Surat Al-Ma’idah Ayat 113
قَالُوا۟ نُرِيدُ أَن نَّأْكُلَ مِنْهَا وَتَطْمَئِنَّ قُلُوبُنَا وَنَعْلَمَ أَن قَدْ صَدَقْتَنَا وَنَكُونَ عَلَيْهَا مِنَ ٱلشَّٰهِدِينَ
Arab-Latin: Qālụ nurīdu an na`kula min-hā wa taṭma`inna qulụbunā wa na'lama ang qad ṣadaqtanā wa nakụna 'alaihā minasy-syāhidīn
Artinya: Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu".
« Al-Ma'idah 112 ✵ Al-Ma'idah 114 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Tentang Surat Al-Ma’idah Ayat 113
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Ma’idah Ayat 113 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai pelajaran menarik dari ayat ini. Terdokumentasikan berbagai penjelasan dari berbagai ulama tafsir mengenai kandungan surat Al-Ma’idah ayat 113, sebagiannya sebagaimana berikut:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Para pembela setiamu berkata, ”kami ingin memakan hidangan itu dan hati kami akan tentram ketika melihatnya, serta kami akan tahu seyakin-yakinnya kebenaranmu sebagai nabi, dan agar kami termasuk orang-orang yang menyaksikan tanda kekuasaan itu dimana Allah menurunkannya sebagai hujjah bagiNya di hadapan kami dalam tauhid dan kuasaNYa atas segala yang dikehendakiNya dan hujjah penguat bagimu atas kebenaran kenabianmu.”
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
113. Para penolong Isa yang beriman berkata: Kami ingin makan dari hidangan itu sehingga hati kami menjadi tenang karena kami telah melihatnya dan kami akan mengimani itu; dengan begitu kami telah menyaksikan, menyentuh, merasakan, dan menghirup baunya, sehingga kami mengetahuinya dengan sebenar-benarnya kebenaran kenabianmu dan kebenaran buah-buah keimanan yang kamu janjikan kepada kami. Dan agar kami dapat menjadi orang-orang yang menyaksikan mukjizat ini di kalangan Bani Israil sehingga orang yang akan beriman dapat beriman dengan hati yang mantap, sedangkan orang yang telah beriman akan bertambah kuat imannya.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
113. Orang-orang ḥawāriyyīn berkata kepada Isa, “Kami ingin makan dari hidangan itu. Dan kami ingin agar hati kami merasa yakin bahwa kekuasaan Allah itu sempurna dan dirimu adalah rasul-Nya. Kami ingin tahu secara nyata bahwa kamu telah berkata jujur kepada kami tentang apa yang kamu bawa dari sisi Allah. Dan atas dasar itulah kami akan menjadi saksi untuk orang-orang yang tidak hadir saat ini.”
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
113. قَالُوا۟ نُرِيدُ أَن نَّأْكُلَ مِنْهَا (Mereka berkata: “Kami ingin memakan hidangan itu)
Mereka ketika itu bersama banyak orang yang belum mendapatkan makanan yang cukup bagi mereka.
وَتَطْمَئِنَّ قُلُوبُنَا (dan supaya tenteram hati kami)
Yakni tentram kepada kesempurnaan kuasa Allah, atau tentram bahwa kamu adalah rasul yang diutus kepada kami dari sisi-Nya, dan bahwa Allah telah mengabulkan apa yang kami pinta.
وَنَعْلَمَ أَن قَدْ صَدَقْتَنَا (dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami)
Yakni agar kami mengetahui dengan pasti bahwa kamu telah berkata benar dalam hal kenabianmu.
وَنَكُونَ عَلَيْهَا مِنَ الشّٰهِدِينَ(dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu)
Yakni saksi untuk orang-orang yang tidak hadir dari Bani Israil dan manusia seluruhnya ketika hidangan itu turun.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
113. Hawariyun berkata: “Kami ingin memakan makanan dari meja makan ini, lalu hati kami akan tenang dengan kesempurnaan kuasa Allah, dan Kami mengetahui dengan yakin bahwa kamu benar tentang kenabianmu, dan kami akan menjadi saksi untuk Bani Israil yang tidak melihatnya”
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Mereka berkata, “Kami ingin makan makanan dari hidangan itu dan agar tenteram hati kami serta agar kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan atas hidangan itu kami termasuk orang-orang yang bersaksi.”
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
111-120. MaksudNya ingatlah nikmatKu kepadamu manakala aku memudahkan untukmu mendapatkan pengikut-pengikut dan penolong-penolong, maka aku ilhamkan kepada Hawariyyin (pembela dan pengikut setia), dan aku bisikan iman kepadaKu dan RasulKu kedalam hati mereka, dan aku ilhamkan melalui lisanmu yakni aku memerintahkan kepada mereka melalui wahyu yang datang kepadamu dari Allah, maka mereka menjawab dan meresponnya dengan baik, mereka berkata, “ kami telah beriman dan saksikanlah wahai Rasul bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh kepada seruanMu.” Mereka menggabungkan antara Islam yang zahir yang di dasari ketundukan dengan amal yang di dasari dengan iman batin yang mengeluarkan pemiliknya dari kemunafikan dan iman yang lemah. Para Hawariyyin itu adalah orang-orang yang menolong, seperti kata Isa kepada mereka,
"Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang." ( Ash- Shaff:14)
“Ingatlah ketika pengikut-pengikut Isa berkata, ‘ Hai Isa putra Maryam bersediakah Tuhanmu menyediakan hidangan dari langit kepada kami?’” maksudNya, meja makanan dengan makanan. Ini bukan karena keraguan mereka terhadap kuasa Allah dan kemampuaNya untuk itu, akan tetapi itu usulan yang sopan dari mereka. Karena permintaan terhadap kekuasaan Allah bertentangan dengan ketundukan kepada kebenaran, dan ucapan yang keluar dari para hawariyyin bisa jadi mengarah kesana. Maka Isa menasehati mereka dan berkata, “ bertakwalah kepada Allah jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman.” Karena seorang Mukmin akan bertakwa karena imanNya untuk selalu bertakwa, tunduk kepada perintah Allah dan tidak menuntut turunnya tanda-tanda kekuasaan Allah yang tidak di ketahui apa yang terjadi sesudah itu.
Hawariyyin menjelaskan bahwa bukan itu maksud mereka, akan tetapi maksud mereka adalah baik yaitu karena kebutuhan, mereka berkata, “ Kami akan memakan hidangan itu.” Ini adalah bukti bahwa mereka memerlukannya, “ dan supaya tenteram hati kami” dengan iman ketika kami melihat tanda-tanda kekuasaan Allah denga mata kepala kami sehingga iman kami menjadi ain al-yaqin (setelah sebelumnya adalah ilmu al-yaqin) seperti Ibrahim kekasih Allah yang meminta kepada Allah untuk di tujukan bagaimana menghidupka orang mati. Allah berfirman
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al-Baqarah:260).
Seorang hamba memerlukan tambahan ilmu, keyakinan, dan iman setiap saat. Oleh karena itu Allah berfirman, “Dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami,” yakni, kami mengetahui apa yang kamu bawa, bahwa ia adalah benar. “Dan kami menjadi orang-orang yang menyksikan hidangan itu.” Yakni, ia membawa kebaikanbagi orang yang datang sesudah kami. Kami menjadi saksi dalam hal ini, maka hujjah pun tegak dan bukti semakin bertambah kuat dengan itu.
Manakala Isa mendengar itu dan mengetahui maksud mereka, dia mengabulkan permintaan mereka, dia bero’a, “ Ya Tuhan Kami, turunkanlah sekiranya kepada kami suatu hidangan kepada kami dari langit yang hari turunnya akan mejadi hari raya yaitu bagi orang-orang yang bersama kami kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaanMu.” Maksudnya, hari turunnya di jadikan hari raya dan musim bagi memperingati hari bessar dari kekuasaan Allah itu ia kan selalu di ingatdan tidak di lupakan selama waktu dan tahun terus berganti, sebagaimana Allah menjadikan hari raya di manasik kamu Muslimin sebagai momen untuk mengingat kebesaranNya dan mengingat jalan para Rasul dan Sunnah mereka yang lurus, karunia dan kebaikanNya untuk mereka, “ Berilah Kami Rezeki, da Engkaulah Pemberi Rezeki yang paling utama.” Yakni di jadikan ia sebagai rezeki kami. Isa memohon agar hidangan itu di turunkan untuk dua kemaslahatan: Pertama, kemaslahatan agama, yaitu sebagai tanda kekuasan Allah yang kekal, dan Kedua, kemaslahatan dunia sebagai rezeki.
“Allah berfirman, ‘Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kapadamu, barangsiapa yang kafir sesudah di turunkannya hidangan itu, maka sesungguhnya aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia’.” Karena dia menyaksikan tanda kekusaan Allah yang mengagumkan dan dia kafir karena kesombongan dan pengingkaran, maka dia berhak mendapatkan siksa yang pedihdan hukuman yang berat.
Ketahuilah bahwa Allah berjanji hendak menurunkannya, Dia mengancam mereka dengan ancaman itu jika mereka mengingkarinya, tetapi Dia tidak menyatakan akan menurunkannya. Ada kemungkinan, karena mereka tidak memilih ini. Ini di tunjukan bahwa ia tidak di sebut di dalam Injil yang ada di tangan orang-orang Nasrani dan sama sekali tidak ada indikasi ( bahwa itu terjadi ). Kemungkinan lain ia sudah di turunkan seperti yang di janjikan oleh Allah, karena Dia tidak menyelisihi janji, tetapi masalah ini tidak di singgung di dalam Injil, karena ia termasuk bagian di mana mereka di ingatkan denganNya tetapi mereka melupakanNya. Atau mereka memang tidak di sebt dalam Injil sama sekali, karena ia telah di warisi dari generasi ke generasi. Generasi berikut mengambil dari generasi sebelumnya, maka Allah merasa itu cukup tanpa harus di singgug di dalam Injil, dan makna ini di dukung oleh FirmanNya, “ dan kami jadikan orang-orang yang meyaksikan hidangan itu.” Dan Allah lebih mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
“Dan ingatlah ketika Allah berfirman, ‘ Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘ Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?’” ini adalah celaan terhadap orang-orang nasrani yang berkata, “ sesungguhnya Allah adalah satu dari tiga.” Maka Allah berfirman kepada Isa. Isa sendiri berlepas diri dari ucapan tersebut, dia berkata, “ Maha Suci Engkau” dari ucapan buruk ini dan dari segala yang tidak layak untukMu. “ Tidaklah patut bagu mengcapkan apa yang bukan hakku.” Yakni tidak layak dan tidak patut bagiku mengatakan sesuatu yang bukan sifat dan hakku, karena tiada suatu makhlukpun dari malaikat yang dekat kepada Allah, para nabi yang di utus, dan tidak pula selain mereka yang berhak menduduki derajat ketuhanan. Semuanya hany para hamba yang di atur, makhluk yang tunduk, dan fakir lagi tidak berdaya.
“ Jika aku pernah mengatkanNya, maka tentulah engkau telah mengtahuiNya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diriMu.” Karena engkau lebih mengetahui apa yang keluar dariku, Engkau Maha Mengetahui yang ghaib. Ini termasuk kesempurnaan adab Al-Masih dalam berdialog dengan RabbNya, di mana dia tidak menjawab, “ Aku tidak mengatakan apa pun.” Tetapi dia hany menympaikan ucapan yang menafikan dari dirinya bahwa dia mengucapkan ucapan ucapan tersebut yang bertentangan dengan kedudukanNya yang mulia. Dan bahwa ini termasuk perkara yang mustahil, dan dia menyuciakan Allah dari itu dengan kesempurnaan dan mengembalikan ilmuNya kepada Dzat yang mengetahui yang ghaid dan yang Nampak.
Kemudian dia secara jelas menyebutkan apa yang di perintahkan kepada Bani Israil, “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa-apa yang Engkau perintahkan kepadaKu untuk mengatakanNya,” aku hanyalah hamba yang mengikuti dan aku tidak lancang terhadap kebesaranMu, “Sembahlah Allah, Tuhanku, dan TUhanmu.” Yakni aku tidak memerintahkan mereka kecuali dengan ibadah kepada Allah semata dan mengikhlaskan agama untukNya yang mengandung larangan untuk mengangkat diriku dan ibuku dua tuhan selain Allah dan penjelasan bahwa aku hanyalah seorang hamba, sebagaimana Allah adalah Rabbmu, Dia juga Rabbku.
“Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.” Aku menjadi saksi atas orang yang menunaikan perkara ini dan yang tidak menunaikan. “Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka.” Yang mengetahui rahasia-raahasia dana pa yang mereka sembunyikan.
“Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu,” dengan ilmu, pendengaran, dan penglihatan. IlmuMu meliputi segala sesuatu yang diketahui, pendengaranMu meliputi segala sesuatu yang didengar dan penglihatanMu meliputi segala sesuatu yang dilihat. Engkau membalas para hamba dengan kebaikan dan keburukan yang Engkau ketahui pada mereka.
“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMU,” Engkau lebih menyayangi mereka daripada diri mereka sendiri dan Engkau lebih mengetahui keadaan mereka. Kalau mereka bukan hamba-hamba yang Bengal niscaya Engkau tidak menyiksa mereka. “Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” Maksudnya, ampunanMu keluar dari kebijaksanaan dan kuasa yang sempurna, tidak seperti orang yang memaafkan dan mengampuni karena kelemahan dan ketidakmampuan. “Mahabijaksana,” di mana di antara kebijaksanaanNya adalah mengampuni orang yang melakukan sebab-sebab ampunan.
“Allah berfirman,” menjelaskan keadaan hamba-hambaNya pada Hari Kiamat, siapa yang lulus dan siapa yang celaka, siapa yang berbahagia dan siapa yang sengsara, “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” Orang-orang yang benar adalah orang-orang yang lurus dan petunjuk yang benar. Di Hari Kiamat mereka mendapatkan buah kebenaran ini jika Allah mendudukkan mereka di kursi kejujuran di sisi Maharaja Yang Maha Berkuasa. Oleh karena itu Allah berfirman, “Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadapNYa. Itulah keberuntungan yang paling besar.”
Sementara itu orang-orang yang dusta adalah sebaliknya, mereka akan memikul mudarat kedustaan, kebohongan, dan buah amal mereka yang rusak.
“Kepunyaan Allah-lah langit dan bumi.” Karena Dia-lah Penciptanya, yang mengatur dengan hukum takdirNya, hukum syar’iNya, dan hukum pembalasanNya. Oleh karena itu Dia berfirman, “Dan DIa Mahakuasa atas segala sesuatu.” Tidak ada sesuatu pun yang melemahkanNya, justru segala sesuatu tunduk kepada kehendakNya dan patuh kepada perintahNya
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 112-115
Ini adalah kisah “hidangan” yang dikaitkan dengan surah ini, maka disebut "surah Al-Maidah". yaitu merupakan salah satu dari anugerah yang diberikan Allah kepada hamba dan rasulNya, yaitu nabi Isa ketika Dia mengabulkan doanya untuk menurunkan hidangan itu. Lalu Allah SWT menurunkannya sebagai mukjizat yang jelas dan hujjah yang tegas. Sebagian imam menyebutkan bahwa kisah ini tidak disebutkan dalam Injil, dan orang-orang Nasrani tidak mengetahuinya kecuali dari orang-orang muslim. Hanya Allah yang lebih mengetahui. Firman Allah SWT: ((Ingatlah) ketika kaum Hawariyyin berkata) mereka adalah pengikut nabi Isa (Hai Isa putra Maryam, sanggupkah Tuhanmu) ini adalah bacaan mayoritas ulama, dan bacaan lainnya (Hal tastathii’u rabbaka) yaitu dapatkah kamu memohon kepada Tuhanmu (menurunkan hidangan dari langit kepada kami) Hidangan itu merupakan piring-piring besar berisi makanan. Sebagian ulama menyebutkan bahwa mereka meminta hidangan ini karena mereka sangat membutuhkannya dan kemiskinan mereka. Lalu mereka meminta dia agar menurunkan hidangan dari langit setiap harinya untuk mereka agar mereka kuat menjalankan ibadahnya (Isa menjawab, "Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kalian orang yang beriman”) yaitu lalu nabi Isa menjawab mereka seraya berkata, "Bertakwalah kepada Allah, dan janganlah kalian meminta ini, karena barangkali itu merupakan cobaan untuk kalian. dan bertawakallah kepada Allah dalam mencari rezeki, jika kalian adalah orang-orang yang beriman" (Mereka berkata.”Kami ingin memakan hidangan itu”) yaitu kami butuh memakan hidangan itu (dan supaya tenteram kalbu kami) yaitu ketika kami menyaksikan turunnya hidangan itu dari langit sebagai rezeki untuk kami (dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami) yaitu kamu menambah keimanan kepadamu, dan pengetahuan kami kepada kerasulanmu (dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu) yaitu kami menyaksikan bahwa hidangan itu merupakan tanda dari sisi Allah, petunjuk dan hujjah atas kenabianmu dan kebenaran yang kamu bawa.
(Isa putra Maryam berdoa, "Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami”)
As-Suddi berkata yaitu "Kami akan menjadikan hari ketika hidangan itu turun sebagai hari raya yang kami agungkan dan orang-orang setelah kami"
Qatadah berkata bahwa yang mereka maksud adalah oleh keturunan setelah mereka
(beri rezekilah kami) yaitu dari sisiMu sebagai rezeki yang mudah tanpa memerlukan susah payah mendapatkannya.
(Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.(114) ” Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepada kalian, barang siapa yang kafir di antara kalian setelahnya) yaitu siapa saja yang mendustakan dan mengingkarinya dari umatmu, wahai Isa: (maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia) yaitu umat pada zaman kalian. Sebagaimana firman Allah SWT: (dan pada hari kiamat (dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”) (Surah Ghafir: 46)
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Surat Al-Ma’idah ayat 113: Maksud mereka (kaum hawariyin) meminta diturunkan hidangan dari langit adalah untuk dua maslahat:
- Maslahat bagi agama mereka, yakni menjadi bukti nyata atas kekuasaan Allah dan kebenaran rasul-Nya yang dapat dikenang sepanjang masa.
- Maslahat dunia, yakni yang menjadi rezeki bagi mereka.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Ma’idah Ayat 113
Mereka, al-hawa'riyyun, berkata kepada nabi isa, kami, wahai nabi isa, memohon hidangan langsung dari Allah, karena kami ingin memakan hidangan itu bersamamu, agar hati kami menjadi tenteram menyaksikan mukjizatmu dan agar kami menjadi yakin atas kerasulanmu dan menjadi yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami dalam membacakan dan mengajarkan agama Allah kepada kami, dan kami, dengan hidayah Allah, menjadi orang-orang yang menyaksikan mukjizat yang meyakinkan ini. Nabi isa putra maryam menjawab permohonan al-hawa'riyyun dengan berdoa kepada Allah, ya tuhan kami, yang menguasai semua urusan, turunkanlah kepada kami hidangan yang lezat, nikmat, dan penuh berkah dari langit secara langsung, yang peristiwa turunnya hidangan ini akan menjadi hari raya, yakni menjadi peristiwa penting bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami, al-hawa'riyyun, maupun yang datang setelah kami, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan nabi Muhammad; dan turunnya hidangan ini akan menjadi tanda bagi kekuasaan engkau sekaligus menjadi mukjizat bagiku. Kami pun memohon kepada-Mu, ya Allah, berikanlah kepada kami rezeki yang halal dan berkah, karena engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki kepada seluruh makhluk dengan adil dan merata.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah aneka ragam penafsiran dari berbagai ulama tafsir mengenai makna dan arti surat Al-Ma’idah ayat 113 (arab-latin dan artinya), semoga membawa manfaat bagi ummat. Support perjuangan kami dengan memberi link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.