Ayat Tentang Menuntut Ilmu

وَأَمَّا ٱلْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِى ٱلْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُۥ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُۥ عَنْ أَمْرِى ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا

Arab-Latin: wa ammal-jidāru fa kāna ligulāmaini yatīmaini fil-madīnati wa kāna taḥtahụ kanzul lahumā wa kāna abụhumā ṣāliḥā, fa arāda rabbuka ay yablugā asyuddahumā wa yastakhrijā kanzahumā raḥmatam mir rabbik, wa mā fa'altuhụ 'an amrī, żālika ta`wīlu mā lam tasṭi' 'alaihi ṣabrā

Artinya: Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".

فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَيَآ أَهْلَ قَرْيَةٍ ٱسْتَطْعَمَآ أَهْلَهَا فَأَبَوْا۟ أَن يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَن يَنقَضَّ فَأَقَامَهُۥ ۖ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا

Arab-Latin: fanṭalaqā, ḥattā iżā atayā ahla qaryatinistaṭ'amā ahlahā fa abau ay yuḍayyifụhumā fa wajadā fīhā jidāray yurīdu ay yangqaḍḍa fa aqāmah, qāla lau syi`ta lattakhażta 'alaihi ajrā

Artinya: Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Menarik Tentang Ayat Tentang Menuntut Ilmu

Terdokumentasikan pelbagai penjabaran dari berbagai ahli tafsir terkait isi ayat tentang menuntut ilmu, sebagiannya sebagaimana di bawah ini:

Maka musa dan khadir berjalan hingga menjumpai penduduk suatu kampung. Mereka berdua meminta makanan sebagai jamuan bagi mereka berdua, akan tetapi penduduk kampung tersebut menolak untuk menjamu mereka berdua. Kemudian mereka mendapati di sana ada dinding miring yang hampir-hampir roboh. Maka khadir menegakannya hingga berdiri lurus. Musa berkata kepadanya, ”jika engkau mau engkau bisa mengambil upah atas pekerjaan itu yang dapat engkau pergunakan untuk mendapatkan makanan untuk kita, karena mereka tidak memberikan jamuan kepada kita. ” (Tafsir al-Muyassar)

Maka keduanya melanjutkan perjalanan, hingga ketika keduanya sampai pada suatu negeri, mereka berdua meminta dari penduduk negeri tersebut untuk dijamu, tetapi mereka enggan menjamu mereka berdua. Kemudian di negeri tersebut, keduanya mendapatkan satu dinding rumah yang miring dan hampir jatuh dan roboh, maka Khaḍir segera memperbaikinya hingga berdiri tegak. Melihat hal ini, Musa berkata kepada Khaḍir, "Jika engkau mau niscaya engkau dapat meminta imbalan dari pembetulan dinding ini karena kita memerlukan imbalan tersebut setelah mereka enggan menjamu kita." (Tafsir al-Mukhtashar)

Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, dikatakan negeri itu adalah Abalah atau Anthakiyah. Mereka berdua minta jamuan makan kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapati sebuah dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu seperti semula. Kemudian. Dijelaskan dalam hadis sahih bahwasannya Nabi Khidhir mengusap dinding itu dengan tangannya, setelah dinding itu tegak lagi Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu sehingga kita bisa makan" (Tafsir al-Wajiz)

فانطلقا حتى إذا أتيا أهل قرية (Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri) Terdapat pendapat mengatakan negeri tersebut adalah kota Eilat. استطعما أهلها فأبوا أن يضيفوهما (mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka) Yakni mereka enggan memberi mereka berdua jamuan yang menjadi hak bagi tamu. فوجدا فيمها جدارا يريد أن ينقض فأقامه (kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu) Khidhir melihat dinding itu miring, lalu ia memperbaikinya seperti sedia kala. Dalam hadits disebutkan bahwa Khidhir hanya mengelus dinding tersebut dengan tangannya, dan dinding tersebut menjadi tegak kembali. قال (dia berkata) Nabi Musa berkata. لو شئت لاتخذت عليه أجرا (Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu) Yakni upah atas perbaikan dinding tersebut sehingga menjadi tegak kembali, sehingga kita dapat mempunyai sesuatu untuk membeli makanan. (Zubdatut Tafsir)

فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلْمَلِكُ ٱلْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِٱلْقُرْءَانِ مِن قَبْلِ أَن يُقْضَىٰٓ إِلَيْكَ وَحْيُهُۥ ۖ وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا

Arab-Latin: fa ta'ālallāhul-malikul-ḥaqq, wa lā ta'jal bil-qur`āni ming qabli ay yuqḍā ilaika waḥyuhụ wa qur rabbi zidnī 'ilmā

Artinya: Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".

Allah maha bersih, tinggi dan suci dari semua kekurangan, Dia Raja Yang kekuasaaNya mengalahkan semua penguasa dan tirani, Yang mengendalikan segala sesuatu, Yang Mahabenar, janjiNya benar, ancamanNya benar, dan tiap-tiap sesuatu dariNya adalah kebenaran. Dan janganlah kamu teegesa-gesa (wahai Rasul) untuk mendahului Jibril dalam menerima al-Qur’an sebelim dia tuntas darinya. Dan katakanlah, “Wahai Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu disamping ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku.” (Tafsir al-Muyassar)

Maka Mahatinggi Allah lagi Mahasuci, Raja yang menguasai segala sesuatu, Raja yang sebenar-benarnya, dan firman-Nya adalah benar, Dia Maha Suci dari apa yang disandarkan orang-orang musyrik terhadap-Nya. Maka janganlah engkau tergesa-gesa -wahai Rasul- dalam membaca Al-Qur`ān bersama Jibril sebelum ia selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah aku ilmu lain di samping ilmu yang telah Engkau ajarkan padaku." (Tafsir al-Mukhtashar)

Maha Agung Allah Dzat yang Maha Merajai, lagi Maha Benar Dzat dan SifatNya dari bentuk karakter para makhluk dan dari apa yang dikatakan orang-orang musyrik. Dan janganlah tergesa-gesa wahai Nabi dalam membaca Al-Qur’an ketika diturunkan sampai sempurna wahyu (yang diturunkan) itu, dan sampai Jibril telah selesai menyampaikannya kepadamu. Dan katakanlah: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmu sampai aku mendapatkan banyak ilmu sebagai ganti ketergesa-gesaanku.” As-Sadi berkata: “Suatu ketika Nabi SAW saat menerima Al-Qur’an dari Jibril, beliau kesulitan menghafalnya, sehingga itu menyulitkan dirinya, dan beliau takut Jibril segera naik (pergi), sedangkan beliau belum menghafalnya. Kemudian turunlah ayat ini” (Tafsir al-Wajiz)

فَتَعٰلَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۗ (Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya) Maha Tinggi Allah dari keingkaran orang yang mengingkari-Nya dan dari ucapan orang-orang musyrik tentang sifat-Nya. Dia-lah Raja yang sebenarnya, di tangan-Nya lah pahala dan siksaan. وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْءَانِ مِن قَبْلِ أَن يُقْضَىٰٓ إِلَيْكَ وَحْيُهُۥ ۖ( dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu) Ketika itu Rasulullah mendahului Jibril, yakni beliau mulai membaca sebelum Jibril selesai membacakan wahyu karena beliau sangat perhatian kepada wahyu yang diturunkan, maka Allah melarang hal ini. وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا (dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”) Yakni mintalah Tuhanmu agar menambah ilmumu. (Zubdatut Tafsir)

قَالَ هَٰذَا فِرَاقُ بَيْنِى وَبَيْنِكَ ۚ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا

Arab-Latin: qāla hāżā firāqu bainī wa bainik, sa`unabbi`uka bita`wīli mā lam tastaṭi' 'alaihi ṣabrā

Artinya: Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.

Khadir berkata kepada musa, ”ini adalah saat perpisahan antara aku dan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang engkau ingkari terhadapku dari tindakan-tindakan yang aku perbuat dan yang engkau tidak mampu bersabar untuk tidak menanyakannya dan mengingkariku terhadapnya. (Tafsir al-Muyassar)

Khaḍir lalu berkata kepada Musa, "Sikap keberatanmu terhadap diriku yang enggan meminta imbalan atas perbaikan dinding ini adalah titik pemisah antara diriku dan dirimu, dan aku akan menjelaskan padamu keterangan dan maksud perbuatan yang engkau tidak sanggup bersabar ketika menyaksikan diriku melakukannya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Khidhr berkata kepada Musa: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu setelah engkau mengingkari kesepakatan kita untuk ketiga kalinya. Akan kuberitahukan kepadamu maksud setiap perbuatan yang telah aku lakukan, yang kamu tidak sabar atas perbuatanku itu (Tafsir al-Wajiz)

قَالَ (dia berkata) Khidhir berkata. هٰذَا فِرَاقُ بَيْنِى وَبَيْنِكَ ۚ(Inilah perpisahan antara aku dengan kamu) Yakni ucapanmu untuk mengingkariku karena tidak mengambil upah adalah pemisah diantara kita. سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا(kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya) Makna (التأويل) yakni tafsir dan penjelasan tentang tujuan perbuatan-perbuatan Khidhir yang selalu diingkari Nabi Musa. (Zubdatut Tafsir)

ٱللَّهُ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ لِتَسْكُنُوا۟ فِيهِ وَٱلنَّهَارَ مُبْصِرًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ

Arab-Latin: allāhullażī ja'ala lakumul-laila litaskunụ fīhi wan-nahāra mubṣirā, innallāha lażụ faḍlin 'alan-nāsi wa lākinna akṡaran-nāsi lā yasykurụn

Artinya: Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.

Hanya Allah semata yang menjadikan malam untuk kalian agar kalian bisa tenang di dalamnya dan mengambil jatah istirahat dengan baik, dan Allah menjadikan siang bersinar sehingga kalian bisa mencari penghidupan kalian. Sesungguhnya Allah benar-benar memiliki karunia yang besar atas manusia, akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak mensyukuri Allah dengan menaatiNya dan mengikhlaskan ibadah hanya kepadaNya. (Tafsir al-Muyassar)

Allah yang menjadikan untuk kalian malam gelap agar kalian bisa beristirahat dengan tenang. Dan Allah yang menjadikan siang terang benderang agar kalian bisa bekerja padanya. Sesungguhnya Allah adalah Pemilik karunia yang besar atas manusia manakala Dia mencurahkan kepada mereka nikmat-nikmat-Nya yang lahir dan yang batin, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri-Nya terkait kenikmatan yang Dia berikan kepada mereka. (Tafsir al-Mukhtashar)

Allah adalah Dzat yang menciptakan malam gelap bagi kalian agar kalian bisa beristirahat di dalamnya dari lelahnya pekerjaan dan usaha di siang hari. Dia juga menciptakan siang yang cerah bagi kalian agar kalian bisa melihat pekerjaan dan kebutuhan kalian. Sesungguhnya Allah adalah pemilik keutamaan yang agung yang diberikan kepada manusia berupa nikmat yang sangat tak terhitung banyaknya, namun kebanyakan manusia tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat ini, tidak mengimaniNya dan tidak menaati apa yang diperintahkan olehNya. (Tafsir al-Wajiz)

اللهُ الَّذِى جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ لِتَسْكُنُوا۟ فِيهِ (Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya) Yakni agar kalian berhenti dari kegiatan kalian mencari penghidupan, karena Allah telah menjadikannya gelap dan sejuk sehingga sesuai untuk beristirahat dengan tenang. وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا ۚ( dan menjadikan siang terang benderang) Yakni bercahaya, agar kalian dapat melihat kebutuhan-kebutuhan kalian dan beraktifitas untuk mencari nafkah. إِنَّ اللهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ(Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyal karunia yang dilimpahkan atas manusia) Yakni Allah mengaruniakan mereka nikmat-nikmat yang tidak terhitung. وَلٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ(akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur) Yakni tidak mensyukuri nikmat-nikmat-Nya, baik itu dengan keingkaran mereka atau dengan kelalaian mereka untuk memikirkan kenikmatan Allah yang wajib mereka syukuri. (Zubdatut Tafsir)

وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Arab-Latin: wa huwallażī khalaqal-laila wan-nahāra wasy-syamsa wal-qamar, kullun fī falakiy yasbaḥụn

Artinya: Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

Dan Allah, Dia-lah yang menciptakan malam agar manusia dapat beristirahat padanya dan siang hari supaya mereka dapat mencari penghidupan di dalamnya. Dan Dia menciptakan matahari sebagai pertanda bagi siang hari dan bulan sebagai pertanda untuk waktu malam. Dan masing-masing memiliki garis edar tempat ia berjalan dan beredar, tanpa melenceng darinya. (Tafsir al-Muyassar)

Dia sendiri lah yang menciptakan malam sebagai waktu istrahat, dan meciptakan siang sebagai waktu untuk mencari rezeki, juga menciptakan matahari sebagai pertanda adanya siang, dan bulan sebagai pertanda adanya malam, Keduanya matahari dan bulan ini masing-masing beredar pada garis edarnya, tidak bergeser dan tidak pula berpindah darinya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Penjelasan ayat itu yaitu bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan malam dan siang, serta matahari dan bulan. Masing-masing keduanya beputar dalam siklus yang ditentukan untuknya. Mereka berjalan dengan tenang seperti sedang berenang di air. Fiil paling terakhir mengumpulkan setiap peredaran siang dan malam menggunakan pengibaratan yang terus berlanjut. (Tafsir al-Wajiz)

كُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya) Yakni masing-masing dari matahari, bulan, dan bintang beredar di angkasa pada orbitnya tersendiri. Orbit adalah garis edar yang berbentuk lingkaran; benda-benda tersebut beredar pada orbit itu seperti orang yang berenang dalam air. (Zubdatut Tafsir)

۞ إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَىٰ مِن ثُلُثَىِ ٱلَّيْلِ وَنِصْفَهُۥ وَثُلُثَهُۥ وَطَآئِفَةٌ مِّنَ ٱلَّذِينَ مَعَكَ ۚ وَٱللَّهُ يُقَدِّرُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ ۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۖ فَٱقْرَءُوا۟ مَا تَيَسَّرَ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ ۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرْضَىٰ ۙ وَءَاخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِى ٱلْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ ۙ وَءَاخَرُونَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ فَٱقْرَءُوا۟ مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۚ وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقْرِضُوا۟ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَٱسْتَغْفِرُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌۢ

Arab-Latin: inna rabbaka ya'lamu annaka taqụmu adnā min ṡuluṡayil-laili wa niṣfahụ wa ṡuluṡahụ wa ṭā`ifatum minallażīna ma'ak, wallāhu yuqaddirul-laila wan-nahār, 'alima al lan tuḥṣụhu fa tāba 'alaikum faqra`ụ mā tayassara minal-qur`ān, 'alima an sayakụnu mingkum marḍā wa ākharụna yaḍribụna fil-arḍi yabtagụna min faḍlillāhi wa ākharụna yuqātilụna fī sabīlillāhi faqra`ụ mā tayassara min-hu wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta wa aqriḍullāha qarḍan ḥasanā, wa mā tuqaddimụ li`anfusikum min khairin tajidụhu 'indallāhi huwa khairaw wa a'ẓama ajrā, wastagfirullāh, innallāha gafụrur raḥīm

Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sesungguhnya Tuhanmu (wahai Nabi) mengetahui bahwa kamu shalat tahajjud di malam hari, terkadang kurang dari dua pertiga malam, terkadang setengah malam, terkadang sepertiga malam. Sebagian sahabatmu juga shalat malam bersamamu. Hanya Allah semata yang menetapkan ukuran malam dan siang, dan Dia mengetahui kadar keduanya, apa yang telah berlalu dari keduanya dan apa yang tersisa. Allah tahu bahwa kalian tidak mungkin shalat sepanjang malam, maka Allah meringankan atas kalian, maka bacalah dalam shalat malam ayat al-Quran yang mudah bagi kalian untuk membacanya. Allah tahu ada orang-orang yang terhalang oleh sakitnya sehingga tidak bisa shalat malam. Ada juga orang-orang yang bergerak di muka bumi untuk berniaga dan bekerja mencari rizki Allah yang halal. Ada juga orang-orang yang berjihad di jalan Allah untuk meninggikan kalimat Allah dan menyebarkan agamaNya. Bacalah ayat al-Quran yang mudah bagi kalian untuk membacanya, jagalah kewajiban shalat, tunaikanlah zakat yang wajib atas kalian, dan bersedekahlah pada jalan-jalan kebaikan dari harta kalian dalam rangka mencari WajahNya. Apa yang kalian lakukan berupa kebaikan-kebaikan dan ketaatan-ketaatan, kalian pasti akan mendapatkan balasannya di sisi Allah pada Hari Kiamat lebih baik dari apa yang kalian lakukan, dan lebih besar balasannya. Carilah ampunan Allah dalam segala keadaan kalian, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap kalian. (Tafsir al-Muyassar)

Sesungguhnya Rabbmu -wahai Rasul- mengetahui bahwa kamu kadang-kadang mengerjakan salat kurang dari dua pertiga malam, kadang-kadang salat setengah malam dan kadang-kadang sepertiga malam, dan demikian pula segolongan orang-orang beriman yang bersamamu mengerjakan salat malam. Allah menetapkan ukuran malam dan siang serta menghitung waktu-waktunya. Allah -Subḥānahu- mengetahui bahwa kalian tidak bisa mengitung dan memastikan batas waktunya, lalu kalian merasa berat untuk mendirikan salat pada sebagian besar waktunya demi mencapai apa yang diminta, karena itulah Allah mengampuni kalian. Maka salatlah pada malam hari yang mudah bagi kalian. Allah mengetahui bahwa di antara kalian -wahai orang-orang yang beriman- ada yang akan sakit, mendapat kesulitan karena penyakitnya, dan yang lain bepergian untuk mencari rezeki dari Allah, serta yang lain lagi pergi untuk memerangi orang-orang kafir demi mencari keridaan Allah dan agar menjadikan kalimat Allah sebagai yang tertinggi. Mereka ini merasa kesulitan untuk mengerjakan salat malam, maka salatlah pada malam hari yang mudah bagi kalian. Kerjakanlah salat wajib dengan sempurna, keluarkan zakat harta kalian, sedekahkan sebagian harta kalian di jalan Allah. Dan setiap kebaikan yang kalian kerjakan untuk diri kalian niscaya kalian akan mendapatinya lebih baik dan pahalanya lebih besar. Dan mintalah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi hamba-Nya yang meminta ampunan dan Maha Penyayang terhadap mereka. (Tafsir al-Mukhtashar)

Wahai Rasul, sesungguhnya Tuhanmu itu Maha Tahu bahwa engkau bangun malam hari untuk qiyamul lail. Terkadang lebih sedikit dari sepertiga malam, terkadang separuh dari sepertiga malam, dan juga sepertiga dari sepertiga malam. Sehingga beberapa sahabatmu pun ikut mendirikan shalat malam bersamamu. Allah Maha Tahu ukuran waktu-waktu malam dan siang, juga menghitung waktu-waktu itu dengan rinci. Allah Tahu bahwa engkau tidak akan bisa menentukan batas-batas waktu malam dan siang dengan rinci, yang membuatmu kesulitan dalam mendirikan shalat malam. Sehingga Allah memberikan keringanan kepada engkau agar memudahkanmu. Maka shalatlah disertai dengan membaca ayat Al-quran yang mudah bagimu. Ayat ini me-nasakh/menghapus hukum bahwa shalat malam itu wajib bagi ummat. Allah tahu bahwa akan ada di antara umat Islam yang akan sakit dan tidak mampu mengerjakan kewajiban tersebut. Juga ada yang akan melakukan perjalanan jauh seperti keperluan untuk berdagang untuk mencari rizki Allah. Ada juga yang berjuang untuk keperluan dakwah kepada Agama Allah dan kebenaran. Maka shalatlah dengan bacaan Al-quran yang menurutmu mudah bagimu. Penyebutan keringanan yang kedua adalah untuk sebab kesulitan mendirikan shalat malam yang lain yaitu perjalanan jauh, sakit dan berjuang di jalan Allah. Maka laksanankanlah shalat fardhu tepat waktu dengan menyempurnakan rukun-rukunnya. Tunaikanlah zakat kepada orang yang berhak menerimanya. Belanjakanlah kelebihan dari hartamu dalam kebaikan. Berikanlah pinjaman yang baik dengan sukarela hanya untuk mengharap keridhoan Allah. Wahai orang-orang yang beriman, amal kebaikan apapun yang engkau kerjakan untuk dirimu sendiri akan mendapat balasan yang paling baik dari Allah. Mintalah ampunan kepada Allah atas dosa-dosa kalian. Sungguh Allah Maha Pengampun kepada para hamba-Nya yang meminta ampunan, dan Maha Mencurahkan rahmat kepada para hamba-Nya yang memohon rahmat. (Tafsir al-Wajiz)

إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَىٰ مِن ثُلُثَىِ الَّيْلِ وَنِصْفَهُۥ وَثُلُثَهُۥ (Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya) Yakni Allah mengetahui bahwa Rasulullah terkadang mendirikan shalat malam kurang dari dua pertiga malam, atau setelah malam, atau juga sepertiganya, sebagaimana yang Allah perintahkan kepadanya di awal surat ini. وَطَآئِفَةٌ مِّنَ الَّذِينَ مَعَكَ ۚ( dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu) Yakni dan sebagian sahabatmu juga mendirikannya dengan kadar waktu tersebut. وَاللَّـهُ يُقَدِّرُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ( Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang) Yakni Allah mengetahui kadar siang dan malam dengan pasti, sehingga Dia juga mengetahui seberapa kadar kalian mendirikan shalat malam. عَلِمَ أَن لَّن تُحْصُوهُ(Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu) Yakni kalian tidak akan mampu mengetahui kadar siang dan malam dengan pasti. Pendapat lain mengatakan: yakni Allah mengetahui kalian tidak akan mampu mendirikan shalat malam semalam penuh. فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۖ( maka Dia memberi keringanan kepadamu) Yakni mengampuni kalian dan memberi kalian keringanan untuk tidak mendirikan shalat malam apabila kalian tidak mampu; Allah mengubah bagi kalian hal berat menjadi ringan, dan yang sulit menjadi mudah. فَاقْرَءُوا۟ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْءَانِ ۚ( karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran) Yakni maka bacalah apa yang ringan dan mudah bagi kalian tanpa terikat seberapa lama kalian mengerjakannya. Ayat ini adalah ayat yang menghapus (menasakh) hukum tentang kewajiban mendirikan shalat malam bagi umat Islam. عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرْضَىٰ (Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit) Sehingga kalian tidak dapat mendirikan shalat malam. وَءَاخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِى الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِن فَضْلِ اللَّـهِ ۙ( dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah) Yakni bepergian untuk berdagang dan mencari keuntungan, demi mengais rezeki yang kalian butuhkan, sehingga kalian tidak mampu mendirikan shalat malam. وَءَاخَرُونَ يُقٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ اللَّـهِ (dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah) Yakni orang-orang yang berjihad, tidak mampu melakukan shalat malam. Ayat ini diturunkan sebelum diwajibkannya melakukan jihad, yang diwajibkan di Madinah. Dalam ayat ini Allah menyebutkan tiga sebab disyariatkannya keringanan ini, namun Allah menghapus kewajiban shalat malam bagi seluruh umat Islam karena sebab-sebab ini yang dimiliki oleh sebagian umat. فَاقْرَءُوا۟ مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۚ وَأَقِيمُوا۟ الصَّلَوٰةَ(maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang) Yakni dirikanlah shalat wajib lima waktu. وَءَاتُوا۟ الزَّكَوٰةَ(tunaikanlah zakat) Yakni zakat yang wajib dari harta kalian. Pendapat lain mengatakan: yakni segala perbuatan baik. وَأَقْرِضُوا۟ اللَّـهَ قَرْضًا حَسَنًا ۚ( dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik) Yakni keluarkanlah harta kalian di jalan kebaikan dengan menafkahkannya untuk keluarga, kepentingan jihad, dan zakat yang wajib. وَمَا تُقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ(Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu) Yakni segala perbuatan baik yang telah disebutkan dan yang belum disebutkan. تَجِدُوهُ عِندَ اللَّـهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ( niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya) Yakni lebih baik daripada harta yang kalian infakkan dengan menunggu datangnya kematian, atau yang kalian wasiatkan untuk diinfakkan setelah kematian kalian. (Zubdatut Tafsir)

أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ ۖ فَإِذَا جَآءَ ٱلْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَٱلَّذِى يُغْشَىٰ عَلَيْهِ مِنَ ٱلْمَوْتِ ۖ فَإِذَا ذَهَبَ ٱلْخَوْفُ سَلَقُوكُم بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى ٱلْخَيْرِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا۟ فَأَحْبَطَ ٱللَّهُ أَعْمَٰلَهُمْ ۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرًا

Arab-Latin: asyiḥḥatan 'alaikum fa iżā jā`al-khaufu ra`aitahum yanẓurụna ilaika tadụru a'yunuhum kallażī yugsyā 'alaihi minal-maụt, fa iżā żahabal-khaufu salaqụkum bi`alsinatin ḥidādin asyiḥḥatan 'alal-khaīr, ulā`ika lam yu`minụ fa aḥbaṭallāhu a'mālahum, wa kāna żālika 'alallāhi yasīrā

Artinya: Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang bakhil terhadap kalian (wahai orang-orang yang beriman), baik dengan harta mereka, jiwa, usaha dan cinta mereka, karena di dalam hati mereka tertanam permusuhan dan iri dengki, karena mencintai kehidupan dan memberi kematian. Bila mereka ikut dalam berperang, mereka takut mati dan kamu melihat mereka melihat kepadamu, mata mereka berputar-putar karena mereka kehilangan akal mereka, mereka takut kepada kematian dan berlari darinya, seperti berputarnya mata orang yang mengalami sakaratul maut. Bila perang telah usai dan ketakutan telah sirna, maka mereka menuduh kalian dengan kata-kata yang pedas, dan kamu melihat mereka saat pembagian harta rampasan perang sebagai orang-orang yang hasad dan bakhil. Mereka adalah orang-orang yang tidak beriman dengan hati mereka, maka Allah melenyapkan pahala amal mereka, dan hal itu adalah mudah bagi Allah. (Tafsir al-Muyassar)

Mereka pelit menggunakan harta mereka untuk kalian -wahai orang-orang yang beriman-, sehingga mereka tidak menolong kalian dengan harta tersebut. Mereka juga pelit dengan jiwa mereka sendiri sehingga tidak mau berperang bersama kalian, dan mereka juga pelit dengan rasa cinta mereka sehingga mereka tidak mencintai kalian. Tatkala datang rasa takut kepada mereka saat sedang menghadapi musuh, engkau lihat mereka memandangmu -wahai Rasul- sementara mata mereka berputar-putar karena ketakutan seperti perputaran mata yang sedang menghadapi sakaratul maut. Lalu jika rasa takut sudah pergi dan mereka sudah merasa tenang, mereka menyakiti kalian dengan lidah-lidah mereka yang tajam karena ketamakan mereka terhadap rampasan perang yang mereka inginkan. Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat demikian ini bukanlah orang yang beriman dengan sesungguhnya, maka Allah membatalkan pahala amal mereka. Dan sesungguhnya membatalkan pahala amal mereka adalah hal yang mudah bagi Allah. (Tafsir al-Mukhtashar)

Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik, mata mereka ke kiri dan ke kanan seperti orang yang pingsan karena akan mati. Namun apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam seperti besi, mereka menginginkan harta rampasa perang. Mereka berbantahan dengan orang muslim tentang pembagiannya. Mereka sesungguhnya beriman, namun munafik. Sehingga Allah membatalkan pahala amal dan perang mereka, karena tidak diiringi dengan keimanan Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Tafsir al-Wajiz)

أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ ۖ (Mereka bakhil terhadapmu) Yakni mereka pelit terhadap kalian, mereka tidak membantu kalian menggali parit dan tidak pula menafkahkan harta mereka di jalan Allah. فَإِذَا جَآءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ(apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik) Yakni menggerakkan mata mereka ke kiri dan ke kanan, dan ini adalah sikap pengecut jika menyaksikan sesuatu yang ia takutii. كَالَّذِى يُغْشَىٰ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ ۖ( seperti orang yang pingsan karena akan mati) Yakni seperti mata milik orang yang didatangi kematian yang mengangkat pandangannya ke atas tanpa berkedip. فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُم بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ(dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam) Yakni ketika mereka telah aman, mereka menyakiti kalian dengan perkataan dari lisan mereka yang tajam dan menyakitkan. Dalam keadaan aman mereka adalah orang yang paling pelit dan paling tajam lisannya, dan ketika dalam peperangan mereka adalah orang yang paling penakut dan pengecut. أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ ۚ( sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan) Yakni bakhil terhadap ghanimah yang mereka dapatkan. Pendapat lain mengatakan, yakni terhadap harta untuk mereka infakkan di jalan Allah. أُو۟لٰٓئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا۟( Mereka itu tidak beriman) Namun mereka adalah orang-orang munafik. فَأَحْبَطَ اللهُ أَعْمٰلَهُمْ ۚ( maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya) Allah menghapus pahala jihad mereka, sebab tidak dilandasi dengan iman. وَكَانَ ذٰلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرًا(Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah) Yakni kemunafikan mereka sangat remeh bagi Allah. (Zubdatut Tafsir)

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰٓ

Arab-Latin: 'abasa wa tawallā

Artinya: Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,

Terlihat perubahan dan rona masam Rasulullah sholallohu alaihi wasallam dan dia berpaling. Nabi berpaling karena seorang laki-laki buta (yaitu Abdullah bin ummi maktum) datang meminta bimbingan. Saat itu Rasulullah ssolallohu alaihi wasallam sedang sibuk mendakwahi para pembesar quraisy kepada islam. (Tafsir al-Muyassar)

Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengerutkan wajahnya dan beliau berpaling. (Tafsir al-Mukhtashar)

Wajah Nabi SAW masam sebab sulitnya atau kerepotan menyampaikan ajakan iman kepada para pembesar kaumnya. Diriwayatkan dari Tirmidzi dan Hakim dari ‘Aisyah radliyallahu ‘anha, beliau berkata: Allah menurunkan ayat Abasa wa tawalla, Muhammad berwajah masam dan berpaling terhadap Ibnu Ummi Maktum yang buta. Rasul datang, kemudian dia bertanya kepada Rasul: “Wahai Rasulullah, beri aku petunjuk.” Bertepatan saat itu Rasul tengah memberi arahan pembesar kaum musyrik yang menyebabkan Rasul menolaknya, namun di sisi lain menerima/memberi petunjuk kepada yang lain. Ibnu Ummi Maktum lantas berkata kepada Nabi SAW: “Apakah menurutmu apa yang aku katakan tadi suatu kejelekan?”, Nabi SAW menjawab: “Tidak.” Maka turunlah ayat ini (Tafsir al-Wajiz)

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰٓ (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling) Yakni Rasulullah menekuk wajahnya dan berpaling. (Zubdatut Tafsir)

۞ وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ ٱلْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Arab-Latin: wa laqad waṣṣalnā lahumul-qaula la'allahum yatażakkarụn

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran.

Dan sungguh Kami telah menguraikan dengan rinci dan menerangkan al-Qur’an sebagai rahmat bagi kaummu, wahai Rasul, mudah-mudahan mereka mau mengingat-ingat dan mengambil pelajaran darinya. (Tafsir al-Muyassar)

Kami telah menyampaikan kepada orang-orang musyrik dan orang-orang Yahudi dari Bani Israel cerita tentang umat-umat terdahulu dan hukuman yang Kami timpakan kepada mereka tatkala mereka mendustakan para Rasul Kami dengan harapan mereka bisa mengambil pelajaran dari hal itu lalu mereka beriman sehingga tidak ditimpa apa yang telah menimpa umat-umat terdahulu. (Tafsir al-Mukhtashar)

Sungguh Kami menurunkan Al-Qur’an secara berturut-turut supaya isinya saling berhubungan. Dan Kami mengutus satu per satu rasul kepada manusia. Barangkali mereka mau mengambil pelajaran, lalu beriman dan taat. (Tafsir al-Wajiz)

وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ (Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al Quran) kepada mereka) Yakni Kami menurunkannya berturut-turut dan Kami utus satu Rasul setelah Rasul yang lain dan setiap Rasul itu saling membenarkan rasul-rasul sebelumnya. لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ(agar mereka mendapat pelajaran) Karena takut akan diturunkan azab sebagaimana azab yang diturunkan kepada orang-orang sebelum mereka. (Zubdatut Tafsir)

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikian pelbagai penjelasan dari banyak ulama tafsir terhadap isi dan arti ayat tentang menuntut ilmu (arab, latin, artinya), moga-moga membawa manfaat bagi kita. Bantulah kemajuan kami dengan memberi tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Konten Paling Banyak Dibaca

Tersedia ratusan topik yang paling banyak dibaca, seperti surat/ayat: Al-Ma’idah 8, Ali ‘Imran 139, Al-Isra 25, Al-Qamar 49, Al-Baqarah 43, Al-Hadid 20. Ada juga Ali ‘Imran 97, Al-Baqarah 45, Ad-Dukhan, At-Thalaq, Tentang Al-Quran, Al-Jin.

  1. Al-Ma’idah 8
  2. Ali ‘Imran 139
  3. Al-Isra 25
  4. Al-Qamar 49
  5. Al-Baqarah 43
  6. Al-Hadid 20
  7. Ali ‘Imran 97
  8. Al-Baqarah 45
  9. Ad-Dukhan
  10. At-Thalaq
  11. Tentang Al-Quran
  12. Al-Jin

Pencarian: ...

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.