Surat al-Baqarah Ayat 1-10
الٓمٓ
Arab-Latin: alif lām mīm
Artinya: Alif laam miim.
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
Arab-Latin: żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn
Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Tentang Surat al-Baqarah Ayat 1-10
Diketemukan beraneka penafsiran dari kalangan ahli ilmu mengenai isi surat al-baqarah ayat 1-10, di antaranya sebagaimana tertera:
Alquran itu adalah kitab yang agung yang tidak ada keraguan bahwasanya ia datang dari sisi Allah, maka tidak benar bila ada seseorang yang ragu-ragu terhadap nya karena begitu jelasnya alquran itu. Dimana orang-orang yang bertaqwa dapat mengambil manfaat dengannya berupa ilmu yang bermanfaat dan amal sholeh dan mereka itu adalah orang-orang yang takut kepada Allah dan mengikuti hukum-hukum-Nya. (Tafsir al-Muyassar)
Al-Qur`ān yang agung itu tidak ada keraguan di dalamnya, baik dari segi proses turunya maupun lafal dan maknanya. Al-Qur`ān adalah firman Allah yang membimbing orang-orang bertakwa ke jalan yang menghantarkan mereka kepada-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Inilah Al-Qur’an yang agung, yang tidak diragukan lagi bahwa itu (diturunkan) dari sisi Allah SWT. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah petunjuk dan pembimbing menuju kebaikan. Al-Qur’an membimbing orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka dengan menaati printah-perintahNya, menjauhi larangan-laranganNya dan meninggalkan kemaksiatan, kemudian mereka mengambil manfaat darinya. Itu adalah tiga gambaran tentang Al-Qur’an (Tafsir al-Wajiz)
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ yakni al-Qur’an ini yang tinggi derajatnya لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ tidak ada keraguan bahwa ia datang Allah Ta’ala هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (sebagai hidayah bagi orang-orang yang bertaqwa). Makna dari (الهدى) adalah dalil yang mengantarkan pada tujuan. Pendapat dari Ibnu Abbas dalam kalimat (هدى للمتقين): yakni orang-orang yang takut pada hukuman dari Allah karena meninggalkan hidayah yang mereka ketahui dan mengharapkan rahmat-Nya dengan meyakini apa yang datang dari-Nya. Dari Abu Hurairah disebutkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepadanya: apa itu taqwa? Dia pun menjawab: apakah kamu pernah berjalan di jalan yang berduri? Lelaki itu menjawab: Pernah. Abu Hurairah membalasnya: Lalu apa yang kau lakukan ketika itu?. Dia menjawab: jika aku melihat duri aku berbelok, memanjangkan langkahku agar melewatinya, atau memendekkan langkah agar tidak mengenainya. Abu Hurairah berkata: maka demikianlah takwa. (Zubdatut Tafsir)
ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ
Arab-Latin: allażīna yu`minụna bil-gaibi wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn
Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Mereka itu adalah orang-orang yang membenarkan perkara-perkara yang gaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra dan akal mereka Semata, karena hal itu tidak dapat diketahui kecuali dengan wahyu dari Allah kepada rasul-Nya. seperti iman kepada malaikat,surge,neraka dan yang lainnya dari apa-apa yang diberitakan oleh Allah atau diberitakan oleh Rosul-Nya sholallohu’alaihi wasallam. (Iman adalah satu kalimat yang mengandung arti iqrar kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rosulul-Nya, hari akhir dan qadar yang baik dan yang buruk. dan yang membuktikan benarnya ikrar tersebut adalah dengan ucapan dan amal dengan hati, lisan dan anggota tubuh) Dan mereka denga bukti kebenaran iman mereka terhadap yang gaib adalah dengan menjaga pelaksanaan salat pada waktu-waktunya dengan pelaksanaan yang shahih sesuai dengan yang Allah syariatkan kepada nabi-Nya Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. dan dari sebagian harta yang Kami anugerahkan kepada mereka, mereka mengeluarkan zakat yang wajib maupun yang sunnah dari harta mereka. (Tafsir al-Muyassar)
(Orang-orang yang bertakwa itu adalah) orang-orang yang beriman kepada perkara gaib, yaitu segala sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh panca indera dan tersembunyi, yang diberitakan oleh Allah atau Rasulullah seperti hari Akhir. Dan orang-orang yang mendirikan salat, yakni menunaikannya sesuai ketentuan syariat yang meliputi syarat, rukun, wajib dan sunnahnya. Dan mereka adalah orang-orang yang gemar menginfakkan sebagian rezeki yang mereka terima dari Allah, baik yang sifatnya wajib seperti zakat, maupun yang tidak wajib seperti sedekah, demi mengharap pahala dari Allah. Mereka juga yang beriman kepada wahyu yang Allah turunkan kepadamu –wahai Nabi- dan wahyu yang Dia turunkan kepada para nabi -'alaihimussalām- sebelum kamu, tanpa membeda-bedakan di antara mereka. Dan mereka juga beriman secara tegas akan adanya akhirat beserta ganjaran dan hukuman yang ada di dalamnya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Ciri-ciri orang yang bertakwa ada 6, yaitu membenarkan secara mutlak dan sempurna semua sesuatu yang ghaib, seperti malaikat, jin, hari kebangkitan, hari perhitungan, dan hal lain tentang kengerian hari kiamat; melaksanakan shalat secara sempurna dengan rukun dan syaratnya, khusyu’ di dalamnya karena Allah dan menjaganya sesuai waktunya; menafkahkan apa yang diberikan oleh Allah secara baik dan halal untuk zakat yang telah diwajibkan, untuk sedekah di jalan Allah, serta nafkah wajib untuk kerabat dan keluarga lainnya; (Tafsir al-Wajiz)
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ Makna iman secara bahasa adalah meyakini; sedangkan makna ghaib adalah semua yang dikabarkan oleh Rasulullah yang tidak bisa dicerna oleh akal seperti: tanda-tanda kiamat, azab kubur, hari kebangkitan, shirath, mizan, surga, dan neraka. Disebutkan dalam hadist yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Umar dari Nabi bahwa beliau bersabda: “iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk. “ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ Iqamah ash-sholah adalah mengerjakannya dengan memenuhi segala rukun-rukunnya, sunnah-sunnahnya, dan hai’ah-hai’ahnya dalam waktu yang telah ditetapkan. Menurut Ibnu Abbas dalam kalimat (ويقيمون الصلاة) yakni sholat wajib lima waktu. وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ Menurut Ibnu Ibnu abbas kata infaq disini ialah zakat yang dikeluarkan dari harta mereka; sedangkan menurut Ibnu Jarir maksud dari infaq adalah infaq dalam arti luas yang mencakup zakat dan sedekah tanpa membedakan infaq untuk kerabat atau yang lainnya, yang wajib maupun yang sunnah, dan inilah pendapat yang benar. (Zubdatut Tafsir)
وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
Arab-Latin: wallażīna yu`minụna bimā unzila ilaika wa mā unzila ming qablik, wa bil-ākhirati hum yụqinụn
Artinya: dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Dan orang-orang yang membenarkan semua yang diturunkan kepadamu wahai Rasul dari Alquran dan segala yang diturunkan kepadamu berupa Al Hikmah yaitu as-sunnah. Dan kepada semua yang yang diturunkan kepada para rasul sebelum mu berupa kitab-kitab seperti taurot, Injil dan kitab-kitab lainnya. dan mereka juga membenarkan adanya Negeri kehidupan setelah kematian dan segala yang akan terjadi di sana berupa perhitungan dan pembalasan amal perbuatannya. pembenaran ini dengan hati mereka yang kemudian diperlihatkan oleh lisan dan anggota tubuh mereka. Secara khusus hari akhir disebutkan disini karena iman kepadanya termasuk diantara dorongan paling penting untuk berbuat ketaatan, menjauhi perkara-perkara yang diharamkan dan melakukan introspeksi diri. (Tafsir al-Muyassar)
Meyakini apa yang diwahyukan kepadamu wahai Muhammad dari Al-Qur’an dan apa yang diwahyukan kepada rasul-rasul sebelum kamu dari kitab-kitab sebelumnya; membenarkan rumah akhirat dan apa yang ada di dalamnya yang berupa kebangkitan, surga, neraka, perhitungan amal, jembatan shirat, dan timbangan amal; dan mengimani semua itu tanpa ragu (Tafsir al-Wajiz)
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ َ Yakni orang-orang yang mempercayai apa yang kau bawa dari Allah Ta’ala dan apa yang dibawa oleh Rasul-Rasul sebelummu tanpa membeda-bedakan mereka dan tidak mengingkari mereka. Bukan orang-orang yang mempercayai apa yang dibawa oleh Rasul-Rasul sebelummu kemudian mengingkari apa yang kau bawa dari Allah Ta’ala. وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُون Yakni mereka meyakini hari kebangkitan, hari mereka dikumpulkan di Mahsyar, dan semua hal yang berhubungan dengan akhirat seperti hari kiamat, surga, neraka, hisab, dan mizan tanpa keraguan sedikitpun. (Zubdatut Tafsir)
أُو۟لَٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Arab-Latin: ulā`ika 'alā hudam mir rabbihim wa ulā`ika humul-mufliḥụn
Artinya: Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Orang-orang yang memiliki sifat-sifat ini berada diatas cahaya dari Robb mereka dan Taufik dari Tuhan pencipta dan pemberi hidayah bagi mereka dan mereka itulah orang-orang yang beruntung yang berhasil menggapai apa yang mereka inginkan dan selamat dari keburukan yang mereka melarikan diri darinya. (Tafsir al-Muyassar)
Orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut kokoh dalam mengikuti jalan kebenaran. Merekalah orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat, sebab mereka akan mendapatkan apa yang mereka harapkan dan selamat dari apa yang mereka takutkan. (Tafsir al-Mukhtashar)
Semua orang yang digambarkan dengan ciri-ciri tersebut adalah orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang mengimani sesuatu yang ghaib dan melaksanakan kewajiban. Merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dan bimbingan, orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan dunia-akhirat dan selamat dari neraka (Tafsir al-Wajiz)
أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ Yakni Mereka yang pada diri mereka ketakwaan, iman kepada hal-hal yang ghaib, dan ketaatan dalam menjalankan kewajiban-kewajiban maka mereka berada diatas cahaya dari Rabb mereka. وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ Yakni mereka adalah orang-orang yang berhasil mendapatkan apa yang mereka harapkan dari Allah Ta’ala dengan amalan-amalan dan iman mereka kepada Allah Ta’ala, kitab-kitabNya dan rasul-rasul-Nya. (Zubdatut Tafsir)
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ سَوَآءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Arab-Latin: innallażīna kafarụ sawā`un 'alaihim a anżartahum am lam tunżir-hum lā yu`minụn
Artinya: Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu karena kesombongan dan kesewenangan, keimanan tidak akan terjadi dari mereka baik engkau -wahai Rasul- telah menakuti dan memperingatkan mereka dari siksa Allah, ataupun engkau tidak melakukan itu, karena mereka terus menerus berada di atas kebatilan mereka. (Tafsir al-Muyassar)
"Sesungguhnya orang-orang kafir itu larut dalam kesesatan dan pembangkangan mereka, maka ada atau tidak adanya peringatanmu kepada mereka akan sama saja". (Tafsir al-Mukhtashar)
Sesungguhnya tidak akan berguna sedikitpun peringatanmu wahai Muhammad bagi orang-orang yang bersikeras atas kekufuran dan keingkaran mereka terhadap keesaan Allah dan risalahmu. Sama saja jika kau memperingatkan dan menakut-nakuti mereka, mereka tetap tidak akan membenarkan risalahmu. Sungguh panutan mereka adalah hawa nafsu mereka (Tafsir al-Wajiz)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ Yakni orang-orang yang bersikeras dalam mengingkari risalah yang engkau bawa wahai Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan mengingkari ayat-ayat yang, padahal kebenaran begitu jelas tanpa dihalangi oleh syubhat dan keyakinan mereka bahwa kau ada dalam kebenaran; maka peringatanmu kepada mereka tidak aka ada manfaatnya karena mereka seseungguhnya mengikuti hawa nafsu mereka. (Zubdatut Tafsir)
خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰٓ أَبْصَٰرِهِمْ غِشَٰوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Arab-Latin: khatamallāhu 'alā qulụbihim wa 'alā sam'ihim, wa 'alā abṣārihim gisyāwatuw wa lahum 'ażābun 'aẓīm
Artinya: Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka dan menjadikan penutup pada pandangan mereka, disebabkan kekafiran dan penolakan keras mereka setelah jelas kebenaran bagi mereka, maka Allah tidak memberikan Taufik bagi mereka untuk mendapat Hidayah dan bagi mereka akan mendapatkan siksaan yang keras di neraka jahanam. (Tafsir al-Muyassar)
Karena Allah telah menyegel dan menutup hati mereka beserta kebatilan yang ada di dalamnya. Allah juga menutup telinga mereka sehingga tidak bisa mendengarkan kebenaran untuk diterima dan diikuti. Allah juga menutup mata mereka sehingga tidak bisa melihat kebenaran yang sangat jelas di hadapan mereka. Kelak di akhirat mereka akan mendapatkan azab yang sangat berat. (Tafsir al-Mukhtashar)
Allah telah mengunci hati mereka dengan kekafiran mereka keimanan tidak berlaku bagi hati mereka. Mereka tidak mau mendengarkan kebenaran, melihat petunjuk, dan berpikir. Dan bagi mereka azab yang amat sangat pedih. Asbabun Nuzul (Penyebab turun) dua ayat ini sebagaimana Ath-Thabari mengatakan dari Ibnu Abbas dan Al-Kalbi bahwa kedua ayat tersebut turun di Romawi Yahudi, di antara mereka yang menyaksikan turunnya dua ayat ini adalah Hayy bin Akhthab dan Ka’b bin Asyraf (Tafsir al-Wajiz)
Ibnu jarir berkata: sesungguhnya dosa-dosa itu jika dilakukan terus menerus maka akan menutup hati, sehingga tertutup jalannya dan kekufuran yang ada didalamnya tidak bisa keluar. (Zubdatut Tafsir)
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
Arab-Latin: wa minan-nāsi may yaqụlu āmannā billāhi wa bil-yaumil-ākhiri wa mā hum bimu`minīn
Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Di antara manusia ada sekelompok orang yang bimbang dan bingung antara menjadi bagian dari orang-orang yang beriman atau menjadi bagian dari orang-orang yang kufur. dan mereka itu adalah orang-orang munafik yang dengan lisan mereka mengatakan “kami membenarkan kepada Allah dan hari akhir” sedangkan secara batin mereka berdusta dan tidak beriman. (Tafsir al-Muyassar)
Dan di antara manusia ada golongan yang mengaku bahwa mereka beriman. Mereka mengatakan hal itu dengan mulut mereka semata-mata karena mereka mencemaskan keselamatan jiwa dan harta benda mereka. Padahal di dalam batin mereka tersimpan kekafiran. (Tafsir al-Mukhtashar)
Setelah menyebutkan ciri-ciri orang mukmin dan orang kafir, Allah SWT menyebutkan ciri-ciri orang munafik. Mereka adalah orang-orang yang menampakkan keislamannya dan menyembunyikan kekafirannya. Mereka bukanlah orang-orang mukmin, dan (tempat) mereka di neraka paling bawah (Tafsir al-Wajiz)
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ dalam surat ini Allah Ta’ala menyebutkan orang-orang mukmin yang sebenar-benarnya, kemudian menyebutkan setelahnya orang-orang orang-orang kafir yang sebenar-benarnya, lalu menyebutkan setelahnya orang-orang munafik yakni orang-orang yang tidak termasuk dalam dua kelompok yang disebutkan sebelumnya dan menjadi kelompok ketiga karena mereka secara kasat mata menyerupai kelompok pertama dan secara batin menyerupai kelompok kedua, akan tetapi mereka pada akhirnya adalah para penghuni kerak neraka. (Zubdatut Tafsir)
يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Arab-Latin: yukhādi'ụnallāha wallażīna āmanụ, wa mā yakhda'ụna illā anfusahum wa mā yasy'urụn
Artinya: Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Mereka meyakini dengan kejahilan mereka bahwa mereka telah berhasil menipu Allah dan orang-orang mukmin dengan menampakan keimanan dan menyembunyikan kekufuran mereka, padahal tidaklah mereka menipu kecuali diri mereka sendiri sebab akibat buruk dari tipu daya mereka itu hanya berbalik kepada mereka sendiri dan karena parahnya kebodohan mereka, mereka tidak menyadari hal tersebut dikarenakan rusaknya hati mereka (Tafsir al-Muyassar)
Karena kebodohan mereka, mereka mengira akan menipu Allah dan orang-orang mukmin dengan memperlihatkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran. Padahal hakikatnya mereka menipu diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak menyadarinya. Karena Allah -Ta'ālā- mengetahui rahasia dan apa yang lebih tersembunyi dari itu. Allah memberitahu orang-orang mukmin tentang sifat-sifat dan keadaan mereka yang sesungguhnya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Mereka menipu orang yang jujur dengan menampakkan sesuatu yang bukan merupakan diri mereka untuk menyamar. Namun kenyataanya, mereka menipu diri mereka sendiri. dan Allah mengetahui isi hati mereka (Tafsir al-Wajiz)
وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ Karena mereka menipu Dzat yang tidak akan tertipu maka mereka pada hakikatnya menipu diri mereka sendiri, karena penipuan hanya dapat dilakukan kepada yang tidak mengetahui hal yang ghaib. (Zubdatut Tafsir)
فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْذِبُونَ
Arab-Latin: fī qulụbihim maraḍun fa zādahumullāhu maraḍā, wa lahum 'ażābun alīmum bimā kānụ yakżibụn
Artinya: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
Di dalam hati mereka terdapat keraguan dan kerusakan akibatnya mereka diuji Allah dengan berbuat berbagai macam maksiat yang mewajibkan adanya siksaan bagi mereka, sehingga Allah pun menambah keraguan pada hati mereka dan bagi mereka siksaan yang menyedihkan akibat kedustaan dan kemunafikan mereka. (Tafsir al-Muyassar)
Penyebabnya ialah karena di dalam hati mereka terdapat keraguan, maka Allah menambah keraguan itu dengan keraguan lainnya, karena setiap perbuatan akan dibalas dengan perbuatan serupa. Kelak mereka akan mendapatkan azab yang sangat pedih di kerak neraka yang paling bawah. Hal itu karena mereka telah berdusta atas nama Allah dan atas nama manusia lainnya. Dan juga karena mereka mendustakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. (Tafsir al-Mukhtashar)
Di dalam hati mereka terdapat kerusakan akidah baik keragu-raguan dan kemunafikan ataupun kekufuran dan kedustaan. Kemudian Allah menambahkan penyakit lain pada (diri) mereka, yaitu dengki dan kebencian terhadap tingginya (derajat) kalam Allah, tetapnya kaidah Islam dan pertolongan (Allah) kepada orang-orang mukmin. Dan bagi mereka azab yang menyakitkan akibat kebohongan dan keangkuhan mereka dengan berpura-pura beriman (Tafsir al-Wajiz)
فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ yang dimaksud dengan penyakit disini adalah kerusakan akidah mereka baik itu disebabkan oleh keraguan, kemunafikan, atau keingkaran. فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا Yakni dengan bertambahnya kenikmatan-kenikmatan yang senantiasa bertambah kepada Rasulullah baik itu kenikmatan duniawiyah maupun diniyyah maka berbambah pula penyakit mereka, mereka pun dihukum dengan bertambahnya keraguan, kekecewaan, dan kenifakan. وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ Yakni azab yang menyakitkan بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ Yakni sebab pengakuan mereka bahwa mereka beriman padahal mereka tidak beriman. (Zubdatut Tafsir)
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian berbagai penafsiran dari kalangan mufassirun berkaitan makna dan arti surat al-baqarah ayat 1-10 (arab, latin, artinya), semoga bermanfaat untuk kita bersama. Sokonglah syi'ar kami dengan memberi hyperlink menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.