Ayat Penenang Hati

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ

Arab-Latin: yā ayyatuhan-nafsul-muṭma`innah

Artinya: Hai jiwa yang tenang.

مَن كَفَرَ بِٱللَّهِ مِنۢ بَعْدِ إِيمَٰنِهِۦٓ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُۥ مُطْمَئِنٌّۢ بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَٰكِن مَّن شَرَحَ بِٱلْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Arab-Latin: mang kafara billāhi mim ba'di īmānihī illā man ukriha wa qalbuhụ muṭma`innum bil-īmāni wa lākim man syaraḥa bil-kufri ṣadran fa 'alaihim gaḍabum minallāh, wa lahum 'ażābun 'aẓīm

Artinya: Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Menarik Tentang Ayat Penenang Hati

Terdapat beberapa penjabaran dari para pakar tafsir terhadap isi ayat penenang hati, misalnya seperti berikut:

Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kedustaan tiada lain hanyalah orang yang mengucapkan kata-kata kekafiran dan telah murtad meninggalkan keimanannya. Maka kemurkaan dari Allah akan menimpa mereka kecuali orang yang dipaksa mengucapkan kata-kata kekafiran, lalu mengucapkannya lantaran takut akan binasa, sedang hatinya tetap teguh di atas keimanan, maka tidak ada celaan atas dirinya. Akan tetapi orang yang mengucapkan kata-kata kekafiran, sedang hatinya tenang-tenang saja dengannya, maka mereka mendapatkan kemurkaan besar dari Allah , dan bagi mereka siksaan yang besar. Demikian itu, disebabkan oleh kehendak mereka untuk mengedepankan dunia dan pesonanya dan mengutamkannya diatas akhirat dan balasan pahalanya. Dan bahwasannya Allah tidak memberikan hidayah kepada orang-orang kafir, dan tidak mencurahkan taufik kepada mereka menuju kebenaran dan jalan lurus. (Tafsir al-Muyassar)

Barangsiapa kafir kepada Allah sesudah beriman, kecuali orang yang dipaksa melakukan kekafiran, dia mengucapkan kalimat kufur dengan lisannya, sedangkan hatinya tetap kokoh dengan keimanan dan hakikatnya, (maka ia tetap Mukmin). Akan tetapi orang yang hatinya tenteram dengan kekufuran, dan lebih memilih kekufuran dibandingkan keimanan, dia mengucapkan kekufuran secara sukarela, maka dia telah murtad dari Islam. Untuk mereka kemurkaan Allah dan azab Akhirat yang berat. (Tafsir al-Mukhtashar)

Dan barangsiapa murtad dari Islam setelah beriman, kecuali orang yang terpaksa mengucapkan kekufuran sedangkan hatinya masih teguh dalam beriman kepada Allah dan rasulNya, dan dia bahagia,ridha dan tenang dengan kekufuran itu, maka baginya itu murka Allah. dan baginya itu azab yang agung di neraka Jahanam. Keterpaksaan untuk kafir itu karena ancaman akan dibunuh atau disakiti dan dipukul, sekalipun perkara terpaksa itu hanya sebatas ucapan atau perbuatan seperti bersujud kepada selain Allah. Imam Syafi’i dan pengikutnya menentukan keringanan dalam hal ucapan saja. Ayat ini turun terkait perkara Amar bin Yasir yang disiksa orang-orang musyrik dan dipaksa untuk melaknat nabi SAW serta menyebutkan tuhan-tuhan mereka dengan baik. Kemudian dia berikrar di depan Nabi bahwa dia masih teguh dalam beriman (Tafsir al-Wajiz)

مَن كَفَرَ بِاللهِ مِنۢ بَعْدِ إِيمٰنِهِۦٓ (Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman) Ayat ini menjelaskan tentang orang yang murtad akibat perkataan kafir yang ia ucapkan atau perbuatan yang mengeluarkannya dari keimanan setelah ia masuk Islam. Namun dalam hal itu terdapat dua kemungkinan: Pertama, orang yang dipaksa untuk kafir dengan paksaan yang menjadikannya khawatir akan dibunuh; maka orang ini tidak mendapatkan dosa akibat perkataan kafir yang ia ucapkan atau perbuatan yang mengeluarkannya dari keimanan, misal: jika ia dipaksa melakukan sujud kepada selain Allah namun dengan hati yang tetap teguh dalam keimanan, maka ia tidak dinyatakan sebagai orang yang kafir atau murtad. Namun Imam Hasan al-Bashri, Imam al-Auza’i, Imam Syafi’i, dan Imam Sahnun berpendapat bahwa rukhshah (keringanan) ini hanya pada perkataan saja (paksaan untuk mengatakan kalimat yang mengandung kekafiran), adapun perbuatan maka tidak ada rukhshah bagi pelakunya. Kedua, orang yang sengaja dan rela untuk mengucapkan atau berbuat sesuatu yang mengandung kekafiran, maka hukum orang seperti ini adalah murtad dari keimanannya, dan orang yang mendapat ancaman dari lanjutan ayat ini. وَلٰكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا(akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran) Yakni yang rela dan berlapang dada untuk mengucapkan atau berbuat sesuatu yang mengandung kekafiran setelah dulunya ia termasuk dalam barisan orang-orang beriman. Orang seperti ini akan mendapatkan kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. Sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Abdur Razzaq, Ibnu sa’ad, dan Ibnu Jarir: bahwa orang-orang musyrik menangkap seorang sahabat bernama ‘Ammar bin Yasir, mereka tidak akan melepaskannya sampai ia mau menghina Nabi dan memuji berhala-berhala mereka, setelah itu mereka baru melepaskannya. Ketika ia mendatangi Nabi beliau bersabda: “berita apa yang kamu bawa?”. Ia menjawab: “berita buruk wahai Rasulullah”. –setelah ia menceritakannya— Rasulullah bersabda: “jika mereka memaksamu lagi, maka lakukanlah sebagaimana yang telah kamu lakukan itu”. Maka turunlah ayat ini. (Zubdatut Tafsir)

وَٱتْرُكِ ٱلْبَحْرَ رَهْوًا ۖ إِنَّهُمْ جُندٌ مُّغْرَقُونَ

Arab-Latin: watrukil-baḥra rahwā, innahum jundum mugraqụn

Artinya: dan biarkanlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan".

Dan tinggalkan lautan sebagaimana ia sebelum kamu menyebranginya, tenang dan tidak bergolak, sesungguhnya Fir’aun dan bala tentaranya tenggelam di dalam lautan. (Tafsir al-Muyassar)

Dan Allah memerintahkan kepadanya apabila dia dan Bani Israil telah menyeberangi laut agar membiarkan laut itu tetap terbelah sebagaimana semula, sesungguhnya Fir'aun dan kaumnya adalah tentara yang hancur dengan ditenggelamkan ke dalam laut. (Tafsir al-Mukhtashar)

Biarkanlah laut yang tenang itu terbelah, setelah dipukul dengan tongkat oleh Musa. Sehingga fir’aun dan pasukannya tenggelam didalamnya, dan pasukan tersebut mereka tenggelam di laut, khabar ini menjadikan Musa dan pengikutnya tenang. (Tafsir al-Wajiz)

وَاتْرُكِ الْبَحْرَ رَهْوًا ۖ (dan biarkanlah laut itu tetap terbelah) Yakni biarkan tetap tenang tak bergerak. إِنَّهُمْ جُندٌ مُّغْرَقُونَ(Sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan”) Allah mengabarkan ini kepada Musa agar menenangkan hati dan jiwanya. (Zubdatut Tafsir)

وَإِذَا قُرِئَ ٱلْقُرْءَانُ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Arab-Latin: wa iżā quri`al-qur`ānu fastami'ụ lahụ wa anṣitụ la'allakum tur-ḥamụn

Artinya: Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.

Dan apabila al-qur’an dibacakan, maka dengarkanlah ia dengan baik (wahai sekalian manusia), dan diamlah untuk memperhatikannya supaya kalian dapat memahminya dengan harapan Allah akan merahmati kalian dengannya. (Tafsir al-Muyassar)

Apabila Al-Qur`ān dibaca maka dengarkanlah bacaannya dengan seksama. Jangan berbicara atau menyibukkan diri dengan hal lain, agar kalian mendapatkan rahmat Allah. (Tafsir al-Mukhtashar)

204 Apabila dibacakan Al Quran di dalam shalat atau lainnya, maka dengarkan dan simaklah baik-baik untuk memahami maknanya, diamlah dari segala kesibukan dan pembicaraan untuk mendengarkan bacaannya, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat ketika melaksanakan perintah-Nya dan mendengarkan ayat kitab-Nya. Ayat ini turun saat ada yang meninggikan bacaan shalat di belakang Nabi. (Tafsir al-Wajiz)

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْءَانُ فَاسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ (Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah) Agar kalian mendapat manfaat darinya dan mentadabburi hikmah-hikmah dan kebaikan yang terkandung didalamnya. Hal ini berlaku di dalam shalat dan di luar shalat. Janganlah kalian menjadikannya seperti kalam-kalam lainnya yang dicampakkan oleh orang yang ingin mencampakkannya. لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ(agar kamu mendapat rahmat) Yakni memperoleh rahmat karena telah menjalankan perintah Allah dan mendengar ayat-ayat dari kitab-Nya. (Zubdatut Tafsir)

هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ ٱلْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمَٰنًا مَّعَ إِيمَٰنِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Arab-Latin: huwallażī anzalas-sakīnata fī qulụbil-mu`minīna liyazdādū īmānam ma'a īmānihim, wa lillāhi junụdus-samāwāti wal-arḍ, wa kānallāhu 'alīman ḥakīmā

Artinya: Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,

Dia-lah Allah Yang menurunkan ketenangan pada hati orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya di hari Hudaibiyah, hati mereka pun menjadi tenang, keyakinan bersemayam kokoh didalamnya, agar pembenaran mereka kepada Allah dan sikap mereka mengikuti RasulNya semakin bertambah di samping pembenaran dan sikap mengikuti mereka yang sudah ada. Hanya milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, yang dengan mereka Allah memenangkan hamba-hambaNya yang beriman. Allah Maha Mengetahui kebaikan hamba-hambaNya, Mahabijaksana dalam pengaturan dan penciptaanNya. (Tafsir al-Muyassar)

Allah lah yang menurunkan keteguhan dan ketenangan di dalam hati orang-orang yang beriman supaya keimanan mereka bertambah lebih dari keimanan mereka sebelumnya, dan hanya milik Allah sajalah tentara langit dan bumi, dengannya Allah menguatkan hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui maslahat para hamba-hamba-Nya dan Maha Bijaksana dalam memberikan pertolongan dan keteguhan. (Tafsir al-Mukhtashar)

Dia-lah Allah yang telah menurunkan dan menghadirkan ketenangan dan ketetapan di dalam hati orang-orang mukmin. Mereka adalah orang-orang yang ikut serta dalam peristiwa Hudaibiyah. Mereka yang berbaiat kepadamu, mereka ridho atas ketetapan dalam berperang hingga datangnya pertolongan. Agar keimanan mereka semakin bertambah atas datangnya pertolongan, kemuliaan dan kelapangan jalan tersebarnya Islam. Hanya milik Allah –lah tentara langit dan bumi yang telah melaksanakan segala perintah-Nya. Tentara Allah itu adalah para malaikat, manusia, para jin, bebatuan dan goncangan serta lainnya. Allah telah mengatur urusan mereka dan menuntun mereka sesuai kehendak-Nya. Allah Maha Tahu atas keadaan makhluk-Nya. Allah Maha Bijakasana atas segala apa yang Allah lakukan. Maksud dari tentara Allah adalah yang telah menolong orang-orang mukmin (la’alla ash shawab) (Tafsir al-Wajiz)

هُوَ الَّذِىٓ أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ (Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin) Yakni ketenangan dan ketentraman yang memudahkan mereka untuk melakukan penakhlukan, agar jiwa mereka tidak gentar ketika mendapat serangan dari musuh. لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمٰنًا مَّعَ إِيمٰنِهِمْ ۗ( supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)) Yakni agar dengan ketentraman itu Allah menambah keimanan bagi mereka keimanan di atas keimanan mereka sebelumnya. وَلِلّٰهِ جُنُودُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ ۚ( Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi) Untuk menolong rasul-Nya dengan apa yang Dia kehendaki, meski tanpa peperangan. (Zubdatut Tafsir)

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ ٱلْحَدِيثِ كِتَٰبًا مُّتَشَٰبِهًا مَّثَانِىَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهْدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍ

Arab-Latin: allāhu nazzala aḥsanal-ḥadīṡi kitābam mutasyābiham maṡāniya taqsya'irru min-hu julụdullażīna yakhsyauna rabbahum, ṡumma talīnu julụduhum wa qulụbuhum ilā żikrillāh, żālika hudallāhi yahdī bihī may yasyā`, wa may yuḍlilillāhu fa mā lahụ min hād

Artinya: Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.

Allah lah yang menurunkan perkataan yang terbaik, yaitu al-qur’an yang agung sebagian yang lainnya mirip dengan sebagian yang lain dalam kebagusan, ketetapan hukumnya dan ketiadaan pertentangan di dalamnya, terkandung kisah-kisah yang diulang-ulang, hukum-hukum, hujjah hujjah dan keterangan-keterangan yang tilawahnya diulang namun jiwa tidak merasa bosan sekalipun sering di ulang-ulang, membuat merinding kulit orang-orang yang takut kepada tuhan mereka saat mendengarnya, karena mereka terpengaruh dengan ancaman siksa yang ada di dalamnya kemudian kulit dan hati mereka melunak karena berbagahagia dengan janji Allah yang ada di dalamnya, pengaruh al-qur’an terhadap diri itu merupakan hidayah Allah kepada hamba-hambaNya. dan Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambaNya dengan al-qur’an dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah dari beriman kepada Al-qur’an ini karena kekafiran dan penentangannya, maka tidak ada satupun yang bisa memberinya hidayah dan memberinya taufik. (Tafsir al-Muyassar)

Allah menurunkan kepada rasul-Nya Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- Al-Qur`ān yang merupakan pembicaraan paling bagus. Allah menurunkannya setara, sebagian darinya menyerupai sebagian yang lain dalam kebenaran, kebaikan, keserasian dan tanpa kontradiksi. Di dalamnya terdapat beragam kisah dan hukum, janji pahala dan ancaman siksa, sifat-sifat pengikut kebenaran dan sifat-sifat pengikut kebatilan, dan lainya. Kulit orang-orang yang takut kepada Rabb mereka menjadi merinding manakala mereka mendengar ancaman dan peringatan di dalamnya, kemudian kulit dan hati mereka melunak untuk mengingat Allah manakala mereka mendengar harapan dan kabar gembira. Al-Qur`ān yang demikian pengaruhnya adalah hidayah Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa Allah biarkan dan tidak bimbing kepada hidayah, maka tidak ada pemberi hidayah baginya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Allah telah menurunkan Al-Qur’an dan menamainya sebagai hadits (khabar) karena Nabi SAW mengabarkan Al-Qur’an kepada kaumnya, dan menyampaikan berita dari yang diturunkan padanya. Al-Qur’an berisi hukum-hukum dan sebagian yang lain berisi kebaikan-kebaikan. Aturan yang bermakna penguatan atas petunjuk pada kebaikan. Yang kisah-kisah didalamnya diulang-ulang nasehat-nasehat dan hukum-hukum, membacanya selalu diulang-ulang setiap malam tanpa jenuh dan bosan. Menjadikan ketakutan bagi orang-orang yang hatinya takut kepada Allah ketika mengingatNya, lalu merindinglah bulu-bulu orang-orang yang takut kepada Allah ketika membaca ayat-ayat Al-Qur’an, itulah Al-Qur’an kitab yang penuh hidayah bagi orang yang dikehendaki mendapat hidayah oleh Allah, dan orang yang menyia-nyiakan untuk iman pada Al-Qur’an maka ia tidak mendapat petunjuk dan tidak mendapatkan taufiq pada jalan kebenaran. Sa’ad bin Abi Waqash berkata: al-Qur’an diturunkan pada Nabi Muhammad dan kami membacanya sepanjang waktu, maka para kaum bertanya: wahai Rasulullah bagaimana engkau bercerita pada kami? Kemudian turunlah ayat: Allahlah yang menurunkan sebaik-baiknya khabar (berita) (Tafsir al-Wajiz)

اللهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ (Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik) Yakni al-Qur’an. Allah menyebutnya sebagai perkataan karena Rasulullah menyampaikannya kepada kaumnya dan mengabarkan mereka ayat al-Qur’an yang diturunkan kepadanya. Dan ia merupakan perkataan yang paling baik karena mengandung banyak keberkahan. كِتٰبًا مُّتَشٰبِهًا(Al Quran yang serupa) Yakni isinya serupa dalam hal keindahan, kebenaran maknanya, kekuatan lafadznya, dan ketinggian balaghahnya. مَّثَانِىَ(lagi berulang-ulang) Yakni mengandung kisah-kisah yang berulang-ulang, pelajaran dan hukum-hukum yang berulang-ulang, dan dibaca berulang-ulang namun tidak menimbulkan rasa bosan bagi orang yang mendengar maupun yang membacanya. تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ(gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya) Dikatakan (اقشعر جلده) jika kulitnya bergetar dan menciut karena rasa takut atau kedinginan. Az-Zajjaj berkata: jika dibacakan ayat tentang azab maka kulit orang-orang yang takut kepada Allah akan bergetar. ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللهِ ۚ( kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah) Yakni ketika mereka mengingat rahmat, pahala, dan surga Allah. Qatadah mengatakan bahwa ini adalah sifat dari para kekasih Allah; Allah menyebutkan bahwa kulit mereka akan gemetar kemudian hati mereka akan tenang ketika mereka mengingat Allah. Dan Allah tidak menyebutkan hilangnya kesadaran mereka sebagaimana yang dilakukan oleh para pelaku bid’ah, sebab itu datangnya dari setan. (Zubdatut Tafsir)

إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِٱلْعَشِىِّ ٱلصَّٰفِنَٰتُ ٱلْجِيَادُ

Arab-Latin: iż 'uriḍa 'alaihi bil-'asyiyyiṣ-ṣāfinātul-jiyād

Artinya: (ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore,

ingatlah suatu saat di waktu ashar dia melihat kuda-kuda pilihan yang berlari cepat, kuda-kuda itu berdiri di atas tiga kakinya dan mengangkat kakinya yang keempat, karena kekuatan dan kelincahannya, dia terus melihatnya sampai matahari terbenam. (Tafsir al-Muyassar)

Ingatlah ketika di sore hari dia melihat kuda-kuda yang kuat dan mampu berlari cepat, yang sedang berdiri dengan tiga kaki sambil mengangkat kaki yang keempat. Sulaiman terus memandangi kuda-kuda pilihan tersebut hingga matahari terbenam. (Tafsir al-Mukhtashar)

Wahai Nabi, ingatlah ketika diperlihatkan kepada Sulaiman pada waktu sore kuda-kuda yang berdiri hanya dengan 3 kaki./pijakan, yaitu yang bermakna bahwa kuda tersebut dapat berlari dengan kencang. (Tafsir al-Wajiz)

إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ((ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya) Yakni kepada Sulaiman. بِالْعَشِىِّ (pada waktu sore) Makna (العشي) yakni waktu mulai dari dhuhur atau ashar sampai menjelang malam. الصّٰفِنٰتُ (kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti) Kata (الصافن) yakni sifat dari kuda. Yaitu kuda yang berdiri dengan dua kakinya dan mengangkat dua kakinya yang lain, kemudian ia meletakkan satu kakinya lagi ke atas tanah sehingga ia berdiri dengan tiga kaki. Dan ini merupakan suatu bentuk keindahan. الْجِيَادُ (dan cepat waktu berlari) Yakni bentuk jamak dari kata (الجواد) yaitu kuda yang mampu berlari dengan cepat dan memiliki nafas yang panjang. (Zubdatut Tafsir)

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Arab-Latin: allażīna āmanụ wa taṭma`innu qulụbuhum biżikrillāh, alā biżikrillāhi taṭma`innul-qulụb

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Dan Allah memberikan petunjuk bagi orang-orang yang hatinya tentram dengan tauhidullah dan mengingatNYa, sehingga menjadi tenang dengannya. Ingatlah dengan ketaatan kepada Allah dan mengingatNya serta dengan pahala dariNya, hati menjadi tenang dan damai. (Tafsir al-Muyassar)

Orang-orang yang Allah beri petunjuk adalah orang-orang yang beriman, hati mereka merasa tenang dengan mengingat Allah, bertasbih dan bertahmid kepada Allah, membaca dan mendengar Kitab-Nya, ingatlah bahwa ketenangan hati diwujudkan dengan mengingat Allah, sudah selayaknya ia demikian. (Tafsir al-Mukhtashar)

28 Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan kitab-Nya. Hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah dan mengingat janji kepada-Nya.. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah dan kekuasaan-Nya lah hati bisa menjadi tenteram (Tafsir al-Wajiz)

الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ((yaitu) orang-orang yang beriman) Mereka adalah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan yang bertaubat kepada-Nya. وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ ۗ( dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah) Yakni yang menjadi tenang dan tentram dengan berzikir kepada Allah dengan lisan mereka, seperti membaca al-Qur’an, bertasbih, bertahmid, bertakbir, bertahlil, atau dengan mendengarkan zikir tersebut dari orang lain. أَلَا بِذِكْرِ اللهِ(Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah) Tanpa menyebut selain-Nya. تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ(hati menjadi tenteram) Meskipun mentafakkuri makhluk-makhluk Allah, ciptaan-ciptaan, dan mukjizat-mukjizat-Nya secara umum menjadikan hati menjadi tentram, namun hasilnya tidak seperti ketentraman dengan berzikir kepada Allah. (Zubdatut Tafsir)

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ ٱسْتَحَبُّوا۟ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا عَلَى ٱلْءَاخِرَةِ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ

Arab-Latin: żālika bi`annahumustaḥabbul-ḥayātad-dun-yā 'alal-ākhirati wa annallāha lā yahdil-qaumal-kāfirīn

Artinya: Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.

Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kedustaan tiada lain hanyalah orang yang mengucapkan kata-kata kekafiran dan telah murtad meninggalkan keimanannya. Maka kemurkaan dari Allah akan menimpa mereka kecuali orang yang dipaksa mengucapkan kata-kata kekafiran, lalu mengucapkannya lantaran takut akan binasa, sedang hatinya tetap teguh di atas keimanan, maka tidak ada celaan atas dirinya. Akan tetapi orang yang mengucapkan kata-kata kekafiran, sedang hatinya tenang-tenang saja dengannya, maka mereka mendapatkan kemurkaan besar dari Allah , dan bagi mereka siksaan yang besar. Demikian itu, disebabkan oleh kehendak mereka untuk mengedepankan dunia dan pesonanya dan mengutamkannya diatas akhirat dan balasan pahalanya. Dan bahwasannya Allah tidak memberikan hidayah kepada orang-orang kafir, dan tidak mencurahkan taufik kepada mereka menuju kebenaran dan jalan lurus. (Tafsir al-Muyassar)

Mereka murtad dari Islam karena mereka mementingkan kepentingan dunia yang mereka dapatkan sebagai balasan atas kekufuran mereka di atas pahala Akhirat. Dan Allah tidak membimbing kaum yang kafir menuju keimanan, tetapi sebaliknya menghinakan mereka. (Tafsir al-Mukhtashar)

Kekufuran setelah keimanan dan azab yang agung itu disebabkan karena kecenderungan mereka terhadap dunia daripada akhirat. Dan kecintaan mereka yang dahsyat terhadap kehidupan dunia itu membutakan mereka dari cinta terhadap sesuatu yang bisa menyelamatkan mereka dari azab akhirat. Dan karena Allah itu tidak menolong orang-orang kafir untuk beriman (Tafsir al-Wajiz)

ذلك (Yang demikian itu) Yakni kekafiran setelah keimanan. بأنهم استحبوا الحياة الدنيا (disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia) Yakni akibat kehidupan dunia yang lebih mereka utamakan. وأن الله لا يهدي القوم الكافرين (dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir) Yakni tidak memberi mereka petunjuk kepada keimanan kepada-Nya. (Zubdatut Tafsir)

وَٱدْخُلِى جَنَّتِى

Arab-Latin: wadkhulī jannatī

Artinya: masuklah ke dalam surga-Ku.

Wahai jiwa yang tenang dengan zikir dan iman kepada Allah, dan juga tenang dengan apa yang Allah siapakan bagi orang orang yang beriman,yaitu nikmat surga, Pulanglah kepada tuhanmu dalam keadaan ridha dengan pemuliaan dari Allah kepadamu,dan Allah telah meridhaimu, Masuklah kedalam robongan hamba-hamba Allah yang shalih, Masuklah kedalam surgaku bersama mereka. (Tafsir al-Muyassar)

Masuklah bersama mereka ke dalam surga-Ku yang Aku siapkan untuk mereka.” (Tafsir al-Mukhtashar)

Masuklah ke dalam surgaKu yang sangat luas bersama mereka. Ibnu Abu Hatim dari Buraidah tentang firmanNya: {Ya Ayyatuhan Nafsu} [27] berkata: “Ayat ini diturunkan untuk Hamzah” sedangkan Ibnu Abbas berkata: ”Ayat ini diturunkan untuk Utsman ketika membeli sumur Ruma untuk memberi minum orang-orang muslim” (Tafsir al-Wajiz)

وَادْخُلِى جَنَّتِى (masuklah ke dalam surga-Ku) Yakni masuklah bersama mereka. Ini merupakan kemuliaan yang tidak ada tandingannya. (Zubdatut Tafsir)

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikian beragam penjabaran dari beragam mufassir terhadap makna dan arti ayat penenang hati (arab, latin, artinya), moga-moga menambah kebaikan bagi ummat. Sokonglah perjuangan kami dengan memberi hyperlink ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Bacaan Cukup Banyak Dicari

Telaah ratusan konten yang cukup banyak dicari, seperti surat/ayat: At-Thalaq, Ali ‘Imran 139, Al-Hadid 20, Al-Baqarah 45, Al-Baqarah 43, Ad-Dukhan. Serta Al-Qamar 49, Al-Ma’idah 8, Al-Isra 25, Al-Jin, Ali ‘Imran 97, Tentang Al-Quran.

  1. At-Thalaq
  2. Ali ‘Imran 139
  3. Al-Hadid 20
  4. Al-Baqarah 45
  5. Al-Baqarah 43
  6. Ad-Dukhan
  7. Al-Qamar 49
  8. Al-Ma’idah 8
  9. Al-Isra 25
  10. Al-Jin
  11. Ali ‘Imran 97
  12. Tentang Al-Quran

Pencarian: ...

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: