Surat ‘Abasa Ayat 4
أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ ٱلذِّكْرَىٰٓ
Arab-Latin: Au yażżakkaru fa tanfa'ahuż-żikrā
Artinya: Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Kandungan Berharga Tentang Surat ‘Abasa Ayat 4
Paragraf di atas merupakan Surat ‘Abasa Ayat 4 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada bermacam kandungan berharga dari ayat ini. Terdapat bermacam penafsiran dari kalangan ahli tafsir terkait makna surat ‘Abasa ayat 4, antara lain seperti di bawah ini:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
3-4. Apa yang membuatmu tahu hakikat urusannya? bisa jadi pertanyaannya menyucikan dan membersihkan jiwanya Atau dia mendapatkan tambahan pelajaran dan nasihat.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
4. Atau mendapat nasihat dari nasihat-nasihat yang didengarnya darimu lalu dia mendapatkan manfaat darinya.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
4. أَوْ يَذَّكَّرُ (atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran)
Atau ia hendak mendapat pelajaran dari apa yang kamu ajarkan.
فَتَنفَعَهُ الذِّكْرَىٰٓ (lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?)
Yakni pelajaran itu.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
4. Atau barangkali dia bisa mengambil hikmah dari perkataanmu, sehingga perkataanmu itu bermanfaat baginya
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{atau dia mendapatkan pengajaran} mendapat pelajaran {sehingga pengajaran itu} pelajaran itu {bermanfaat baginya
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
Ayat 1-10
Sebab turunnya ayat-ayat mulia ini adalah seorang mukmin buta datang seraya bertanya kepada Nabi dan belajar dari beliau, kemudian ada orang kaya juga datang. Nabi amat ingin menunjukkan manusia, hanya saja beliau lebih condong pada orang kaya dan berpaling dari si buta lagi miskin demi mengharap agar si kaya mendapat petunjuk dan demi agar si kaya menyucikan hatinya. Lalu Allah menegurnya dengan tegurann lembut ini seraya berfirman;
“dia (Muhammad) bermuka masam” di wajah beliau, “dan berpaling” dengan raganya karena orang buta mendatanginya. Kemudian Allah menyebutkan manfaat menyambutnya seraya berfirman, “Tahukah kamu barangkali ia,” yakni orang buta tersebut, “ingin membersihkan dirinya (dari dosa),” yaitu membersihkan diri dari akhlak tercela dan ingin berakhlak terpuji, “atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya,” yakni, mendapatkan pengajaran tentang sesuatu sehingga ia mendapatkan manfaat dari pelajaran itu. Ini adalah manfaat besar dan itulah maksud diutusnya para rasul, maksud dari petuah orang yang memberi nasihat dan maksud dari peringatan orang yang memberi peringatan. Sambutanmu pada orang orang yang datang sendiri seraya memerlukanmu itu lebih layak dan wajib, sedangkan berpalingnya engkau pada orang kaya yang tidak memerlukanmu yang tidak mau bertanya dan meminta fatwa karena tidak memiliki keinginan pada kebaikan dan engkau tinggalkan orang lebih utama itu tidak layak bagimu. Tugasmu hanyalah memberi pengajaran, bila pun ia tidak mau mengambil pelajaran dengan membersihkan diri, engkau tidak akan dimintai pertanggung jawab atas perbuatan buruk yang ia lakukan.
Hal ini menunjukan pada kaidah masyhur; sesuatu yang telah diketahui tidak ditinggalkan untuk sesuatu yang belum jelas. Dan menyambut murid yang memerlukan dan penuh kemauan lebiih layak dari yang lainnya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 1-16
Banyak mufasir menyebutkan bahwa Rasulullah SAW suatu hari berbicara dengan salah satu pembesar Quraisy, yang beliau sangat menginginkan dia masuk Islam. Ketika beliau SAW sedang berbicara dengan suara yang perlahan dengannya, tiba-tiba Ibnu Ummi Maktum yang merupakan salah seorang yang telah masuk Islam sejak lama datang. Kemudian dia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang sesuatu dengan pertanyaan yang mendesak. Dan Nabi SAW saat itu sangat menginginkan jika dia diam dan tidak mengganggunya, agar beliau dapat berbicara dengan orang yang diajak bicara itu karena beliau sangat menginginkannya mendapat petunjuk. Maka beliau bermuka masam terhadap Ibnu Ummi Maktum dan memalingkan wajah darinya serta hanya melayani yang lain. Maka Allah SWT menurunkan firmanNya: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (1) karena telah datang seorang buta kepadanya (2) Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) (3)) yaitu menginginkan agar dirinya suci dan bersih dari segala dosa (atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? (4)) yaitu memperoleh pelajaran untuk dirinya sehingga dia menahan dirinya dari hal-hal yang diharamkan (Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (5) maka kamu melayaninya (6)) yaitu, adapun orang yang kaya, maka kamu melayaninya dengan harapan dia mendapat petunjuk (Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman) (7)) yaitu, kamu tidak akan bertanggungjawab mengenainya jika dia tidak mau membersihkan dirinya (Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran) (8) sedangkan ia takut (kepada Allah) (9)) yaitu dengan sengaja datang kepadamu untuk mendapat petunjuk dengan apa yang kamu katakan kepadanya (maka kamu mengabaikannya (10)) yaitu, kamu mengacuhkan dia. Dan setelah kejadian ini Allah SWT memerintahkan kepada RasulNya SAW untuk tidak mengkhususkan peringatan terhadap seseorang saja, melainkan harus menyamakan di antara semuanya. tidak dibedakan antara orang yang mulia dan orang yang lemah, orang miskin dan orang kaya, orang merdeka dan budak, laki-laki dan perempuan, serta anak-anak dan orang dewasa. Kemudian Allah akan memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki kepada jalan yang lurus. MilikNyalah hikmah yang jelas dan hujjah yang kuat.
Diriwayatkan dari Anas, dia berkata tentang firman Allah SWT: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (1)) Ibnu Ummi Maktum datang kepada Nabi SAW yang saat itu sedang berbicara dengan Ubay bin Khalaf, maka beliau SAW berpaling dari Ibnu Ummi Maktum, lalu Allah SWT menurunkan firmanNya: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (2) karena telah datang seorang buta kepadanya (2)) Maka setelah itu Nabi SAW selalu menghormatinya.
Firman Allah SWT: (Sekali-kali jangan (demikian, Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. ('Abasa: 11) yaitu, surah ini atau perintah menyamakan kedudukan antara semua manusia dalam menyampaikan pengetahuan, antara orang yang mulia dan orang yang lemah.
Qatadah dan As-Suddi berkata tentang firmanNya: (Sekali-kali jangan (demikian). Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan (11)) yaitu Al-Qur'an (maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya (12)) yaitu, barang siapa yang menghendaki, maka dia dapat mengingat Allah SWT dalam semua urusannya. Bisa ditafsirkan bahwa dhamirnya merujuk kepada wahyu berdasarkan konteks pembicaraan berkaitan dengannya.
Firman Allah SWT: (di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (13) yang ditinggikan lagi disucikan (14)) yaitu surah ini atau pelajaran ini, keduanya saling berkaitan, bahkan Al-Qur'an seluruhnya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yaitu diagungkan dan dimuliakan (yang ditinggikan) yaitu, mempunyai kedudukan tinggi (lagi disucikan) yaitu disucikan dari hal yang kotor, penambahan, dan pengurangan.
Firman Allah SWT: (di tangan para penulis (15))
Ibnu Abbas dan Ibnu Zaid berkata bahwa maknannya adalah para malaikat.
Qatadah berkata bahwa mereka adalah para ahli qiraat.
Ibnu Jarir berkata bahwa pendapat yang shahih adalah bahwa “As-safarah” adalah para malaikat, yaitu para malaikat antara Allah SWT dengan makhlukNya. Dan termasuk di dalamnya yaitu dikatakan “As-safir” yaitu orang yang menghubungkan antara manusia dalam perdamaian dan kebaikan. Sebagaimana yang dikatakan penyair:
“Aku belum pernah mengabaikan perantara di antara kaumku, dan aku belum pernah berjalan untuk tujuan menipu”
Imam Bukhari berkata bahwa “safarah” adalah para malaikat. “Safarat” yaitu membuat perdamaian di antara mereka. Para malaikat yang menurunkan wahyu Allah SWT dan menyampaikannya itu seperti orang yang mendamaikan di antara kaum
Firman Allah SWT: (yang mulia lagi berbakti (16)) yaitu rupa mereka mulia, baik, dan terhormat. Akhlak dan perbuatan mereka baik, suci dan sempurna. Maka berdasarkan hal ini orang yang menghafal Al-Qur'an hendaknya berada dalam jalan yang lurus dan petunjuk dalam semua perbuatan dan ucapannya.
Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang membaca Al-Qur'an, sedangkan dia pandai membacanya maka dia bersama dengan para malaikat safarah yang mulia dan berbakti. Adapun orang yang membacanya, sedangkan dia melakukannya dengan berat, baginya dua pahala”
📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)
Atau mungkin dia datang untuk mendapatkan nasehat darimu wahai Rasul dan nasehat itu pastinya bermanfaan bagi dirinya , dia datang kepadamu hanya untuk itu , dan sikap Rasulullah ﷺ kepada laki-laki itu mendapatkan teguran dari Allah ﷻ , oleh karenanya Allah berkata : { وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ , أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَىٰ } .
📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H
أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى “atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?” Tahukah kamu barangkali ia ingin mendapatkan pengajaran. Maksudnya: meminta nasehat sehingga nasehat itu bermanfaat baginya, Sungguh Ibnu Ummi Maktum radhiyallaahu ‘anhu lebih besar harapannya untuk menerima nasehat dan mau belajar.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat ‘Abasa ayat 4: 1-4. Pada awal-awal surat ini (ditujukan) sebagai petunjuk untuk Nabi dalam bergaul dengan orang-orang yang lemah dari kalangan kaum muslimin. Allah menjelaskan bahwa pada wajah Rasul nampak perubahan dan bermuka masam ketika telah datang padanya seorang yang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum yang menanyakan kepadanya berkenaan dengan urusan agama; Maka Rasul berpaling darinya karena Abdullah Ummi Maktum memotong ucapan Rasul ketika beliau sibuk berdakwah kepada pembesar-pembasar Quraisy yang keras kepala semisal : Utbah, Syaibah, Abu Jahl, dan Walid bin Mughirah yang Rasul mendambakan keislaman pada mereka. Kemudian Allah tegur Nabi dengan berkata : Tidaklah engkau (wahai Nabi) mengetahui dirinya dan dikabarkan berkenaan dengan keadaan orang yang buta ini, maka semoga ia dengan bertanya kepadamu aka menjadikan dirinya suci dari dosa-dosanya. Atau memberikan manfaat dengan apa yang ia dengar darimu kemudian ia berpikir dan menerangi hatinya dengan cahaya keimanan. Adapun pembesar-pembesar itu yang justru wajahnya berpaling, pura-pura buta dengan apa yang engkau dakwahkan, maka sungguh engkau telah menyampaikan dakwah kepada mereka dan tidak ada kewajiban bagimu kecuali hanya menyampaikan, dan sungguh telah engkau kerjakan. Dan Allah catat dengan firman-Nya : “Abasa wa Tawallaa”. Dan Allah tidak mengatakan : Engkau Muhammad bermuka masam dan telah berpaling, yang seolah-olah berbicara dengan seseorang yang lain (selain nabi). Karena maksud Allah hanyalah mengingatkan dan memberi petunjuk.
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Dengan mengamalkannya. Ayat ini menunjukkan bahwa sepatutnya seorang alim memberikan perhatian lebih kepada penuntut ilmu yang butuh yang memang lebih semangat daripada yang lain. Dari ayat ini diambil sebuah kaedah, yaitu:
لاَ يُتْرَكُ أَمْرٌ مَعْلُوْمٌ لِأَمْرٍ مَوْهُوْمٍ، وَلاَ مَصْلَحَةٌ مُتَحَقِّقَةٌ لِمَصْلَحَةٍ مُتَوَهِّمَةٌ
“Perkara yang jelas tidaklah ditinggalkan karena perkara yang belum jelas, dan maslahat yang memang terwujud tidaklah ditinggalkan karena maslahat yang masih dikira-kira.”
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat ‘Abasa Ayat 4
Atau tahukah engkau bila dia datang karena dia ingin mendapatkan pengajaran Al-Qur'an dan ajaran islam darimu, yang memberi manfaat kepadanya sehingga dia lebih tekun beribadah, beramal saleh, dan menjadi pengikut setiamu' 5-6. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup dengan apa yang dia punya, seperti kedudukan, status sosial, dan kekayaan; sehingga dia enggan beriman kepada Allah dan mengikuti ajaranmu, maka engkau justru memberi perhatian kepadanya secara penuh agar jika dia masuk islam dan menjadi pelopor bagi pengikutnya. Dalam berdakwah kepada pemuka quraiys, nabi sebetulnya mempunyai niat yang mulia, tetapi Allah menegur perlakuan nabi kepada 'abdull'h lebih karena dia menginginkan nabi melakukan sesuatu yang lebih baik.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah beberapa penjelasan dari berbagai mufassirin berkaitan kandungan dan arti surat ‘Abasa ayat 4 (arab-latin dan artinya), semoga memberi kebaikan bagi kita bersama. Dukunglah syi'ar kami dengan memberikan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.