Ayat Tentang Anak Yang Shalih

فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُمَا صَٰلِحًا جَعَلَا لَهُۥ شُرَكَآءَ فِيمَآ ءَاتَىٰهُمَا ۚ فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Arab-Latin: fa lammā ātāhumā ṣāliḥan ja'alā lahụ syurakā`a fīmā ātāhumā, fa ta'ālallāhu 'ammā yusyrikụn

Artinya: Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.

رَبِّ هَبْ لِى مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Arab-Latin: rabbi hab lī minaṣ-ṣāliḥīn

Artinya: Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Menarik Tentang Ayat Tentang Anak Yang Shalih

Terdokumentasikan sekumpulan penjabaran dari para ulama tafsir mengenai makna ayat tentang anak yang shalih, antara lain seperti terlampir:

99-100 Ibrahim berkata ”sesunggunya aku berhiijrah kepada tuhanku dari negeri kaumku ke tempat dimana aku bisa beribadah kepada tuhanku. Sesungguhya dia akan menunjukan kebaikan kepadaku dalam agama dan duniawiku. wahi tuhanku, berilah aku anak yang shalih. (Tafsir al-Muyassar)

Ya Rabbi! Berilah aku anak yang saleh sebagai pendukungku dan pengganti dari kaumku di negeri asing.” (Tafsir al-Mukhtashar)

Di Syam, Ibrahim berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Tuhan, berilah Aku anak shalih yang selalu menaatiMu, menjalankan agamaMu dan mendukungku sungguh-sungguh menaatiMu” (Tafsir al-Wajiz)

رَبِّ هَبْ لِى مِنَ الصّٰلِحِينَ (Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh) Yakni anak yang shalih yang membahtuku dalam ketaatan kepada-Mu dan menghiburku di negeri yang asing. (Zubdatut Tafsir)

۞ هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّىٰهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِۦ ۖ فَلَمَّآ أَثْقَلَت دَّعَوَا ٱللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صَٰلِحًا لَّنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ

Arab-Latin: huwallażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa ja'ala min-hā zaujahā liyaskuna ilaihā, fa lammā tagasysyāhā ḥamalat ḥamlan khafīfan fa marrat bih, fa lammā aṡqalad da'awallāha rabbahumā la`in ātaitanā ṣāliḥal lanakụnanna minasy-syākirīn

Artinya: Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur".

Dia lah Dzat yang menciptakan kalian (wahai sekalian manusia), dari satu jiwa, yaitu Adam dan darinya Dia menciptakan istrinya hawaa, supaya dia merasa nyaman dan memperoleh ketenangan bersamanya. Ketika dia menyetubuhi istrinya, (maksudnya sepasang suami istri dari keturunan adam), lalu istrinya mengandung air (bakal kandungan) yang masih ringan, dia berdiri dan duduk bersamanya, sampai menyempurnakan usia kandungan. Ketika masa persalian sudah dekat dan dia merasa kian berat, sepasang suami istri itu berdoa memohon kepada tuhan mereka, ”sesungguhnya apabila engkau memberikan kepada kami seorang anak manusia yang normal lagi shalih, pastilah kami benar-benar termasuk orang-orang yang bersyukur kepadaMU atas apa yang engkau berika bagi kami berupa anak shalih.” (Tafsir al-Muyassar)

Dia lah yang telah menciptakan kalian -wahai kaum laki-laki dan wanita- dari satu jiwa, yaitu Adam -‘Alaihissalām-. Dan dari Adam -‘Alaihissalām- itulah Dia menciptakan istrinya, Ḥawā`. Dia menciptakan Ḥawā` dari tulang rusuk Adam agar ia merasa damai dan tenteram di sisi istrinya. Maka tatkala seorang suami mencampuri istrinya ia pun mengandung dengan kondisi kehamilan yang ringan sehingga ia tidak merasakannya, karena masih pada fase awal kehamilannya. Dalam kondisi kehamilan seperti itu ia terus beraktivitas seperti biasa tanpa kendala. Kemudian tatkala ia merasa berat dengan kehamilannya karena perutnya yang terus membesar keduanya memanjatkan doa kepada Rabb mereka berdua seraya berkata, “Sungguh, jika Engkau -ya Rabb kami- memberi kami anak dengan fisik yang baik dan sempurna, niscaya kami benar-benar akan bersyukur atas segala nikmat yang Engkau berikan kepada kami.” (Tafsir al-Mukhtashar)

189 Dialah Allah Yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu Adam alaihissalam kemudian Dia menciptakan isterinya Hawa dengan jenis dan bentuk yang sama, agar dia merasa senang dan tenang dengan kehadirannya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan dari nuthfah, dan teruslah dia merasa ringan beberapa waktu. Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya suami-isteri memohon kepada Allah Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh dan sehat tentulah kami akan menjadi orang-orang yang bersyukur atas nikmat-Mu” (Tafsir al-Wajiz)

هُوَ الَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وٰحِدَةٍ(Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu) Yakni dari Nabi Adam. Pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah dari jenis dan bentuk yang sama. وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا(dan dari padanya Dia menciptakan isterinya) Yakni Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk nabi Adam. لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ (agar dia merasa senang kepadanya) Yakni agar merasa tentram dan tenang bersamanya karena seseorang akan merasa tentram jika berpasangan dengan yang sesuai dengannya. Ini adalah ketika mereka di surga. فَلَمَّا تَغَشَّىٰهَا (Maka setelah dicampurinya) Yakni setelah ia berjima’ dengannya. حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا (isterinya itu mengandung kandungan yang ringan) Yakni mengandung awal janin setelah dicampuri. فَمَرَّتْ بِهِۦ ۖ (dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu)) Yakni ia menjalani hidup dengan kamdungan itu, duduk, berdiri, dan beraktifitas tanpa merasa berat. فَلَمَّآ أَثْقَلَت(Kemudian tatkala dia merasa berat) Karena bayi dalam kandungannya telah tumbuh besar. دَّعَوَا اللهَ رَبَّهُمَا(keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya) Yakni Adam dan Hawa berdoa kepada Tuhan mereka. لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صٰلِحًا(“Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna) Yakni anak yang sehat, memiliki badan yang sempurna. لَّنَكُونَنَّ مِنَ الشّٰكِرِينَ(tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”) Bersyukur kepada-Mu atas kenikmatan ini. (Zubdatut Tafsir)

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Arab-Latin: wa min-hum may yaqụlu rabbanā ātinā fid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati ḥasanataw wa qinā 'ażāban-nār

Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".

Dan diantara manusia ada kelompok orang mukmin yang mengucapkan dalam doanya," wahai tuhan kami, berikanlah kepada kami di dunia ini keselamatan, rizki, ilmu yang bermanfaat, amal Shalih dan lainnya dari perkara-perkara agama dan dunia, dan di akhirat berikanlah kami surga, dan jauhkanlah dari kami siksaan neraka." Dan  do’a ini termasuk do’a yang paling lengkap isinya oleh karena itu, nabi dahulu sering membacanya sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab shahihain. (Tafsir al-Muyassar)

Dan ada golongan manusia yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. Maka dia meminta kepada Rabbnya agar diberikan kenikmatan hidup dan beramal saleh selama di dunia. Dia juga meminta kepada-Nya agar diberikan kesempatan untuk meraih surga dan selamat dari azab neraka. (Tafsir al-Mukhtashar)

Di antara mereka ada yang meminta keluasan rejeki, kesehatan, keamanan, istri dan anak yang shalih di dunia, serta meminta surga keridhaan dan dijauhkan dari neraka di akhirat. Ibnu Abbas berkata: “Ada suatu kaum Baduwi yang datang ke suatu tempat dan berdoa: “Ya Allah, berikanlah tahun yang penuh dengan hujan, kesuburan, keberuntungan dan kebaikan” sedangkan mereka tidak menyebutkan sedikitpun tentang perkara akhirat. Lalu turunlah ayat ke 200. Lalu datang kelompok lain dari golongan orang mukmin dan berdoa: {Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah …}” (Tafsir al-Wajiz)

حَسَنَةً kebaikan) Kebaikan di dunia adalah apa yang diminta oleh orang-orang sholeh di dunia seperti, istri yang sholehah lagi cantik, anak-anak yang sholeh, dan rezeki yang baik. Dan kebaikan di akhirat adalah keridhaan Allah, dan bidadari-bidadari, dan segala kebaikan yang dipersiapkan Allah untuk orang-orang yang bertakwa dan berbuat baik. (Zubdatut Tafsir)

إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا۟ وَءَاثَٰرَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنَٰهُ فِىٓ إِمَامٍ مُّبِينٍ

Arab-Latin: innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai`in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn

Artinya: Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati seluruhnya dengan membangkitkan mereka di Hari Kiamat. Kami mencatat kebaikan dan keburukan yang mereka lakukan dan peninggalan-peninggalan mereka di mana mereka merupakan sebabnya dalam kehidupan mereka dan sesudah kematian mereka dalam bentuk kebaikan, seperti anak yang shalih, ilmu yang bermanfaat dan sedekah jariyah, dan juga menulis keburukan mereka berupa kesyirikan dan kemaksiatan. Segala sesuatu telah Kami catat dalam sebuah kitab yang jelas, yaitu Ummul Kitab yang merupakan induk segala kitab, yaitu Lauhul Mahfuzh. Hendaknya orang yang berakal menghisab (mengevaluasi) dirinya, agar menjadi teladan dalam kebaikan dalam hidup dan sesudah matinya. (Tafsir al-Muyassar)

Sesungguhnya Kami yang menghidupkan orang-orang yang mati dan membangkitkan mereka pada hari Kiamat untuk menghadapi hisab. Kami mencatat amal saleh dan amal buruk yang mereka lakukan semasa hidup di dunia. Kami menulis usaha mereka yang ada efeknya setelah kematian mereka berupa saleh seperti sedekah jariah, atau amalan buruk seperti kekufuran. Kami mencatat segala sesuatu dalam satu kitab yang jelas, yaitu Lauḥul Maḥfūẓ. (Tafsir al-Mukhtashar)

Sesungguhnya Kami membangkitkan orang-orang mati dari kuburan mereka dalam keadaan hidup. Kami juga mencatat di lauhil mahfudz apa yang telah lalu mereka perbuat di dunia berupa kebaikan ataupun keburukan dan apa yang mereka tinggalkan setelah mati berupa pengaruh amal yang mengandung manfaat dan mahdharat. Dan setiap sesuati itu Kami jaga di lauhil mahfudz. Ayat ini diturunkan untuk Bani Salmah yang tinggal di sisi Madinah dan ingin pindah di dekat masjid (Tafsir al-Wajiz)

إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ الْمَوْتَىٰ (Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati) Yakni Kami membangkitkan setelah kematian mereka. Pendapat lain mengatakan, yakni Kami menghidupkan mereka dengan keimanan setelah kekafiran mereka, dan dengan ilmu setelah kebodohan mereka. وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا۟( dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan) Yakni amal baik dan buruk yang telah mereka lakukan. وَءَاثٰرَهُمْ ۚ( dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan) Yakni kebaikan yang tidak terputus manfaatnya setelah kematian mereka, seperti orang yang mencontohkan perbuatan yang baik. Atau keburukan yang tetap mengalir setelah kematian mereka, seperti orang yang mencontohkan perbuatan buruk. Yang termasuk dari kebaikan yang tetap mengalir pahalanya adalah mengajarkan ilmu dan membukukannya, mewakafkan sumur, dan membangun masjid dan bangunan. Adapun keburukan yang tetap akan mengalir dosanya adalah memulai kezaliman dan membuat sesuatu yang membahayakan manusia kemudian diikuti oleh orang jahat lain. وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنٰهُ(Dan segala sesuatu Kami kumpulkan) Yakni segala sesuatu baik itu berupa amalan-amalan para hamba maupun lainnya Kami catat. فِىٓ إِمَامٍ مُّبِينٍ(dalam Kitab Induk yang nyata) Yakni kitab yang menjelaskan segala sesuatu. Terdapat pendapat mengatakan yang dimaksud adalah kitab Lauh mahfuzh; dan pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah kitab catatan amal. (Zubdatut Tafsir)

رَبَّنَا وَٱجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ

Arab-Latin: rabbanā waj'alnā muslimaini laka wa min żurriyyatinā ummatam muslimatal laka wa arinā manāsikanā wa tub 'alainā, innaka antat-tawwābur-raḥīm

Artinya: Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Wahai tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang teguh di atas Islam, lagi tunduk patuh terhadap hukum-hukum Mu, dan jadikanlah dari keturunan kami umat yang tunduk kepada Mu dengan keimanan, dan ajarkanlah dengan jelas kepada kami rambu-rambu tata cara ibadah kami kepada Mu, dan hapuskanlah dosa-dosa kami. Sesungguhnya Engkau banyak menerima taubat dari hamba-hamba Mu dan memberi rahmat bagi mereka. (Tafsir al-Muyassar)

Ya Rabb kami, jadikanlah kami orang-orang yang menerima perintah-Mu dan tunduk kepada-Mu, tidak menyekutukan-Mu dengan sesuatu. Jadikanlah keturunan kami sebagai umat yang pasrah kepada-Mu. Tunjukkanlah kepada kami tata cara beribadah kepada-Mu. Ampunilah keburukan dan kecerobohan kami dalam menjalankan ketaatan kepada-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat hamba-hamba-Mu yang bertaubat dan Maha Penyayang terhadap mereka. (Tafsir al-Mukhtashar)

“Ya Tuhan kami, jadikan kami orang yang berpegang teguh kepada Islam. Jadikan kami hamba yang berserah diri untuk taat kepada-Mu. Juga jadikan anak turun kami kumpulan hamba yang berserah diri untuk taat kepada-Mu. Ajarkanlah kami tata cara berhaji dan berkurban (penyembelihan). Ampunilah dosa-dosa kami, karena ampunan-Mu sangat luas untuk hamba-hamba-Mu. Engkau Maha Pengasih dan Maha Pengampun kepada hamba yang bertaubat kepada-Mu. Mujahid berkata bahwa Ibrahim berkata: “Ya Tuhan kami, ajarkan kepada kami tata cara berhaji.” Kemudian datanglah Jibril, kemudian bersama menuju Baitullah. Jibril berkata: “Tinggikalah pondasi Baitullah.”, kemudian Jibril menunjukkan tempat Jamarat di Mina, misy’aril haram, dan padang Arafah. Jibril memerintahkan untuk melafalkan seruan dalam ibadah haji. Jibril berkata: “Wahai manusia, jawablah seruan Tuhanmu.”, sehingga dijawab: “Kami memenuhi panggilan-Mu ya Allah.” Maka orang yang ketika itu menjawab seruan Ibrahim maka dia berhaji (Tafsir al-Wajiz)

وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ (Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh (islam) kepada Engkau) Yakni jadikanlah kami teguh diatas islam. Atau tambahlah keteguhan kami diatasnya. Dan yang dimaksud dengan islam disini adalah keimanan dan amal shaleh. وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا (dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau) Yakni jadikanlah pula diantara keturunan kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau, dan mereka adalah umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dan pendapat lain mengatakan mereka adalah orang arab karena mereka merupakan keturunan nabi Ibrahim dan Ismail. وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا (dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami) Yakni tempat manasik haji dan penyembelihan. Diriwayatkan dari Mujahid berkata: Nabi Ibrahim berkata: Ya Rabb tunjukkanlah manasik kita. Kemudian Jibril mendatanginya di Ka’bah dan berkata: tinggikanlah dasar bangunan baitullah. Maka Ibrahim pun meninggikannya dan menyempurnakan pembangunannya. Kemudian Jibril memegang tangan Nabi Ibrahim dan membawanya ke Mina, dan ketika sampai di Jumratul Aqabah tiba-tiba Iblis berdiri diatas pohon. Maka Jibril berkata: bertakbir dan Lemparlah Iblis itu. Maka Ibrahim pun bertakbir dan melemparnya, maka iblis pergi ke Juratul wustha, kemudian Ibrahim mengulangi apa yang ia lakukan pertama, begitu pula yang ia lakukan di Jumratus stalistah. Kemudian Jibril Kemudian Jibril memegang tangan Nabi Ibrahim dan membawanya ke Al-Masy’ar Al-Haram dan berkata: ini adalah Al-Masy’ar Al-Haram. Kemudian membawanya ke Arafah dan berkata: “kamu telah mengetahui apa yang telah ku tunjukkan padamu” sebanyak tiga kali. Ibrahim menjawab: Ya. Lalu Jibril berkata: maka serukanlah untuk berhaji. Ibrahim menjawab: bagaimana aku menyerukannya? Jibril berkata: Katakanlah, wahai Manusia jawablah panggilan tuhanmu, maka para hamba-Nya menjawab: Labbaika Allahumma Labbaik. Maka yang menjawab seruan Nabi Ibrahim ketika itu adalah orang yang berhaji. (Zubdatut Tafsir)

رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّٰتِ عَدْنٍ ٱلَّتِى وَعَدتَّهُمْ وَمَن صَلَحَ مِنْ ءَابَآئِهِمْ وَأَزْوَٰجِهِمْ وَذُرِّيَّٰتِهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

Arab-Latin: rabbanā wa adkhil-hum jannāti 'adninillatī wa'attahum wa man ṣalaḥa min ābā`ihim wa azwājihim wa żurriyyātihim, innaka antal-'azīzul-ḥakīm

Artinya: ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,

Wahai Tuhan kami, masukkanlah orang-orang yang beriman ke dalam surga-surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan orang-orang yang shalih karena iman dan amal shalih dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan anak-anak mereka. Sesungguhnya Engkau Mahaperkasa yang menundukkan segala sesuatu, juga Mahabijaksana dalam penciptaan dan pengaturanNya. (Tafsir al-Muyassar)

Para Malaikat berkata, “Wahai Rabb kami! Masukkanlah orang-orang Mukmin ke dalam surga kekekalan yang telah Engkau janjikan kepada mereka, masukkanlah siapa yang amalnya saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan anak-anak mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa, tidak seorang pun bisa mengalahkan-Mu, dan Maha Bijaksana dalam takdir dan pengaturan-Mu. (Tafsir al-Mukhtashar)

Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn selamanya sebagaimana yang Engkau janjikan kepada mereka melalui para utusan-Mu. Sertakan juga para orang tua nenek moyang, para istri dan keluarga mereka yang saleh, yaitu mereka yang beriman dan mengesakan-Mu. Mereka telah menjalankan perintah-Mu, sungguh Engkau Maha Perkasa Maha Penakluk dan tidak terkalahkan. Yang Maha Bijaksana dalam segala keputusan dan pekerjaan. Yang meletakkan segala sesuatu pada tempat yang paling sesuai (Tafsir al-Wajiz)

رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنّٰتِ عَدْنٍ الَّتِى وَعَدتَّهُمْ (ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka) Yakni dengan janji itu. وَمَن صَلَحَ مِنْ ءَابَآئِهِمْ وَأَزْوٰجِهِمْ وَذُرِّيّٰتِهِمْ ۚ( dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua) Dan masukkanlah bersama mereka orang-orang sholeh yang beriman dan yang mengesakan Allah serta yang beramal shaleh dari kerabat mereka untuk menyempurnakan kenikmatan dan kebahagiaan bagi mereka. (Zubdatut Tafsir)

وَٱلَّذِى قَالَ لِوَٰلِدَيْهِ أُفٍّ لَّكُمَآ أَتَعِدَانِنِىٓ أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ ٱلْقُرُونُ مِن قَبْلِى وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ ٱللَّهَ وَيْلَكَ ءَامِنْ إِنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَٰذَآ إِلَّآ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ

Arab-Latin: wallażī qāla liwālidaihi uffil lakumā ata'idāninī an ukhraja wa qad khalatil-qurụnu ming qablī, wa humā yastagīṡānillāha wailaka āmin inna wa'dallāhi ḥaqq, fa yaqụlu mā hāżā illā asāṭīrul-awwalīn

Artinya: Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka".

dan adapun orang yang berkata kepada bapak ibunya ketika keduanya mengajaknya untuk beriman kepada Allah dan mengakui Hari Kiamat, “Keburukan untuk kalian berdua, apakah kalian mengancamku bahwa aku akan dikeluarkan dari kuburku dalam keadaan hidup, sementara orang-orang dari umat-umat sebelumku telah berlalu, mereka binasa dan tidak seorang pun dari mereka yang dibangkitkan?” sementara bapak ibunya berdoa kepada Allah memohon hidayah baginya dan berkata kepadanya, “Celaka kamu! Berimanlah, benarkanlah dan beramallah dengan amal yang shalih. Sesungguhnya janji Hari Kiamat dari Allah adalah haq, tidak ada kebimbangan padanya,.” Tetapi dia malah menjawab kepada mereka, “Apa yang kalian berdua katakan hanyalah dongeng orang-orang terdahulu, yang dinukil dari buku-buku mereka.” (Tafsir al-Muyassar)

Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, “Celaka kalian berdua, apakah kalian menjanjikan kepadaku bahwa aku akan dikeluarkan dari kuburku dalam keadaan hidup setelah kematianku, padahal telah berlalu berabad-abad dan manusia meninggal dalam abad itu dan tidak ada seorangpun dari mereka yang dibangkitkan dalam keadaan hidup?!” Dan kedua orang tuanya meminta pertolongan kepada Allah agar memberikan petunjuk pada anaknya kepada iman dan keduanya berkata kepada anaknya, “Celaka bagimu apabila engkau tidak beriman kepada hari Kebangkitan, maka berimanlah kepadanya, sesungguhnya janji Allah tentang kebangkitan itu benar adanya, tidak ada keraguan padanya.” Lalu anaknya menjawab mengulangi pengingkarannya terhadap hari kebangkitan, “Apa yang dikatakan tentang kebangkitan tidak lain hanyalah warisan dari kitab-kitab orang-orang terdahulu dan yang mereka tuliskan, tidak berasal dari Allah.” (Tafsir al-Mukhtashar)

Kalian menjawab dengan perkataan uffin atau “ah/cis” kepada kedua orang tua. Kata itu bermakna ¬aku bosan kepada kalian berdua (orang tua). “Apakah kalian berdua (orang tua) mengira bahwa aku akan dibangkitkan dari kubur setelah aku mati? Banyak para pendahulu kami yang tetap di dalam kubur setelah kematian mereka.” Kedua orang tua mereka meminta kepada Allah agar anak-anaknya diberikan hidayah untuk beriman kepada Allah. Orang tua mereka berkata: “Kamu akan celaka, berimanlah kepada hari kebangkitan dan kepada Allah semata. Sesungguhnya janji Allah tentang hari kebangkitan dan hari perhitungan adalah pasti terjadi, tidak ada keraguan lagi.” Anak-anak mereka lalu menjawab: “Semua perkataan tentang hari kebangkitan ini hanyalah cerita bohong dari orang zaman dahulu dan kesalahan-kesalahan mereka yang mereka tulis dalam kitab? Ayat ini turun untuk hamba yang kafir dan melawan orang tuanya, bukan untuk Abdur Rahman bin Abi Bakar, seperti diterangkan pada dalam sebagian riwayat. Sebab Abdur Rahman masuk Islam setelah itu, dan Islamnya teguh (Tafsir al-Wajiz)

وَالَّذِى قَالَ لِوٰلِدَيْهِ أُفٍّ لَّكُمَآ (Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: bagi kamu keduanya ) Kata (أف) diucapkan ketika seseorang mengeluhkan sesuatu yang menimpanya. أَتَعِدَانِنِىٓ أَنْ أُخْرَجَ(apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan) Kalian berdua memberitahukanku bahwa aku akan dibangkitkan dari kubur setelah kematianku sebagai janji dari Allah, padahal ini merupakan susuatu yang mustahil dan tidak dapat diterima. Apakah memang ada hari kebangkitan setelah mati? وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِن قَبْلِى(padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?) Mereka telah mati namun tidak ada seorangpun yang dibangkitkan. وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللهَ(lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan) Yakni memohon dan berdoa kepada Allah agar anaknya mendapat taufik untuk beriman. وَيْلَكَ(Celaka kamu) Yakni mereka berdua berkata kepada anaknya: “celakalah kamu” ءَامِنْ(berimanlah!) Berimanlah kepada hari kebangkitan. إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ(Sesungguhnya janji Allah adalah benar”) Tidak akan diingkari. فَيَقُولُ(Lalu dia berkata) Ketika itu dia berkata karena keingkarannya terhadap apa yang kedua orang tuanya katakan. مَا هٰذَآ إِلَّآ أَسٰطِيرُ الْأَوَّلِينَ(“Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka”) Yakni hari kebangkitan yang kalian katakan itu hanyalah dongeng-dongeng orang terdahulu yang mereka tulis dalam kitab. Yang dia maksudkan dengan perkataannya ini bahwa kebangkitan hanyalah hal batil yang tidak dapat diterima oleh akal. (Zubdatut Tafsir)

إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِّلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Arab-Latin: inna ibrāhīma kāna ummatang qānital lillāhi ḥanīfā, wa lam yaku minal-musyrikīn

Artinya: Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),

Sesungguhnya ibrahim adalah seorang imam (panutan) dalam kebaikan, orang yang taat dan tunduk kepada Allah, tidak miring dari agama islam, seorang yang mengesakan Allah, tidak mempersekutukanNya, dan ia seorang yang bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah padanya. Allah memilihnya untuk mengemban risalahnya, dan menunjukinya kedalam jalan yang lurus, yaitu jalan islam, dan kami berikan kepadanya di dunia ini berupa kenikmatan yang baik, berupa sanjungan terhadapnya di tengah orang-orang yang datang belakangan, juga sebagai teladan baik, dan juga putra yang shalih. Sesungguhnya dia di sisi Allah di akhirat kelak benar-benar termasuk orang-orang yang shalih, orang-orang yang mendapatkan kedudukan yang tinggi. (Tafsir al-Muyassar)

"Sesungguhnya Ibrahim adalah orang yang menyatukan sifat-sifat kebaikan, senantiasa taat kepada Rabbnya, cenderung dari semua agama batil menuju agama Islam, dia tak pernah termasuk orang-orang musyrikin. (Tafsir al-Mukhtashar)

Sesungguhnya Ibrahim adalah laki-laki yang mengumpulkan kebaikan dan mengetahui syariat, layaknya seorang imam dan pemimpin kelompok karena dia digambarkan dengan banyak sifat. Dia juga orang yang taat kepada Allah dengan menjalankan perintahNya, penuh ketakutan terhadap Allah dan berpaling dari agama-agama batil dan mengarah kepada agama yang benar, dan beriman hanya kepada Allah, serta tidak termasuk orang-orang-orang musyrik. (Tafsir al-Wajiz)

إِنَّ إِبْرٰهِيمَ كَانَ أُمَّةً (Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam) Yakni ia adalah seorang yang mengajarkan kebaikan, atau yang memiliki sifat-sifat yang baik, atau orang yang memiliki ilmu tentang syariat yang telah Allah ajarkan kepadanya. قَانِتًا لِّلّٰهِ(patuh kepada Allah) Makna (القانت) yakni orang yang taat yang dadanya penuh dengan ketakukan kepada Allah dan dapat mengendalikan perbuatannya. حَنِيفًا(dan lurus) Yakni orang yang menjauhi agama-agama yang batil menuju agama yang benar. وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan(Allah)) Bukan seperti anggapan orang-orang kafir Quraisy yang mengatakan bahwa Nabi Ibrahim berada dalam agama mereka yang batil itu. (Zubdatut Tafsir)

شَاكِرًا لِّأَنْعُمِهِ ۚ ٱجْتَبَىٰهُ وَهَدَىٰهُ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Arab-Latin: syākiral li`an'umihijtabāhu wa hadāhu ilā ṣirāṭim mustaqīm

Artinya: (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.

Dia adalah orang yang bersyukur atas nikmat-nikmat yang Allah berikan kepadanya, Allah memilihnya untuk menjadi Nabi dan membimbingnya kepada agama Islam yang lurus. (Tafsir al-Mukhtashar)

Ibrahim AS adalah orang yang bersyukur atas nikmat Allah yang sedikit maupun yang banyak. Dia dipilih Tuhan untuk menjadi Nabi dan ditunjukkan menuju jalan yang lurus, yaitu bertauhid dan Islam (Tafsir al-Wajiz)

شَاكِرًا لِّأَنْعُمِهِ ۚ (yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah) Yang Allah berikan kepadanya. اجْتَبَىٰهُ(Allah telah memilihnya) Yang Allah pilih dan istimewakan dengan kenabian. وَهَدَىٰهُ إِلَىٰ صِرٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ(dan menunjukinya kepada jalan yang lurus) Yakni kepada agama Islam dan kepercayaan yang benar. (Zubdatut Tafsir)

وَءَاتَيْنَٰهُ فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَإِنَّهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Arab-Latin: wa ātaināhu fid-dun-yā ḥasanah, wa innahụ fil-ākhirati laminaṣ-ṣāliḥīn

Artinya: Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.

Kami memberi Ibrahim di dunia kenabian, sanjungan yang baik dan anak yang saleh, sesungguhnya dia di Akhirat termasuk orang-orang saleh yang Allah siapkan bagi mereka derajat-derajat yang tinggi di Surga. (Tafsir al-Mukhtashar)

Dan kami telah memberikan kebaikan di dunia kepada Ibrahim, yaitu cinta kasih dan pujian baik dari seluruh pemeluk agama. Sesungguhnya dia di akhirat itu termasuk orang-orang yang memiliki derajat tinggi di surga (Tafsir al-Wajiz)

وَءَاتَيْنٰهُ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ (Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia) Yakni sifat yang baik. Pendapat lain mengatakan, yakni anak yang shalih. Pendapat lain mengatakan, yakni kenabian. Pendapat lain mengatakan bahwa dia dahulu dijadikan pemimpin dari pemeluk setiap agama, dan dahulu dia memiliki banyak harta dan hewan ternak. (Zubdatut Tafsir)

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Itulah beragam penafsiran dari beragam ulama terhadap kandungan dan arti ayat tentang anak yang shalih (arab, latin, artinya), semoga menambah kebaikan untuk kita semua. Bantu syi'ar kami dengan mencantumkan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Halaman Paling Sering Dilihat

Baca banyak halaman yang paling sering dilihat, seperti surat/ayat: Al-Hadid 20, Al-Baqarah 45, Al-Baqarah 43, Ali ‘Imran 139, Tentang Al-Quran, At-Thalaq. Ada pula Ali ‘Imran 97, Al-Ma’idah 8, Al-Jin, Ad-Dukhan, Al-Isra 25, Al-Qamar 49.

  1. Al-Hadid 20
  2. Al-Baqarah 45
  3. Al-Baqarah 43
  4. Ali ‘Imran 139
  5. Tentang Al-Quran
  6. At-Thalaq
  7. Ali ‘Imran 97
  8. Al-Ma’idah 8
  9. Al-Jin
  10. Ad-Dukhan
  11. Al-Isra 25
  12. Al-Qamar 49

Pencarian: ...

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.