Ayat Tujuh (7)
Di antara hal yang sering dibaca oleh masyarakat di Indonesia adalah ayat tujuh (7), yaitu kumpulan tujuh ayat yang disebutkan memiliki khasiat tertentu jika dibaca dengan jumlah tertentu atau dengan cara tertentu.
Entah dari mana sumber penjelasan bahwa ayat-ayat tersebut memiliki khasiat tertentu, sejauh yang kami tahu selama ini tidak ada dalil yang shahih tentang hal tersebut. Karenanya, jika tidak ada dalil yang shahih tentu tidak layak untuk kita amalkan karena bisa jadi termasuk bid’ah yakni membuat-buat tatacara ibadah tertentu yang tidak dijelaskan di dalam agama Islam atau dikenal sebagai bid’ah. Karenanya kami sarankan untuk tidak mengamalkan hal tersebut.
Adapun jika ingin mengetahui tafsir atau isi kandungan penjelasan dari ayat-ayat tersebut, maka silakan saja. Berikut penjelasannya:
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ
Arab-Latin: qul lay yuṣībanā illā mā kataballāhu lanā, huwa maulānā wa 'alallāhi falyatawakkalil-mu`minụn
Artinya: Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal".
وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَآدَّ لِفَضْلِهِۦ ۚ يُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Arab-Latin: wa iy yamsaskallāhu biḍurrin fa lā kāsyifa lahū illā huw, wa iy yuridka bikhairin fa lā rādda lifaḍlih, yuṣību bihī may yasyā`u min 'ibādih, wa huwal-gafụrur-raḥīm
Artinya: Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Tentang Ayat Tujuh (7)
Terdokumentasi beraneka penjabaran dari kalangan mufassir berkaitan isi ayat tujuh (7), sebagiannya sebagaimana berikut:
Dan apabila Allah menimpakan padamu (wahai rasul), sebuah kesulitan atau bencana, maka tidak ada yang kuasa menghilangkannya kecuali Allah, . Dan kalau Dia menghendaki kehidupan nyaman bagimu atau kenikmatan, tidak ada seorangpun yang dapat menghambatnya darimu. Allah menimpakan kesenangan dan kesulitan kepada orang yang Dia kehendaki dari hamba-hambaNYa. Dan Dia mahapengampun terhadap dosa-dosa orang yang bertaubat kepadaNya lagi mahapenyayang terhadap orang yang beriman dan taat kepadaNya. (Tafsir al-Muyassar)
Jika Allah mengujimu -wahai Rasul- dengan ujian tertentu dan engkau minta agar ujian itu disingkirkan darimu maka tidak ada yang dapat menyingkirkannya kecuali Allah. Dan jika Dia menghendaki kemakmuran untukmu maka tidak ada seorangpun yang dapat menolak anugerah-Nya. Dia memberikan anugerah-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Tidak ada seorangpun yang dapat memaksakan kehendaknya kepada Allah. Dia Maha Menerima tobat dari hamba-hamba-Nya lagi Maha Pengasih kepada mereka. (Tafsir al-Mukhtashar)
107 Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu yaitu keburukan berupa sakit atau kefakiran, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia yang menurunkannya. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu berupa nikmat dan kebahagiaan, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia Maha Pengampun lagi Maha Pengasih bagi hamba-hamba-Nya yang mau bertaubat. Maka tunduklah kepadaNya dengan berbuat taat dan hindarilah kemaksiatan. (Tafsir al-Wajiz)
وَإِن يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ (Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu) Yakni Allah adalah Dzat yang memberi manfaat dan mudharat. Jika Allah menimpakan kemudharatan kepada hamba-Nya maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia, tidak akan ada yang mampu menolaknya siapapun itu, kecuali Allah semata. وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَآدَّ لِفَضْلِهِۦ ۚ( Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya) Yaknii tidak ada yang dapat menghalanginya. Segala kebaikan dari Allah merupakan karunia dan kemurahan-Nya, bukan karena hak orang yang diberi yang wajib ditunaikan Allah, dan bagian dari karunia-Nya adalah Allah menciptakan makhluk-Nya, kemudian membaguskan rupanya, dan menempatkan mereka di bumi; dan termasuk karunianya pula hidayah yang diberikan kepada seseorang, serta kenabian yang diistimewakan bagi Nabi Muhammad yang merupakan karunia Allah yang tidak dapat dihalangi oleh siapapun. يُصِيبُ بِه(Dia memberikan kebaikan itu) Dengan karunia dan kemurahan-Nya. ۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۚ( kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya) Yang hanya disebabkan Allah hendak memilih mereka (bukan karena hak mereka yang wajib Allah tunaikan). وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ(dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) Dan termasuk hal yang diampuni oleh Allah adalah ketidakmampuan hamba-hamba-Nya dalam menghitung segala kenikmatan yang diberikan oleh-Nya. (Zubdatut Tafsir)
۞ وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Arab-Latin: wa mā min dābbatin fil-arḍi illā 'alallāhi rizquhā wa ya'lamu mustaqarrahā wa mustauda'ahā, kullun fī kitābim mubīn
Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
Sesungguhnya Allah telah menjamin rizki semua makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, sebagai bentuk karunia dariNya, dan Dia mengetahui tempat tinggalnya saat hidup dan setelah matinya, dan mengetahui tempat dimana ia akan mati. Semua itu sudah tertulis di satu kitab di sisi Allah yang sudah menerangkan semua itu. (Tafsir al-Muyassar)
Tidak ada makhluk yang hidup di bumi ini melainkan rezekinya dijamin oleh Allah sebagai wujud kemurahan-Nya kepada makhluk. Dia mengetahui tempat tinggalnya di bumi dan mengetahui tempat di mana ia akan mati. Setiap makhluk hidup bersama rezekinya, tempat tinggalnya dan tempat matinya semuanya tercatat di dalam kitab yang jelas, yaitu Lauḥ Maḥfuẓ. (Tafsir al-Mukhtashar)
Semua makhluk pun di atas bumi, baik yang melata maupun berjalan, baik manusia ataupun hewan, tidak ada satu pun melainkan Allah-lah Yang memberi rezeki. Allah memberikan rezeki dengan keutamaan, rahmat dan ihsan. Dia mengetahui tempat tinggal dan tempat penyimpanan para makhluknya, atau tempat hidup dan matinya. Semuanya telah tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (Tafsir al-Wajiz)
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللهِ رِزْقُهَا (Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya) Berupa makanan yang layak bagi hewan dengan berbagai macam jenisnya sebagai bentuk karunia dan kemurahan Allah. Ketika Allah tidak lalai dari binatang, dengan memberinya rezeki, maka bagaimana Allah akan melalaikan urusan manusia dan segala ucapan dan perbuatannya. وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا(dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu) Yakni tempat tinggalnya dalam tanah sebagai tempat persembunyiannya. وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ( dan tempat penyimpanannya) Yakni tempat dimana ia akan mati. كُلٌّ فِى كِتٰبٍ مُّبِينٍ (Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)) Yakni segala yang yang telah disebutkan itu seperti, hewan-hewan, tempat persembunyiannya, tempat ia akan mati, dan rezekinya telah tertulis dalam kitab yang jelas, yaitu dalam Lauh mahfuzh. (Zubdatut Tafsir)
إِنِّى تَوَكَّلْتُ عَلَى ٱللَّهِ رَبِّى وَرَبِّكُم ۚ مَّا مِن دَآبَّةٍ إِلَّا هُوَ ءَاخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَآ ۚ إِنَّ رَبِّى عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Arab-Latin: innī tawakkaltu 'alallāhi rabbī wa rabbikum, mā min dābbatin illā huwa ākhiżum bināṣiyatihā, inna rabbī 'alā ṣirāṭim mustaqīm
Artinya: Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus".
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, tuhanku dan tuhan kalian, pemilik segala sesuatu, yang mengendalikan urusan didalamnya, maka tidak akan ada sesuatupun yang menimpaku, kecuali dengan ketetapanNya. Dan Dia lah Dzat yang mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatupun yang berjalan di muka bumi, kecuali Allah lah pemiliknya, dia berada di bawah kekuasaan dan kendaliNya. Sesungguhnya tuhanku di atas jalan yang lurus.” Maksudnya, mahaadil dalam ketetapan, syariat, dan perintahNya. Dia akan memberikan balasan kepada orang yang berbuat baik atas tindakan kebaikannya, dan orang yang berbuat buruk atas kelakuan buruknya. (Tafsir al-Muyassar)
Sesungguhnya aku hanya berserah diri dan bersandar kepada Allah dalam segala urusanku. Karena Dia adalah Tuhanku dan juga Tuhan kalian. Semua makhluk yang melata di muka bumi ini berada di bawah kendali dan kekuasaan-Nya. Dia berhak melakukan apapun terhadapnya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Benar lagi Maha Adil. Maka Dia tidak akan membuatku berada di bawah kendali kalian. Karena aku berada di pihak yang benar dan kalian berada di pihak yang salah. (Tafsir al-Mukhtashar)
Sesungguhnya aku menyerahkan urusanku kepada Allah, Tuhanku dan kalian. Dialah yang menjagaku dari tipu daya kalian, sekalipun kalian berkorban dalam melakukan kerusakan. Tidak ada hewan yang melata di atas bumi kecuali Allah merajai, berkuasa dan menundukkannya sesuai kehendakNya, sehingga tidak ada manfaat dan kemahdharatan kecuali dengan ijinNya. Sesungguhnya aku berada di jalan kebenaran dan keadilan sehingga Allah tidak akan membuat kalian berkuasa atasku dan kalian tidak akan bisa menzalimi dan mensia-siakanku. (Tafsir al-Wajiz)
إِنِّى تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ رَبِّى وَرَبِّكُم ۚ (Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu) Karena Allah melindungiku dari tipu daya kalian, meski kalian sangat berusaha untuk memberiku mudharat. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah maka cukuplah Dia menjadi pelindungnya. مَّا مِن دَآبَّةٍ إِلَّا هُوَ ءَاخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَآ ۚ(Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya) Yakni seluruh makhluk bernyawa, dan diantaranya adalah kalian yang berada di genggaman-Nya dan dibawah kuasa-Nya dengan penuh kehinaan dan kerendahan. Dan makna dari “memegang ubun-ubunnya”, bahwa Allah adalah pemiliknya yang berkuasa atas dirinya. Dan ubun-ubun adalah batas rambut yang ada di depan kepala. إِنَّ رَبِّى عَلَىٰ صِرٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ(Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus) Yakni Dia berada dalam kebenaran dan keadilan, sehingga Dia tidak menjadikan kalian berkuasa atasku, sebab aku adalah orang beriman yang menyeru ke jalan-Nya, sedangkan kalian adalah orang-orang kafir dan berpaling dari seruan-Nya. (Zubdatut Tafsir)
وَكَأَيِّن مِّن دَآبَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَا ٱللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
Arab-Latin: wa ka`ayyim min dābbatil lā taḥmilu rizqahallāhu yarzuquhā wa iyyākum wa huwas-samī'ul-'alīm
Artinya: Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dan berapa banyak binatang yang tidak menyimpan bekal makanannya untuk keesokan harinya, sebagaimana yang dilakukan oleh keturunan Adam. Allah yang memberikan rizki kepada binatang-binatang itu dan kepada kalian. Dia Maha Mendengar ucapan-ucapan kalian, lagi Maha Mengetahui perbuatan-perbuatan kalian dan pikiran-pikiran yang terlintas di hati kalian. (Tafsir al-Muyassar)
Setiap hewan melata -meski banyak jumlahnya- hingga tidak bisa mengumpulkan rezekinya serta memikulnya, Allah lah yang memberinya rezeki dan memberi rezeki kepada kalian. Maka tidak ada alasan bagi kalian untuk tidak berhijrah karena khawatir kelaparan, dan Dia Maha Mendengar ucapan-ucapan kalian dan Maha Mengetahui segela niat dan amal perbuatan kalian, tidak ada sedikitpun dari hal itu yang luput dari-Nya, dan Dia akan memberi balasan untuk kalian. (Tafsir al-Mukhtashar)
Berapa banyak hewan melata (min untuk menjelaskan jenis sesuatu yang banyak di susunan sebelumnya, yaitu banyak hewan melata) yang tidak mampu memikul dan melindungi beban rejekinya karena lemah. Allah memberi mereka dan kalian rejeki dengan memudahkan sebab-sebab (pendapatan) rejeki dan kehidupan. Dia Maha Mendengar ucapan-ucapan kalian dan Maha Mengetahui keadaan-keadaan dan rahasia-rahasia kalian. Ayat ini diturunkan saat Nabi meminta sahabat-sahabatnya untuk berhijrah ke Madinah lalu mereka berkata: “Di sana Kami tidak memiliki rumah dan bangunan. Tidak ada pula orang yang memberi makan dan memberi minum kami.” Kemudian turunlah ayat ini (Tafsir al-Wajiz)
وَكَأَيِّن مِّن دَآبَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ (Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu) Makna ayat ini adalah: dan di dunia terdapat banyak hewan yang tidak mampu memikul rezekinya atau menyimpan rezekinya karena ia sangat lemah, namun Allah-lah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian dari karunia-Nya. Lalu mengapa kalian tidak bertawakkal kepada Allah yang Maha Kuat dan Maha Kuasa dalam mencari penghidupan sebagaimana tawakkal hewan-hewan yang lemah itu kepada Allah. Ayat ini mengandung peneguhan hati bagi orang yang hendak berhijrah yang masih ragu karena takut terhadap kemiskinan. (Zubdatut Tafsir)
مَّا يَفْتَحِ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُۥ مِنۢ بَعْدِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
Arab-Latin: mā yaftaḥillāhu lin-nāsi mir raḥmatin fa lā mumsika lahā, wa mā yumsik fa lā mursila lahụ mim ba'dih, wa huwal-'azīzul-ḥakīm
Artinya: Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Apa yang Allah anugerahkan untuk manusia berupa rizki, hujan, kesehatan, ilmu dan nikmat-nikmat lainnya, tidak seorang pun yang kuasa untuk menahan rahmat tersebut, sedangkan apa yang Allah tahan darinya, maka tidak seorang pun mampu melepaskannya sesudahNya. Allah Mahaperkasa yang mengalahkan segala sesuatu, Mahabijaksana yang mengirimkan rahmat dan menahannya sesuai dengan hikmahNya. (Tafsir al-Muyassar)
Sesungguhnya kunci-kunci segala sesuatu ada di tangan Allah, apa yang Allah bukakan bagi manusia berupa rezeki, hidayah dan kebahagiaan, maka tidak ada seorang pun yang bisa menahannya, apa yang Allah tahan dari semua itu, maka tidak ada seorang pun yang kuasa melepasnya sesudah Allah menahannya. Dia lah yang Maha Perkasa yang tidak sesuatu pun mengalahkan-Nya, Maha Bijaksana dalam penciptaan, takdir dan pengaturan-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Nikmat yang dibukakan dan diberikan Allah kepada manusia seperti kesehatan, keamanan, rejeki, pengetahuan, kenabian dan kebijaksanaan, maka tidak ada seorangpun yang mampu mencegahnya. Dan sesuatu berupa kebaikan yang dicegah Allah dari mereka, maka tidak ada seorangpun yang bisa mencegah terjadinya setelah itu kecuali Allah. Dia adalah Dzat yang Maha Kuat lagi Maha perkaya yang tidak dapat ditaklukkan dan Maha Bijaksana dalam tindakan dan pengaturannya sehingga tidak mungkin salah (Tafsir al-Wajiz)
مَّا يَفْتَحِ اللهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ (Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya) Yakni apa yang Allah berikan bagi mereka berupa hujan, rezeki, dan kebaikan, tidak ada seorangpun yang dapat menolaknya. وَمَا يُمْسِكْ(dan apa saja yang ditahan oleh Allah) Yakni dan tidak ada yang mampu memberi hal-hal itu jika Allah menahannya. Disebutkan dari Mughirah bin Syu’bah bahwa Rasulullah jika selesai mengerjakan shalat, beliau berdoa: اللهم لا مانع لما أعطيت ولا معطي لما منعت ولا ينفع ذا الجد منك الجد “Ya Allah tidak ada Dzat yang mampu menghalangi terhadap orang yang Engkau berikan se-suatu kepadanya. Dan tidak ada Dzat yang mampu mem¬berikan sesuatu kepada orang yang Engkau halangi. Dan tiada berguna orang yang mempunyai keberuntungan di hadapan keberuntungan dari pada-Mu” Pendapat lain mengatakan maknanya adalah bahwa rasul-rasul diutus sebagai rahmat bagi manusia, dan tidak ada yang mampu mengutus mereka kecuali Allah. (Zubdatut Tafsir)
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۚ قُلْ أَفَرَءَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ إِنْ أَرَادَنِىَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَٰشِفَٰتُ ضُرِّهِۦٓ أَوْ أَرَادَنِى بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَٰتُ رَحْمَتِهِۦ ۚ قُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ ۖ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ
Arab-Latin: wa la`in sa`altahum man khalaqas-samāwāti wal-arḍa layaqụlunnallāh, qul a fa ra`aitum mā tad'ụna min dụnillāhi in arādaniyallāhu biḍurrin hal hunna kāsyifātu ḍurrihī au arādanī biraḥmatin hal hunna mumsikātu raḥmatih, qul ḥasbiyallāh, 'alaihi yatawakkalul-mutawakkilụn
Artinya: Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.
Dan jika kamu (wahai rasul), bertanya kepada orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah itu, “Siapa yang menciptakan langit dan bumi?” niscaya mereka menjawab, “Allah yang menciptakannya.” Mereka mengakui yang Maha Pencipta. Maka katakanlah kepada mereka, “Apakah tuhan-tuhan yang kalian persekutukan dengan Allah itu mampu menjauhkan gangguan dariku yang telah Allah takdirkan kepadaku atau menimpakan keburukan atasku? Apakah ia mampu menahan manfaat yang Allah mudahkan kepadaku atau mencegah rahmat Allah kepadaku?” mereka akan menjawab, “Tidak mampu.” Maka katakanlah kepada mereka, “Allah yang mencukupkan dan menjagaku, kepadaNya-lah orang-orang bersandar dalam mendatangkan kemaslahatan dan menolak kemudaratan mereka. Maka Allah Yang di TanganNya semata ada kecukupan, cukup bagiku dan Dia akan melindungiku dari segala perkara yang membuatku berduka.” (Tafsir al-Muyassar)
Bila kamu -wahai Rasul- bertanya kepada kaum musyrikin, “Siapa yang menciptakan langit dan bumi?” Maka mereka akan menjawab, “Allah yang menciptakannya.” Katakanlah kepada mereka untuk menunjukkan kelemahan tuhan-tuhan mereka, “Katakanlah kepadaku tentang berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah, jika Allah hendak menimpakan malapetaka kepadaku apakah berhala-berhala itu sanggup mengangkatnya dariku, atau Allah hendak memberiku kebaikan sebagai rahmat dari-Nya, apakah berhala-berhala itu mampu menghalang-halanginya dariku?” Katakanlah kepada mereka, “Allah yang mencukupiku, hanya kepada Allah aku bersandar dalam segala urusanku seluruhnya, hanya kepada Allah semata orang-orang yang bertawakal bersandar.” (Tafsir al-Mukhtashar)
Jika engkau bertanya kepada orang-orang musyrik wahai Nabi: “Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi?” Mereka pasti akan menjawab: “Allah-lah yang menciptakan keduanya.” Maka setelah mereka berikrar seperti itu katakan kepada mereka: “Beritahu aku mengenai sesembahan kalian selain Allah, yaitu berhala. Jika Allah menimpakan musibah kepadaku apakah sesembahan kalian itu bisa menyelamatkanku? Juga jika Allah memberi kenikmatan kepadaku, apakah sesembahan kalian itu bisa mengambilnya dariku? Tidak.” Maka katakanlah, Allah-lah yang mencukupiku, Dia-lah Yang memberiku kemanfaatan atau menolak keburukan yang menimpaku. Hanya kepada-Nya lah semua bergantung, bukan kepada siapa-siapa yang telah dijadikan sandaran selainyNya. Mereka benar-benar akan tahu bahwa segala sesuatu adalah atas izin-Nya. Muqatil berkata : “Mereka ditanya seperti itu oieh Nabi, kemudian mereka terdiam. Sehingga turunlah ayat ini.” (Tafsir al-Wajiz)
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ ۚ (Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”) Allah menyebutkan pengakuan mereka jika mereka ditanya tentang pencipta sesungguhnya bahwa itu adalah Allah, padahal mereka menyembah berhala-berhala. Bagaimana akal mereka dapat membenarkan penyembahan kepada sesuatu yang tidak dapat menciptakan apapun dan penyekutuan Sang Pencipta dengan makhluk-Nya dalam ibadah? قُلْ أَفَرَءَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللهِ إِنْ أَرَادَنِىَ اللهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كٰشِفٰتُ ضُرِّهِۦٓ( Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu) Apakah berhala-berhala itu mampu mengangkat musibah yang Allah kehendaki untukku? أَوْ أَرَادَنِى بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكٰتُ رَحْمَتِهِۦ ۚ( atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya) Sehingga rahmat itu tidak sampai kepadaku? Dan yang dimaksud dengan rahmat yakni kenikmatan dan kesejahteraan. قُلْ حَسْبِىَ اللهُ ۖ( Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”) Yakni cukuplah Allah bagiku dalam segala urusanku untuk mencari kenikmatan dan menolak kemudharatan. عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ (Kepada-Nya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri) Hanya kepada-Nya orang-orang yang berserah diri itu bersandar. (Zubdatut Tafsir)
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah beraneka penjelasan dari para ulama tafsir berkaitan makna dan arti ayat tujuh (7) (arab, latin, artinya), moga-moga membawa faidah untuk ummat. Bantulah usaha kami dengan mencantumkan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.