Ayat Tentang Musibah

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

Arab-Latin: mā aṣāba mim muṣībatin illā bi`iżnillāh, wa may yu`mim billāhi yahdi qalbah, wallāhu bikulli syai`in 'alīm

Artinya: Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

Arab-Latin: allażīna iżā aṣābat-hum muṣībah, qālū innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ụn

Artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Menarik Tentang Ayat Tentang Musibah

Tersedia beragam penjabaran dari banyak ulama tafsir terkait kandungan ayat tentang musibah, antara lain seperti berikut:

Dan diantara karakter sifat orang-orang yang sabar itu bahwa mereka sesungguhnya ketika ditimpa sesuatu yang tidak mereka sukai, mereka mengatakan “Sesungguhnya kami adalah hamba sahaya milik Allah, di bawah pengaturan perintah dan kendali Nya, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya kepada kami dan Sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya melalui kematian,kemudian kebangkitan untuk menghadapi perhitungan amal dan pembalasannya. (Tafsir al-Muyassar)

Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa salah satu musibah dari musibah-musibah tersebut mereka berkata dengan nada rida dan pasrah, “Sesungguhnya kami adalah milik Allah yang dapat memperlakukan kami menurut kehendak-Nya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepadanya kelak pada hari kiamat. Dia lah yang telah menciptakan kami dan menganugerahkan beragam nikmat kepada kami. Dia lah tempat kami kembali dan ujung dari urusan kami.” (Tafsir al-Mukhtashar)

Orang-orang yang bersabar adalah orang-orang ketika dihadapkan kepada musibah bisa membuat menderita, mereka akan berkata: “Sesungguhnya Kami milik Allah, dan hanya kepadaNyalah Kami akan kembali, atau Sesungguhnya Kami adalah hamba-hamba Allah dan akan kembali kepadaNya setelah mati” (Tafsir al-Wajiz)

مُّصِيبَةٌ (musibah) Yakni segala musibah yang menyebabkan kesedihan pada hati seseorang meskipun kecil. إِنَّا لِلَّـهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رٰجِعُونَ (kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali) Kalimat ini sebagai tempat pertolongan bagi orang-orang yang terkena musibah dan perlindungan bagi orang-orang yang mendapat cobaan karena didalamnya terkumpul makna pengakuan penghambaan kepada Allah dan pengakuan kepada hari kebangkitan dan dunia bukanlah akhir dari segalanya. (Zubdatut Tafsir)

فَكَيْفَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌۢ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَآءُوكَ يَحْلِفُونَ بِٱللَّهِ إِنْ أَرَدْنَآ إِلَّآ إِحْسَٰنًا وَتَوْفِيقًا

Arab-Latin: fa kaifa iżā aṣābat-hum muṣībatum bimā qaddamat aidīhim ṡumma jā`ụka yaḥlifụna billāhi in aradnā illā iḥsānaw wa taufīqā

Artinya: Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna".

Maka bagiamana keadaan orang-orang munafik itu apabila musibah menimpa mereka lantaran dosa-dosa yang mereka perbuat dengan tangan-tangan mereka. Kemudian mereka datang kepadamu (wahai rosul) memberi alasan dan menguatkan kepadamu bahwa sesungguhnya mereka tidak bermaksud dengan perbuatan-perbuatan mereka kecuali berbuat baik dan mendamaikan antara pihak-pihak yang bertikai. (Tafsir al-Muyassar)

Lalu bagaimanakah keadaan orang-orang munafik apabila ditimpa beraneka musibah akibat dosa-dosa mereka, kemudian mereka datang kepadamu -wahai Rasul- untuk meminta maaf seraya bersumpah, “Demi Allah, kami mencari keputusan hukum dari pihak lain selain dirimu semata-mata untuk berbuat baik dan mendamaikan pihak-pihak yang berseteru" Padahal mereka berdusta tentang hal itu. Karena berbuat baik yang sebenarnya dilakukan dengan berhukum kepada syariat yang Allah tetapkan bagi hamba-hamba-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Lalu bagaimanakah nasib mereka jika menerima hukuman Allah akibat dosa-dosa mereka atau ketika kemunafikan mereka terungkap akibat perbuatan maksiat mereka, di antaranya adalah meminta keputusan hukum kepada Thaghut, lalu mereka mendatangi kalian dengan bersumpah palsu: “Kami tidak ingin meminta keputusan kepada selainmu kecuali ingin mendapat keputusan yang baik, dan diterima oleh kedua belah pihak. Kami tidak akan menentang keputusanmu” (Tafsir al-Wajiz)

فَكَيْفَ إِذَآ أَصٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌۢ (Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah) Maka ketika itu mereka akan lemah dan tidak akan mampu menolak musibah itu. بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ (disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri) Yakni disebabkan kemaksiatan yang mereka perbuat yang diantaranya adalah berhukum kepada para thaghut. ثُمَّ جَآءُوكَ(kemudian mereka datang kepadamu) Yakni untuk meminta uzur atas perbuatan mereka. إِنْ أَرَدْنَآ إِلَّآ إِحْسٰنًا وَتَوْفِيقًا (: “Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”) Yakni kami tidak menginginkan dalam berhukum kepada selainmu itu kecuali kebaikan dan bukan keburukan, dan menginginkan perdamaian diantara pihak yang berselisih, dan bukan hendak menyelisihi kamu. (Zubdatut Tafsir)

أَوَلَمَّآ أَصَٰبَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّىٰ هَٰذَا ۖ قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنفُسِكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Arab-Latin: a wa lammā aṣābatkum muṣībatung qad aṣabtum miṡlaihā qultum annā hāżā, qul huwa min 'indi anfusikum, innallāha 'alā kulli syai`ing qadīr

Artinya: Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

ataukah ketika kalian (wahai kaum mukminin), ditimpa musibah, yaitu apa yang menimpa kalian berupa kekalahan di perang uhud,sungguh kalian tela menimpakan kekalahan dua kali lipat terhadap kaum musyrikin pada perang badar, kalian berkata dengan penuh keheranan, ”Bagaimana (kekalahan) ini bisa terjadi,padahal kami adalah kaum muslimin dan rasulullah bersama kami,sedangkan mereka adalah orang-orang musyrik?.” Katakanlah kepada mereka (wahai nabi), ”apa yang menimpa kalian itu datang dari diri kalian sendiri,disebabkan pelanggaran kalian terhadap perintah rasul kalian dan ketertarikan kalian untuk mengumpulkan harta rampasan.Sesungguhnya Allah melakukan apa yang DIA kehendaki dan menetapkan apa saja yang DIA inginkan.Tidak ada satupun yang sanggup menggagalkan ketetapanNYA. (Tafsir al-Muyassar)

Apabila kalian -wahai orang-orang mukmin- ditimpa musibah, ketika kalian mengalami kekalahan dalam perang Uhud dan sebagian dari kalian tebunuh dalam perang tersebut, sesungguhnya kalian telah mendapatkan dua kali lipat dari musuh kalian, dalam hal jumlah korban tewas dan tawanan perang dalam perang Badar. Lalu kalian berkata, “Dari mana datangnya musibah (kekalahan) ini, sedangkan kita adalah orang-orang beriman, dan Nabiyyullāh berada di tengah-tengah kita?” Katakanlah -wahai Nabi-, “Musibah (kekalahan) itu datang dari diri kamu sendiri. Yaitu tatkala kalian berselisih paham dan tidak patuh pada perintah Rasulullah. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia menolong siapa saja yang Dia kehendaki, dan dapat menelantarkan siapa saja yang Dia kehendaki. (Tafsir al-Mukhtashar)

165 Atau ketika kalian ditimpa musibah pada perang Uhud dengan terbunuhnya 70 orang darimu, padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu pada peperangan Badar. Kalian berkata: “Darimana datangnya kekalahan ini? Dan rasul juga bersama kami” Katakanlah kepada mereka wahai Nabi: “Itu bersumber dari kesalahan dirimu sendiri yaitu karena tidak taat dan membangkang perintah”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu ataupun segala keadaan. Ayat ini turun sebagai akibat dari orang-orang muslim atas perbuatan mereka pada perang Uhud, para pemanah meninggalkan pos mereka di atas gunung dan membangkang atas perintah pemimpin perang yaitu Nabi, (Tafsir al-Wajiz)

أَوَلَمَّآ أَصٰبَتْكُم مُّصِيبَةٌ (Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud)) Yakni kekalahan dan pembunuhan yang menimpa mereka di perang Uhud. قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا(padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu) Yakni pada perang Badar; pada saat perang Uhud kaum muslimin yang terbunuh sebanyak 70 orang, dan pada perang Badar kaum musyrikin yang terbunuh 70 orang dan yang disandera sebanyak 70 orang. أَنَّىٰ هٰذَا ۖ (“Darimana datangnya (kekalahan) ini?”) Yakni darimana datangnya kekalahan dan pembunuhan yang menimpa kita ini, padahal kita berperang di jalan Allah dan Rasulullah bersama kita, dan Allah telah menjanjikan kepada kita kemenangan atas orang-orang kafir. قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنفُسِكُمْ ۗ (Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”) Yakni karena pelanggaran yang dilakukan pasukan pemanah atas perintah Nabi agar tetap pada tempat yang telah ditentukan untuk mereka dan tidak meninggalkan tempat itu bagaimanapun keadaannya. (Zubdatut Tafsir)

وَإِنَّ مِنكُمْ لَمَن لَّيُبَطِّئَنَّ فَإِنْ أَصَٰبَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَالَ قَدْ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَىَّ إِذْ لَمْ أَكُن مَّعَهُمْ شَهِيدًا

Arab-Latin: wa inna mingkum lamal layubaṭṭi`ann, fa in aṣābatkum muṣībatung qāla qad an'amallāhu 'alayya iż lam akum ma'ahum syahīdā

Artinya: Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran). Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata: "Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut berperang bersama mereka.

Dan sesungguhnya diantara kalian ada sejumlah orang yang sengaja mengakhirkan diri untuk keluar menghadapi musuh-musuh karena merasa berat dan dia melemahkan semangat orang lain dengan kesengajaan dan terus menerus. Dan jika diantara kalian ditakdirkan ada yang tewas dan kalian mengalami kekalahan, dia berkata dengan meberi kabar gembira,”sesungguhnya Allah telah menjagaku, ketika aku tidak ikut terjun bersama orang-orang yang terjadi pada mereka peristiwa yang aku tidak suka terjadi pada diriku,” dan membuatnya senang dengan ketidak ikutsertaannya bersama kalin. (Tafsir al-Muyassar)

Dan di antara kalian -wahai kaum mukminin- ada sekelompok orang yang menunda-nunda berangkat ke medan perang untuk melawan musuh-musuh kalian karena ketakutan mereka yang luar biasa. serta mengajak orang lain juga untuk menunda-nunda pergi ke medan jihad, yaitu kalangan munafik dan orang-orang yang lemah iman. Lalu apabila kalian terbunuh atau mengalami kekalahan, maka salah satu dari mereka mengatakan -untuk mengungkapkan kegembiraannya karena selamat dari hal tersebut-, “Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepadaku sehingga aku tidak pergi ke medan perang bersama mereka dan tidak mengalami apa yang menimpa mereka”. (Tafsir al-Mukhtashar)

Sesungguhnya sebagian kalian, yaitu orang-orang munafik yang tidak mau berperang itu akan merasa berat hati dan terlambat untuk berjihad, serta akan menakut-nakuti orang lain untuk berjihad. Jika kalian mendapatkan musibah dalam peperangan, menerima kekalahan atau kehilangan harta, maka orang munafik yang menentang ini akan berkata: “Sungguh Allah telah memberikan nikmat kepadaku, yang mana aku tidak ikut berperang dengan mereka, sehingga aku akan mendapatkan hal yang sama seperti mereka.” (Tafsir al-Wajiz)

وَإِنَّ مِنكُمْ لَمَن لَّيُبَطِّئَنَّ (Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat) Yakni selalu mengakhirkan diri. Dan mereka adalah orang-orang munafik, yang tidak ikut pergi berperang dan mengajak orang lain agar tidak pergi. Dan maksud dari ayat ini bahwa diantara orang-orang kalian dan dari kelompok kalian terdapat orang yang mununjukkan keimanannya sebagai bentuk kemunafikan, ia mengajak orang-orang beriman untuk tidak ikut serta dalam perang dan menakut-nakuti mereka. فَإِنْ أَصٰبَتْكُم مُّصِيبَةٌ(Maka jika kamu ditimpa musibah) Berupa jatuhnya korban jiwa, kekalahan, atau kehilangan harta benda. قَالَ(ia berkata) Yakni orang munafik ini berkata قَدْ أَنْعَمَ اللهُ عَلَىَّ إِذْ لَمْ أَكُن مَّعَهُمْ (Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut berperang) Yakni sehingga aku tidak tertimpa apa yang menimpa mereka. شَهِيدًا (bersama mereka) Yakni ikut serta. (Zubdatut Tafsir)

وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ

Arab-Latin: wa mā aṣābakum mim muṣībatin fa bimā kasabat aidīkum wa ya'fụ 'ang kaṡīr

Artinya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Musibah apapun (wahai manusia) yang menimpa kalian pada agama dan dunia kalian adalah karena apa yang kalian lakukan berupa dosa-dosa, dan tuhan kalian memaafkan banyak keburukan, sehingga Dia tidak menghukum kalian karenanya. (Tafsir al-Muyassar)

Apa saja yang menimpa kalian -wahai manusia- baik musibah pada diri atau harta kalian, maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan maksiat dari tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan banyak dari kesalahan-kesalahan dan tidak menghukum kalian karenanya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Wahai manusia, apa yang menimpa kalian berupa petaka dan penderitaan itu disebabkan oleh kemaksiatan kalian. Dia memaafkan banyak dosa manusia, sehingga dia tidak dihukum. Apa yang diterima orang-orang yang tidak berdosa adalah Dia mengangkat derajat mereka (Tafsir al-Wajiz)

وَمَآ أَصٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ (Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri) Yakni musibah-musibah yang menimpa kalian apapun itu adalah balasan bagi kalian atas kemaksiatan yang telah kalian lakukan. وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ (dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)) Yakni memaafkan banyak kemaksiatan yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya, maka Allah tidak tercela disebabkan telah menurunkan musibah. (Zubdatut Tafsir)

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ

Arab-Latin: mā aṣāba mim muṣībatin fil-arḍi wa lā fī anfusikum illā fī kitābim ming qabli an nabra`ahā, inna żālika 'alallāhi yasīr

Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Tidakkah menimpa kalian (wahai manusia) berupa musibah di bumi dan musibah pada diri kalian berupa penyakit, kelaparan, dan rasa sakit, kecuali ia tertulis di Lauhul Mahfuz sebelum makhluk diciptakan. Sesungguhnya hal itu adalah mudah bagi Allah. (Tafsir al-Muyassar)

Tiada bencana yang menimpa manusia di bumi seperti kekeringan dan lainnya, dan tidak ada bencana yang menimpa pada diri mereka melainkan hal itu telah ditetapkan di dalam Lauḥul Maḥfuẓ sebelum Kami menciptakan makhluk, sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah. (Tafsir al-Mukhtashar)

Tidaklah yang menimpa kalian wahai manusia berupa musibah di bumi seperti kegersangan, kurangnya buah-buahan, wabah penyakit tanaman, mahalnya harga dan lainlain serta mushibah yang menimpa diri kalian seperti sakit, kefakiran dan kehilangan anak itu kecuali telah ditulis di Lauhil Mahfudz sebelum kami menciptakan apapun. Bagi Allah SWT, menetapkan hal itu dalam kitabNya merupakan perkara yang mudah dan gampang. (Tafsir al-Wajiz)

سَابِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ (Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu) Yakni saling bergegaslah beramal shalih yang dapat mengundang ampunan dari Tuhan kalian. Di antaranya adalah dengan bergegas menuju ke masjid agar dapat bertakbir bersama imam pada takbir yang pertama, dan juga berusaha mendapatkan shaf pertama dalam shalat, serta membaikkan segala amalan yang dikerjakan. وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ(dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi) Dan jika luasnya demikian maka bagaimana dengan panjangnya. أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِاللهِ وَرُسُلِهِۦ ۚ( yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya) Yakni tidak ada yang layak mendapatkannya kecuali orang yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. (Zubdatut Tafsir)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ

Arab-Latin: yā ayyuhallażīna āmanū in jā`akum fāsiqum binaba`in fa tabayyanū an tuṣībụ qaumam bijahālatin fa tuṣbiḥụ 'alā mā fa'altum nādimīn

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan RasulNya serta melaksanakan syariatNya, bila orang fasik datang kepada kalian dengan membawa sebuah berita, maka periksalah beritanya sebelum membenarkan dan menukilnya agar kalian mengetahui kebenarannya, dihawatirkan kalian bisa melakukan tindakan zhalim terhadap suatu kaum yang tidak bersalah, akibatnya kalian akan menyesalinya. (Tafsir al-Muyassar)

Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengerjakan apa yang disyariatkan, jika seorang yang fasik datang kepadamu dengan membawa kabar tentang suatu kaum maka periksalah kebenaran kabar berita tersebut dan janganlah tergesa-gesa membenarkannya, karena dikhawatirkan kalian akan menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa kalian ketahui yang sebenarnya apabila kalian membenarkan kabar itu tanpa menelitinya terlebih dahulu, sehingga setelah menimpakan musibah kepada mereka kalian menjadi menyesal ketika mengetahui kebohongan kabar itu. (Tafsir al-Mukhtashar)

Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian mendapatkan berita penting dari orang fasik yang telah menyimpang dari batas-batas agama maka jangan tergesa-gesa untuk percaya, namun carilah penjelasan sebenarnya dan pastikanlah kebenaran berita itu sebelum terpengaruh olehnya. Dikhawatirkan kalian yang merupakan kaum tidak bersalah ikut tertimpa keburukan dan hal-hal yang makruh sehingga kalian menyesal dan bersedih atas kesalahan yang kalian perbuat dan berharap hal itu tidak pernah terjadi. Ayat ini diturunkan untuk Walid bin ‘Uqbah bin Abi Mu’aith yang diutus Rasulallah SAW kepada Bani Mushthaliq sebagai orang kepercayaan (untuk mengambil zakat kambing). Saat mereka mendengar hal itu, mereka mendekatinya, lalu ‘Uqbah takut dengan mereka dan kembali. Dia berkata: “Sesungguhnya kaum itu ingin membunuhku dan mencegah sedekah mereka”, Lalu Rasulallah SAW ingin menyerang mereka, kemudian datanglah utusan mereka dan berkata: “Wahai Rasulallah, kami mendengar utusanmu, lalu kami mendekatinya untuk memuliakannya dan mau melaksanakan apa yang dia sampaikan, yaitu sedekah.” (Tafsir al-Wajiz)

إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ ( jika datang kepadamu orang fasik) Orang fasik adalah orang yang banyak berbuat dosa. Sebab mereka tidak mempedulikan lagi kebohongan yang mereka lakukan. بِنَبَإٍ (membawa suatu berita) Yakni berita yang mengandung mudharat bagi seseorang. فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهٰلَةٍ (maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya) Yakni pastikanlah kebenarannya. Dan termasuk dari memastikan adalah bersikap tenang tanpa tergesa-gesa, dan memperhatikan urusan yang terjadi dan berita yang ada, sehingga dapat jelas kebenarannya. فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ (sehingga atas perbuatanmu itu) Agar kalian tidak menimpakan mudharat kepada mereka yang tidak harus mereka dapatkan. نٰدِمِينَ(kamu menjadi menyesal) Atas apa yang kalian timpakan dengan salah. (Zubdatut Tafsir)

وَإِذَآ أَذَقْنَا ٱلنَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوا۟ بِهَا ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌۢ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ

Arab-Latin: wa iżā ażaqnan-nāsa raḥmatan fariḥụ bihā, wa in tuṣib-hum sayyi`atum bimā qaddamat aidīhim iżā hum yaqnaṭụn

Artinya: Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa.

Bila Kami melimpahkan kenikmatan kepada manusia dari Kami berupa kesehatan, keselamatan, dan kesenangan, mereka berbahagia karena itu dengan kebahagiaan yang mengandung keangkuhan dan kesombongan, bukan kebahagiaan yang mengandung syukur. Namun bila mereka ditimpa penyakit, kemiskinan, ketakutan, dan kesempitan hidup disebabkan oleh dosa-dosa dan kemaksiatan-kemaksiatan mereka, ternyata mereka berputus asa dari lenyapnya semua itu. Ini adalah tabiat kebanyakan manusia dalam keadaan senang dan susah. (Tafsir al-Muyassar)

Dan jika Kami memberikan suatu nikmat dari kenikmatan-kenikmatan Kami seperti nikmat kesehatan dan kekayaan, mereka bergembira karenanya dengan kegembiraan yang dipenuhi kesombongan dan takabur. Dan jika mereka mendapatkan musibah yang tidak mereka suka seperti penyakit dan kemiskinan karena kemaksiatan yang mereka lakukan dengan tangan-tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka merasa putus asa dari rahmat Allah dan pesimis akan perginya musibah yang tidak mereka sukai itu. (Tafsir al-Mukhtashar)

Ketika kami membuat manusia merasakan kenikmatan dari Kami seperti kesejahteraan dan kesehatan maka mereka akan bangga dan angkuh karena itu. Dan jika musibah dan penderitaan menimpa mereka akibat perbuatan buruk mereka, seketika mereka akan menyerah dari rahmat Tuhan (Tafsir al-Wajiz)

وَإِذَآ أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً (Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia) Yakni berupa kemudahan, kenikmatan, kelapangan, dan kesehatan. فَرِحُوا۟ بِهَا ۖ (niscaya mereka gembira dengan rahmat itu) Yakni kegembiraan yang dibarengi dengan keangkuhan, bukan kegembiraan yang menunjukkan rasa syukur atas rahmat itu. وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌۢ (Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah) Yakni kesulitan dalam bentuk apapun. بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ(disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri) Yakni akibat dosa-dosa mereka. إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ (tiba-tiba mereka itu berputus asa) Yakni berputus asa dari rahmat Allah. (Zubdatut Tafsir)

وَحَسِبُوٓا۟ أَلَّا تَكُونَ فِتْنَةٌ فَعَمُوا۟ وَصَمُّوا۟ ثُمَّ تَابَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ ثُمَّ عَمُوا۟ وَصَمُّوا۟ كَثِيرٌ مِّنْهُمْ ۚ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ

Arab-Latin: wa ḥasibū allā takụna fitnatun fa 'amụ wa ṣammụ ṡumma tāballāhu 'alaihim ṡumma 'amụ wa ṣammụ kaṡīrum min-hum, wallāhu baṣīrum bimā ya'malụn

Artinya: Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.

dan telah menyangka para pelaku maksiat dari kalangan yahudi itu bahwa sesungguhnya Allah tidak akan menimpakan siksaan pada mereka sebagai balasan kedurhakaan dan penentangan mereka. Dan mereka tetap berlalu dalam syahwat-syahwat, dan mereka telah buta terhadap hidayah, sehingga mereka tidak bisa melihatnya, dan mereka tuli untuk mendengar kebenaran, sehingga tidak dapat mengambil manfaat darinya. Maka Allah menurunkan siksaanNya pada mereka. Kemudian mereka bertaubat kepadaNYa, maka Allah menerima taubat mereka. Kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli setelah kebenaran jelas bagi mereka. Dan Allah Maha melihat perbuatan-perbuatan mereka, yang baik maupun buruk. Dan Dia akan memberikan balasan kepada mereka atas perbuatan tersebut. (Tafsir al-Muyassar)

Dan mereka mengira bahwa tindakan mereka melanggar perjanjian, mendustakan para rasul, dan membunuh para nabi tidak akan berakibat buruk terhadap mereka. Kemudian mereka menerima akibat yang tidak pernah mereka duga sebelumnya. Mereka buta terhadap kebenaran sehingga mereka tidak mengetahui jalan yang benar. Mereka tuli dari kebenaran sehingga mereka tidak bisa mendengar dan menerimanya. Kemudian berkat kemurahan-Nya Allah menerima tobat mereka. Tetapi setelah itu mereka buta kembali terhadap kebenaran dan telinga mereka tuli, tidak dapat mendengarkan kebenaran. Hal itu dialami oleh sebagian besar dari mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka perbuat. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengawasan-Nya. Dan Dia akan membalas perbuatan mereka dengan balasan yang setimpal. (Tafsir al-Mukhtashar)

Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa mereka tidak akan mendapatkan musibah, ujian, dan azab yang agung karena membunuh para nabi dan mendustakan rasul itu tidak akan mengakibatkan, berdasarkan anggapan bahwa mereka adalah putera-putera dan kekasih Allah. Jadi mereka tidak bisa melihat hidayah dan tidak bisa mendengar kebenaran dari nabi-nabi mereka. Lalu mereka menentang aturan-aturan Taurat dan membunuh Yesaya. Kemudian Allah menerima taubat mereka ketika mereka mau bertaubat. Lalu Allah mengangkat kekeringan yang menimpa mereka dan menyelamatkan mereka dari penindasan orang-orang Babilonia. Kemudian banyak dari mereka yang buta dan tuli setelah adanya penjelasan tentang kenabian Muhammad SAW, dan sebelum itu mereka membunuh Zakaria dan berusaha membunuh Isa. Dan Allah itu mengawasi amal perbuatan mereka dan akan membalas mereka di akhirat. Dan sedikit dari mereka yang selamat (Tafsir al-Wajiz)

وَحَسِبُوٓا۟ أَلَّا تَكُونَ فِتْنَةٌ (Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun) Yakni mereka menyangka bahwa mereka tidak akan ditimpa musibah dan ujian yang sulit untuk mengukur tingkat keteguhan mereka terhadap perjanjian yang telah disebutkan sebelumnya, hal ini karena mereka terlena dengan ucapan mereka “kami adalah anak-anak Allah dan para kekasihnya”. Akan tetapi Allah telah menurunkan musibah yang besar kepada mereka. فَعَمُوا۟ وَصَمُّوا۟ (maka (karena itu) mereka menjadi buta dan tuli) Yakni buta dalam melihat petunjuk, dan tuli dalam mendengarkan kebenaran. ثُمَّ تَابَ اللهُ عَلَيْهِمْ (kemudian Allah menerima taubat mereka) Yakni jika mereka memohon taubat, sehingga Allah mengangkat bencana dan musibah dari mereka. ثُمَّ عَمُوا۟ وَصَمُّوا۟ كَثِيرٌ مِّنْهُمْ ۚ( kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi)) Ini mengisyaratkan pada apa yang mereka perbuat setelah mereka bertaubat, diantaranya adalah pembunuhan mereka terhadap Nabi Yahya dan rencana mereka membunuh Nabi Isa. (Zubdatut Tafsir)

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikian bermacam penjelasan dari banyak ulama berkaitan isi dan arti ayat tentang musibah (arab, latin, artinya), semoga membawa manfaat untuk ummat. Sokonglah kemajuan kami dengan mencantumkan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Bacaan Cukup Sering Dikaji

Baca banyak topik yang cukup sering dikaji, seperti surat/ayat: Al-Fatihah 7, Al-Baqarah 284-286, Al-Baqarah 216, Al-Fatihah 2, Yunus 41, Ali ‘Imran 104. Ada juga Luqman 13-14, Assalaamualaikum, Al-A’raf, Yasin 40, Ali ‘Imran 191, Al-Fatihah 1.

  1. Al-Fatihah 7
  2. Al-Baqarah 284-286
  3. Al-Baqarah 216
  4. Al-Fatihah 2
  5. Yunus 41
  6. Ali ‘Imran 104
  7. Luqman 13-14
  8. Assalaamualaikum
  9. Al-A’raf
  10. Yasin 40
  11. Ali ‘Imran 191
  12. Al-Fatihah 1

Pencarian: surat al baqarah ayat 258, albaqarah ayat 126, ali imran ayat 195, luqman ayat 13 dan 14, quran surat al-ashr

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: