Surat Al-Ma’idah Ayat 112

إِذْ قَالَ ٱلْحَوَارِيُّونَ يَٰعِيسَى ٱبْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَن يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ ٱلسَّمَآءِ ۖ قَالَ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Arab-Latin: Iż qālal-ḥawāriyyụna yā 'īsabna maryama hal yastaṭī'u rabbuka ay yunazzila 'alainā mā`idatam minas-samā`, qālattaqullāha ing kuntum mu`minīn

Artinya: (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman".

« Al-Ma'idah 111Al-Ma'idah 113 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Hikmah Berharga Berkaitan Dengan Surat Al-Ma’idah Ayat 112

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Ma’idah Ayat 112 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beberapa hikmah berharga dari ayat ini. Terdokumentasikan beberapa penjelasan dari berbagai ulama tafsir terkait kandungan surat Al-Ma’idah ayat 112, antara lain seperti tertera:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan ingatlah ketika para pembela setia Isa berkata, ”wahai Isa putra Maryam, apakah tuhanmu mampu jika kamu meminta kepadaNya untuk menurunkan kepada kami hidangan makanan dari langit?” maka jawaban Isa adalah memerintahkan mereka untuk takut terhadap siksaan Allah kalau memang mereka beriman dengan keimanan yang sebenar-benarnya.”


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah


112. Dan ingatlah ketika para penolong Isa bin Maryam meminta agar Allah menurunkan kepada mereka hidangan dari langit. Maka Isa memerintahkan mereka agar bertakwa kepada Allah jika mereka benar-benar beriman.

Dan yang dimaksud dengan 'kemampuan Allah' dalam permintaan para penolong Isa yang mengetahui bahwa Allah mampu melakukan segala hal karena mereka adalah orang-orang beriman, adalah: "Apakah Allah akan melakukan itu dan akan mengabulkan permintaanmu atau tidak?"

Mereka ingin mengetahui secara kasat mata dan meraih kemantapan hati setelah mereka meyakini dan mengetahui kekuasaan Allah. Hal ini seperti permintaan Nabi Ibrahim:

رب أرني كيف تحي الموتى

“Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” (al-Baqarah: 260)

Karena ilmu dari sisi teori bisa jadi tersusupi oleh syubhat dan pengingkaran, Adapun ilmu yang didasari kesaksian secara kasat mata tidak dapat tersusupi hal tersebut. Oleh sebab itu para penolong Isa berkata:

وتطمئن قلوبنا

"agar tenteram hati kami"


Sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim:

ولكن ليطمئن قلبي

“Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).”

Lihat: tafsir al-qurthubi 6/ 365, tafsir ar-razi: 12/129


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

112. Dan ingatlah tatkala orang-orang ḥawāriyyīn bertanya, “Apakah Rabbmu bisa mengabulkan permintaanmu apabila kamu meminta-Nya menurunkan hidangan makanan dari langit?” Kemudian Isa -‘Alaihissalām- menjawab pertanyaan mereka dengan menyuruh mereka bertakwa kepada Allah dan tidak meminta apa yang mereka minta tersebut. Karena boleh jadi permintaan itu akan menjadi fitnah (cobaan besar) bagi mereka. Dan dia berkata kepada mereka, “Berserah dirilah kalian kepada Rabb kalian dalam mencari rezeki, jika kalian benar-benar beriman.”


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

112. إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يٰعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَن يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَآءِ ۖ ((Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: “Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?”)
Hawariyun merupakan para murid Nabi Isa, mereka tidak ragu terhadap kekuasaan Allah sang pencipta, akan tetapi mereka hanya meminta agar hati mereka tentram sebagaimana perkataan Nabi Ibrahim: (رب أرني كيف تحيي الموتى...) al-Baqarah: 260, dan yang menunjukkan akan hal ini adalah perkataan mereka setelah itu (ليطمئن قلوبنا) (agar hati kami menjadi tentram).
Makna (المائدة) adalah meja makan saat terdapat makanan diatasnya.

قَالَ اتَّقُوا۟ اللهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ (Isa menjawab: “Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman”)
Yakni bertakwalah kepada-Nya dan tinggalkanlah permintaan ini dan semacamnya apabila kalian benar-benar beriman, karena orang beriman pasti meninggalkan usulan kepada Tuhannya seperti ini.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

112. Dan ingatlah ketika Hawariyun (murid-murid Isa) berkata untuk meminta ketenangan sebagaimana permintaan Ibrahim untuk menghidupkan orang-orang mati: “Apakah Tuhanmu, memberimu dan mengabulkan permintaanmu untuk menurunkan hidangan dari langit untuk kami (yaitu meja makan yang di atasnya dihidangkan makanan, yaitu sesuatu yang nilainya luhur di bumi)” maksudnya yaitu makanan. Isa berkata kepada mereka: “Takutlah kepada Allah dan permintaan kalian ini, jika kalian benar-benar beriman”


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Ketika para pengikut setia Isa berkata, “Wahai Isa putra Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami” Isa menjawab, “Bertakwalah kepada Allah jika kalian adalah orang-orang mukmin.”


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

111-120. MaksudNya ingatlah nikmatKu kepadamu manakala aku memudahkan untukmu mendapatkan pengikut-pengikut dan penolong-penolong, maka aku ilhamkan kepada Hawariyyin (pembela dan pengikut setia), dan aku bisikan iman kepadaKu dan RasulKu kedalam hati mereka, dan aku ilhamkan melalui lisanmu yakni aku memerintahkan kepada mereka melalui wahyu yang datang kepadamu dari Allah, maka mereka menjawab dan meresponnya dengan baik, mereka berkata, “ kami telah beriman dan saksikanlah wahai Rasul bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh kepada seruanMu.” Mereka menggabungkan antara Islam yang zahir yang di dasari ketundukan dengan amal yang di dasari dengan iman batin yang mengeluarkan pemiliknya dari kemunafikan dan iman yang lemah. Para Hawariyyin itu adalah orang-orang yang menolong, seperti kata Isa kepada mereka,
"Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang." ( Ash- Shaff:14)
“Ingatlah ketika pengikut-pengikut Isa berkata, ‘ Hai Isa putra Maryam bersediakah Tuhanmu menyediakan hidangan dari langit kepada kami?’” maksudNya, meja makanan dengan makanan. Ini bukan karena keraguan mereka terhadap kuasa Allah dan kemampuaNya untuk itu, akan tetapi itu usulan yang sopan dari mereka. Karena permintaan terhadap kekuasaan Allah bertentangan dengan ketundukan kepada kebenaran, dan ucapan yang keluar dari para hawariyyin bisa jadi mengarah kesana. Maka Isa menasehati mereka dan berkata, “ bertakwalah kepada Allah jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman.” Karena seorang Mukmin akan bertakwa karena imanNya untuk selalu bertakwa, tunduk kepada perintah Allah dan tidak menuntut turunnya tanda-tanda kekuasaan Allah yang tidak di ketahui apa yang terjadi sesudah itu.
Hawariyyin menjelaskan bahwa bukan itu maksud mereka, akan tetapi maksud mereka adalah baik yaitu karena kebutuhan, mereka berkata, “ Kami akan memakan hidangan itu.” Ini adalah bukti bahwa mereka memerlukannya, “ dan supaya tenteram hati kami” dengan iman ketika kami melihat tanda-tanda kekuasaan Allah denga mata kepala kami sehingga iman kami menjadi ain al-yaqin (setelah sebelumnya adalah ilmu al-yaqin) seperti Ibrahim kekasih Allah yang meminta kepada Allah untuk di tujukan bagaimana menghidupka orang mati. Allah berfirman
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al-Baqarah:260).
Seorang hamba memerlukan tambahan ilmu, keyakinan, dan iman setiap saat. Oleh karena itu Allah berfirman, “Dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami,” yakni, kami mengetahui apa yang kamu bawa, bahwa ia adalah benar. “Dan kami menjadi orang-orang yang menyksikan hidangan itu.” Yakni, ia membawa kebaikanbagi orang yang datang sesudah kami. Kami menjadi saksi dalam hal ini, maka hujjah pun tegak dan bukti semakin bertambah kuat dengan itu.
Manakala Isa mendengar itu dan mengetahui maksud mereka, dia mengabulkan permintaan mereka, dia bero’a, “ Ya Tuhan Kami, turunkanlah sekiranya kepada kami suatu hidangan kepada kami dari langit yang hari turunnya akan mejadi hari raya yaitu bagi orang-orang yang bersama kami kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaanMu.” Maksudnya, hari turunnya di jadikan hari raya dan musim bagi memperingati hari bessar dari kekuasaan Allah itu ia kan selalu di ingatdan tidak di lupakan selama waktu dan tahun terus berganti, sebagaimana Allah menjadikan hari raya di manasik kamu Muslimin sebagai momen untuk mengingat kebesaranNya dan mengingat jalan para Rasul dan Sunnah mereka yang lurus, karunia dan kebaikanNya untuk mereka, “ Berilah Kami Rezeki, da Engkaulah Pemberi Rezeki yang paling utama.” Yakni di jadikan ia sebagai rezeki kami. Isa memohon agar hidangan itu di turunkan untuk dua kemaslahatan: Pertama, kemaslahatan agama, yaitu sebagai tanda kekuasan Allah yang kekal, dan Kedua, kemaslahatan dunia sebagai rezeki.
“Allah berfirman, ‘Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kapadamu, barangsiapa yang kafir sesudah di turunkannya hidangan itu, maka sesungguhnya aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia’.” Karena dia menyaksikan tanda kekusaan Allah yang mengagumkan dan dia kafir karena kesombongan dan pengingkaran, maka dia berhak mendapatkan siksa yang pedihdan hukuman yang berat.
Ketahuilah bahwa Allah berjanji hendak menurunkannya, Dia mengancam mereka dengan ancaman itu jika mereka mengingkarinya, tetapi Dia tidak menyatakan akan menurunkannya. Ada kemungkinan, karena mereka tidak memilih ini. Ini di tunjukan bahwa ia tidak di sebut di dalam Injil yang ada di tangan orang-orang Nasrani dan sama sekali tidak ada indikasi ( bahwa itu terjadi ). Kemungkinan lain ia sudah di turunkan seperti yang di janjikan oleh Allah, karena Dia tidak menyelisihi janji, tetapi masalah ini tidak di singgung di dalam Injil, karena ia termasuk bagian di mana mereka di ingatkan denganNya tetapi mereka melupakanNya. Atau mereka memang tidak di sebt dalam Injil sama sekali, karena ia telah di warisi dari generasi ke generasi. Generasi berikut mengambil dari generasi sebelumnya, maka Allah merasa itu cukup tanpa harus di singgug di dalam Injil, dan makna ini di dukung oleh FirmanNya, “ dan kami jadikan orang-orang yang meyaksikan hidangan itu.” Dan Allah lebih mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
“Dan ingatlah ketika Allah berfirman, ‘ Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘ Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?’” ini adalah celaan terhadap orang-orang nasrani yang berkata, “ sesungguhnya Allah adalah satu dari tiga.” Maka Allah berfirman kepada Isa. Isa sendiri berlepas diri dari ucapan tersebut, dia berkata, “ Maha Suci Engkau” dari ucapan buruk ini dan dari segala yang tidak layak untukMu. “ Tidaklah patut bagu mengcapkan apa yang bukan hakku.” Yakni tidak layak dan tidak patut bagiku mengatakan sesuatu yang bukan sifat dan hakku, karena tiada suatu makhlukpun dari malaikat yang dekat kepada Allah, para nabi yang di utus, dan tidak pula selain mereka yang berhak menduduki derajat ketuhanan. Semuanya hany para hamba yang di atur, makhluk yang tunduk, dan fakir lagi tidak berdaya.
“ Jika aku pernah mengatkanNya, maka tentulah engkau telah mengtahuiNya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diriMu.” Karena engkau lebih mengetahui apa yang keluar dariku, Engkau Maha Mengetahui yang ghaib. Ini termasuk kesempurnaan adab Al-Masih dalam berdialog dengan RabbNya, di mana dia tidak menjawab, “ Aku tidak mengatakan apa pun.” Tetapi dia hany menympaikan ucapan yang menafikan dari dirinya bahwa dia mengucapkan ucapan ucapan tersebut yang bertentangan dengan kedudukanNya yang mulia. Dan bahwa ini termasuk perkara yang mustahil, dan dia menyuciakan Allah dari itu dengan kesempurnaan dan mengembalikan ilmuNya kepada Dzat yang mengetahui yang ghaid dan yang Nampak.
Kemudian dia secara jelas menyebutkan apa yang di perintahkan kepada Bani Israil, “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa-apa yang Engkau perintahkan kepadaKu untuk mengatakanNya,” aku hanyalah hamba yang mengikuti dan aku tidak lancang terhadap kebesaranMu, “Sembahlah Allah, Tuhanku, dan TUhanmu.” Yakni aku tidak memerintahkan mereka kecuali dengan ibadah kepada Allah semata dan mengikhlaskan agama untukNya yang mengandung larangan untuk mengangkat diriku dan ibuku dua tuhan selain Allah dan penjelasan bahwa aku hanyalah seorang hamba, sebagaimana Allah adalah Rabbmu, Dia juga Rabbku.
“Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.” Aku menjadi saksi atas orang yang menunaikan perkara ini dan yang tidak menunaikan. “Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka.” Yang mengetahui rahasia-raahasia dana pa yang mereka sembunyikan.
“Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu,” dengan ilmu, pendengaran, dan penglihatan. IlmuMu meliputi segala sesuatu yang diketahui, pendengaranMu meliputi segala sesuatu yang didengar dan penglihatanMu meliputi segala sesuatu yang dilihat. Engkau membalas para hamba dengan kebaikan dan keburukan yang Engkau ketahui pada mereka.
“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMU,” Engkau lebih menyayangi mereka daripada diri mereka sendiri dan Engkau lebih mengetahui keadaan mereka. Kalau mereka bukan hamba-hamba yang Bengal niscaya Engkau tidak menyiksa mereka. “Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” Maksudnya, ampunanMu keluar dari kebijaksanaan dan kuasa yang sempurna, tidak seperti orang yang memaafkan dan mengampuni karena kelemahan dan ketidakmampuan. “Mahabijaksana,” di mana di antara kebijaksanaanNya adalah mengampuni orang yang melakukan sebab-sebab ampunan.
“Allah berfirman,” menjelaskan keadaan hamba-hambaNya pada Hari Kiamat, siapa yang lulus dan siapa yang celaka, siapa yang berbahagia dan siapa yang sengsara, “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” Orang-orang yang benar adalah orang-orang yang lurus dan petunjuk yang benar. Di Hari Kiamat mereka mendapatkan buah kebenaran ini jika Allah mendudukkan mereka di kursi kejujuran di sisi Maharaja Yang Maha Berkuasa. Oleh karena itu Allah berfirman, “Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadapNYa. Itulah keberuntungan yang paling besar.”
Sementara itu orang-orang yang dusta adalah sebaliknya, mereka akan memikul mudarat kedustaan, kebohongan, dan buah amal mereka yang rusak.
“Kepunyaan Allah-lah langit dan bumi.” Karena Dia-lah Penciptanya, yang mengatur dengan hukum takdirNya, hukum syar’iNya, dan hukum pembalasanNya. Oleh karena itu Dia berfirman, “Dan DIa Mahakuasa atas segala sesuatu.” Tidak ada sesuatu pun yang melemahkanNya, justru segala sesuatu tunduk kepada kehendakNya dan patuh kepada perintahNya


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 112-115
Ini adalah kisah “hidangan” yang dikaitkan dengan surah ini, maka disebut "surah Al-Maidah". yaitu merupakan salah satu dari anugerah yang diberikan Allah kepada hamba dan rasulNya, yaitu nabi Isa ketika Dia mengabulkan doanya untuk menurunkan hidangan itu. Lalu Allah SWT menurunkannya sebagai mukjizat yang jelas dan hujjah yang tegas. Sebagian imam menyebutkan bahwa kisah ini tidak disebutkan dalam Injil, dan orang-orang Nasrani tidak mengetahuinya kecuali dari orang-orang muslim. Hanya Allah yang lebih mengetahui. Firman Allah SWT: ((Ingatlah) ketika kaum Hawariyyin berkata) mereka adalah pengikut nabi Isa (Hai Isa putra Maryam, sanggupkah Tuhanmu) ini adalah bacaan mayoritas ulama, dan bacaan lainnya (Hal tastathii’u rabbaka) yaitu dapatkah kamu memohon kepada Tuhanmu (menurunkan hidangan dari langit kepada kami) Hidangan itu merupakan piring-piring besar berisi makanan. Sebagian ulama menyebutkan bahwa mereka meminta hidangan ini karena mereka sangat membutuhkannya dan kemiskinan mereka. Lalu mereka meminta dia agar menurunkan hidangan dari langit setiap harinya untuk mereka agar mereka kuat menjalankan ibadahnya (Isa menjawab, "Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kalian orang yang beriman”) yaitu lalu nabi Isa menjawab mereka seraya berkata, "Bertakwalah kepada Allah, dan janganlah kalian meminta ini, karena barangkali itu merupakan cobaan untuk kalian. dan bertawakallah kepada Allah dalam mencari rezeki, jika kalian adalah orang-orang yang beriman" (Mereka berkata.”Kami ingin memakan hidangan itu”) yaitu kami butuh memakan hidangan itu (dan supaya tenteram kalbu kami) yaitu ketika kami menyaksikan turunnya hidangan itu dari langit sebagai rezeki untuk kami (dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami) yaitu kamu menambah keimanan kepadamu, dan pengetahuan kami kepada kerasulanmu (dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu) yaitu kami menyaksikan bahwa hidangan itu merupakan tanda dari sisi Allah, petunjuk dan hujjah atas kenabianmu dan kebenaran yang kamu bawa.
(Isa putra Maryam berdoa, "Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami”)
As-Suddi berkata yaitu "Kami akan menjadikan hari ketika hidangan itu turun sebagai hari raya yang kami agungkan dan orang-orang setelah kami"
Qatadah berkata bahwa yang mereka maksud adalah oleh keturunan setelah mereka
(beri rezekilah kami) yaitu dari sisiMu sebagai rezeki yang mudah tanpa memerlukan susah payah mendapatkannya.
(Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.(114) ” Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepada kalian, barang siapa yang kafir di antara kalian setelahnya) yaitu siapa saja yang mendustakan dan mengingkarinya dari umatmu, wahai Isa: (maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia) yaitu umat pada zaman kalian. Sebagaimana firman Allah SWT: (dan pada hari kiamat (dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”) (Surah Ghafir: 46)


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Surat Al-Ma’idah ayat 112: Dalam mengusulkan agar ditunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Ma’idah Ayat 112

Ingatlah, wahai rasulullah, ketika al-hawa'riyyun, para pengikut setia nabi isa, berkata kepadanya, wahai isa putra maryam! apakah tuhanmu berkenan, jika kami mengajukan permohonan untuk menurunkan hidangan dari langit kepada kami supaya kami bisa menikmati hidangan bersama kamu' nabi isa menjawab, bertakwalah kepada Allah, wahai al-hawa'riyyun, jika kamu benar-benar orang-orang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, niscaya Allah akan mengabulkan permohonanmu itu. Mereka, al-hawa'riyyun, berkata kepada nabi isa, kami, wahai nabi isa, memohon hidangan langsung dari Allah, karena kami ingin memakan hidangan itu bersamamu, agar hati kami menjadi tenteram menyaksikan mukjizatmu dan agar kami menjadi yakin atas kerasulanmu dan menjadi yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami dalam membacakan dan mengajarkan agama Allah kepada kami, dan kami, dengan hidayah Allah, menjadi orang-orang yang menyaksikan mukjizat yang meyakinkan ini.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah sekumpulan penjelasan dari banyak mufassir mengenai makna dan arti surat Al-Ma’idah ayat 112 (arab-latin dan artinya), semoga berfaidah bagi ummat. Bantu syi'ar kami dengan memberi tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Artikel Banyak Dikunjungi

Telaah berbagai materi yang banyak dikunjungi, seperti surat/ayat: At-Taubah, Al-A’raf 54, Ali ‘Imran 190, At-Tin 4, Al-Muthaffifin, Al-Ma’idah 48. Ada pula An-Nahl 114, Al-Fatihah 5, Al-Fatihah 4, Al-Humazah, Al-Anbiya 30, An-Nisa.

  1. At-Taubah
  2. Al-A’raf 54
  3. Ali ‘Imran 190
  4. At-Tin 4
  5. Al-Muthaffifin
  6. Al-Ma’idah 48
  7. An-Nahl 114
  8. Al-Fatihah 5
  9. Al-Fatihah 4
  10. Al-Humazah
  11. Al-Anbiya 30
  12. An-Nisa

Pencarian: surat al kahfi ayat 28, arrum, surah al baqarah ayat 196, al baqarah 134, al-baqarah ayat 200

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.