi) daripada wanita merdeka yang menyembah berhala, walaupun kecantikan dan kekayaannya memikat hati kalian. Dan janganlah kalian menikahkan wanita-wanita muslimah dengan laki-laki musyrik. Sungguh, laki-laki budak belian yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya lebih baik (untuk dinikahkan) daripada laki-laki musyrik, walaupun dirinya memikat hati kalian. Orang-orang musyrik itu -baik laki-laki maupun wanita- akan mengajak kepada sesuatu yang menyebabkan masuk neraka dengan ucapan dan perbuatan mereka. Sedangkan Allah mengajak kepada amal-amal saleh yang menyebabkan masuk surga dan mendapatkan ampunan atas dosa-dosa dengan izin dan kemurahan-Nya. Dan Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran melalui petunjuk-petunjuk-Nya kemudian mengamalkannya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Dan janganlah kalian menikahi wanita-wanita musyrik penyembah berhala dan wanita-wanita kafir selain ahli kitab sampai mereka beriman kepada Allah dan rasulullah. Dan menikah dengan budak muslim itu lebih baik daripada wanita merdeka yang kafir, meskipun wanita kafir itu membuat kalian terkagum-kagum dengan kecantikan, harta, atau kehormatannya. Dan jangan sampai orang-orang musyrik laki-laki itu menikahi wanita-wanita mukmin sampai mereka mau beriman kepada Allah dan rasulullah. Menikahi hamba laki-laki mukmin itu lebih baik dari pada laki-laki merdeka musyrik meskipun dia membuat kalian terkagum dengan ketampanan, harta dan keturunannya. Orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan itu mengajak kalian melakukan perbuatan yang mengharuskan mereka masuk neraka. Menemani mereka itu memberikan bahaya terhadap agama. Dan Allah itu mengajak kalian untuk melakukan amal yang bisa memasukkan ke dalam surga, dan mendapatkan ampunan Tuhan dengan kehendak dan anugerahNya. Pernikahan antata orang mukmin laki-laki dan perempuan itu bisa mewujudkan hal itu. Allah menjelaskan perintah dan laranganNya kepada manusia supaya mereka mau mengambil pelajaran dan ibarah. Maqatil berkata: “Ayat ini turun untuk Ibnu Abi Martsad yang meminta ijin kepada Nabi SAW untuk menikahi seorang wanita sedangkan dia itu musyrik dan memiliki kecantikan. Lalu turunlah ayat ini” (Tafsir al-Wajiz)
وَلَا تَنكِحُوا۟ الْمُشْرِكٰتِ (Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik) Yakni para wanita penyembah berhala dan semisalnya seperti wanita-wanita kafir, kecuali para wanita Yahudi dan Nasrani yang boleh dinikahi oleh orang-orang muslim, sebagaimana dijelaskan pada surat al-Maidah ayat 5. وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ (Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik) Yakni seandainya kalian menikahi budak wanita itu lebih baik daripada menikahi wanita merdeka namun kafir. وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ ۗ , (walaupun dia menarik hatimu) Yakni wanita-wanita musyrik tersebut menarik hatimu karena mereka memiliki kecantikan, harta, dan kedudukan. وَلَا تُنكِحُوا۟ الْمُشْرِكِينَ (Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik) Yakni jangan kalian menikahkan mereka dengan wanita-wanita mukmin sampai mereka memeluk Islam. Dan umat ini telah sepakat atas dilarangnya seorang musyrik menjima’ wanita mukmin dengan cara apapun, baik itu dengan menikahinya atau lewat kepemilikan budak, karena dalam hal itu terdapat pelecehan terhadap Islam. أُو۟لٰٓئكَ Mereka) Isyarat kepada laki-laki dan perempuan musyrik. يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ ۖ (mengajak ke neraka) Dengan pergaulan, perkataan, dan perbuatan mereka yang menjerumuskan ke neraka. Sehingga perbesanan, pergaulan, dan persahabatan dengan mereka terdapat bahaya yang besar bagi yang menikahi mereka atau yang menikahkan dengan anak mereka, yang tidak dibolehkan bagi seorang muslim untuk berpaparan atau masuk ke dalam bahaya tersebut. وَاللَّـهُ يَدْعُوٓا۟ إِلَى الْجَنَّةِ (sedang Allah mengajak ke surga) Karena menikahkan mukmin shaleh dengan mukminah shalihah mengantarkan ke surga dengan pergaulan, perkataan, dan perbuatan mereka. (Zubdatut Tafsir)
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah kumpulan penjabaran dari beragam mufassirin mengenai kandungan dan arti ayat tentang persahabatan (arab, latin, artinya), moga-moga membawa manfaat bagi kita. Support usaha kami dengan memberikan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.