Surat Al-Qiyamah Ayat 20
كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ ٱلْعَاجِلَةَ
Arab-Latin: Kallā bal tuḥibbụnal-'ājilah
Artinya: Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
« Al-Qiyamah 19 ✵ Al-Qiyamah 21 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Tafsir Menarik Terkait Surat Al-Qiyamah Ayat 20
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Qiyamah Ayat 20 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada aneka ragam tafsir menarik dari ayat ini. Didapati aneka ragam penafsiran dari beragam ahli tafsir terkait kandungan surat Al-Qiyamah ayat 20, misalnya sebagaimana berikut:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
20-21. Perkaranya tidak sebagaimana yang kalian klaim (wahai kaum musyrikin) bahwa tidak ada kebangkitan, dan tidak ada pembalasan amal, sebaliknya kalian adalah orang-orang yang mencintai dunia dan perhiasannya, meninggalkan dan melalaikan akhirat dengan segala kenikmatannya.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
20-21. Ayat-ayat ini dimulai dengan cercaan dan larangan mengingkari hari kebangkitan yang telah jelas bukti-bukti keberadaannya. Dan yang membuat manusia mengingkarinya adalah kecintaan mereka kepada dunia, dan kenikmatan serta syahwatnya, sehingga mereka melupakan akhirat dan melalaikan amal shalih untuk menyambutnya. Dua ayat ini ditunjukan kepada orang-orang kafir.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
20. Sekali-kali tidak demikian, perkaranya tidak sebagaimana yang kalian duga dalam hal mustahilnya terjadi kebangkitan. Kalian tahu bahwa Żat Yang Mahakuasa untuk menciptakan kalian dari semula tidak akan kesulitan untuk menghidupkan kalian setelah kematian kalian, akan tetapi sebab pendustaan kalian terhadap kebangkitan adalah kecintaan kalian terhadap kehidupan dunia yang cepat berlalu.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
20-21
Pemilihan kata { وَتَذَرُونَ } dibandingkan kata (تدعون) ada alasannya; Sebab kata kerja (وَذَرَ) dalam arti umum mengandung makna mencela, dan pengambil posisi pencela, sesungguhnya mereka senang dengan dunia dan meninggalkan akhirat, maka dipilihlah kata kerja yang disebutkan dalam makna umum mencela, dan ini adalah pilihan artistik yang bagus.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
20. Tidak! Untuk mencela manusia yang mencintai kehidupan dunia. Tapi kalian wahai orang kafir justru memilih dan mencintai kehidupan dunia dan segala tipu dayanya
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{Sekali-kali tidak. Bahkan, kalian mencintai kehidupan yang cepat} kehidupan dunia
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
20-21. Maknanya, inilah yang menyebabkan kalian lalai dan berpaling dari nasihat dan peringatan Allah, karena sesungguhnya kalian “sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,” kalian berusaha untuk mendapatkan kenikmatan-kenikmatan dan kesenangan-kesenangannya. Kalian lebih mementingkan dunia daripada akhirat sehingga kalian tidak beramal untuk akhirat, karena kenikmatan dan kesenangan dunia memang disegerakan. Manusia silau dalam mencintai sesuatu yang bersifat segera sedangkan akhirat dilalaikan, padahal di sanalah tempat kenikmatan abadi. Karena itulah kalian melalaikannya dan kalian meninggalkannya seolah-olah kalian tidak diciptakan untuk akhirat. Dan seolah-olah dunia ini adalah tempat keabadian yang mengharuskan usia-usia berharga dicurahkan untuknya siang dan malam. Dengan demikian, kebenaran terbalik bagi kalian dan kalian mendapatkan kerugian. Andai kalian lebih mementingkan akhirat daripada dunia dan bisa melihat resiko berbagai perbuatan secara mendalam dan dengan akal, niscaya kalian akan berhasil dan mendapatkan keuntungan yang tidak terselip adanya kerugian dan niscaya kalian akan mendapatkan kemenangan yang tidak disertai kesengsaraan.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 16-25
Ini merupakan pengajaran dari Allah SWT kepada RasulNya SAW tentang bagaimana dia harus menerima wahyu dari malaikat. Karena sesungguhnya beliau selalu tergesa-gesa menerimanya dan mendahului malaikat dalam membacanya. Maka Allah SWT memerintahkan kepadanya bahwa jika malaikat datang membawa wahyu kepadanya, hendaknya Rasulallah mendengarkannya, dan Allahlah yang akan menjaminnya untuk dapat mengumpulkannya di dalam dadanya dan memudahkan baginya dalam menyampaikannya sesuai dengan apa yang disampaikan kepadanya. Dan hendaknyalah Rasulullah membiarkan malaikat menerangkan, menafsirkan, dan menjelaskannya. Maka keadaan pertama adalah mengumpulkannya dalam dadanya, keadaan kedua adalah membacanya, dan keadaan ketiga adalah tafsir dan penjelasan maknannya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya (16)) yaitu dengan Al-Qur'an, sebagaimana Allah berfirman: (dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”) (Surah Thaha: 114)
Kemudian Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya)
di dadamu (dan membacanya) yaitu kamu membacanya (Apabila Kami telah selesai membacakannya) yaitu apabila malaikat telah membacakannya kepadamu dari Allah SWT (maka ikutilah bacaannya itu) yaitu dengarkanlah dia, kemudian bacalah sebagaimana dibacakan kepadamu (Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya (19)) yaitu setelah kamu hafal dan baca, maka Kami akan menjelaskan dan menerangkannya kepadamu serta memberimu ilham terkait maknanya sesuai dengan apa yang Kami kehendaki dan tentukan.
Diriwayatkan dari Musa bin Abu ‘Aisyah, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Rasulullah SAW pada mulanya merasa berat saat menerima wahyu, dan beliau menggerakkan kedua bibirnya” Dia berkata, “Ibnu Abbas berkata kepadaku,"Dan aku menggerakkan kedua bibirku sebagaimana Rasulullah SAW menggerakkan kedua bibirnya" dia berkata,”Sa'id berkata kepadaku,"Aku menggerakkan kedua bibirku sebagaimana Ibnu Abbas menggerakkan kedua bibirnya" Kemudian Allah SWT menurunkan firmanNya: (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya (16) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (17)) yaitu mengumpulkannya di dalam dadamu, kemudian kamu membacanya. (Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu (18)) yaitu, dengarkanlah dan diamlah. (Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya (19)) Setelah itu apabila malaikat Jibril berangkat, maka Nabi SAW membacanya sebagaimana apa yang dibacakan kepadanya.
Firman Allah: (Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia (20) dan meninggalkan (kehidupan) akhirat (21)) yaitu, sesungguhnya yang mendorong mereka mendustakan hari kiamat, menentang wahyu kebenaran dan Al-Qur'an yang agung yang diturunkan Allah SWT kepada RasulNya SAW, karena tujuan mereka hanya kehidupan dunia yang segera dan mereka sama sekali melupakan akhirat.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri (22))
dari kata “an-nadharah” yaitu bagus, cerah, bersinar, dan gembira (Kepada Tuhannyalah mereka melihat (23)) yaitu melihat Tuhannya dengan terang-terangan, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam hadits shahihnya:”Sesungguhnya kamu kelak akan melihat Tuhanmu dengan terang-terangan” Dan sungguh terkait melihatnya orang-orang mukmin kepada Allah SWT di akhirat telah disebutkan hadits-hadits shahih dari berbagai jalur yang mutawatir, yang telah dinukil oleh para imam hadits, sehingga tidak mungkin ditolak atau dicegah kebenarannya. Hadits dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah yang keduanya ada dalam hadits shahih Bukhari Muslim bahwa sejumlah orang bertanya,"Wahai Rasulullah, apakah kita dapat melihat Tuhan kita pada hari kiamat?" Rasulullah SAW bertanya:”Apakah kalian berdesak-desakan saat melihat matahari dan bulan di hari yang tak berawan?” Mereka menjawab, "Tidak” Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian seperti itu"
Hal ini dengan memuji Allah telah menjadi kesepakatan di antara para sahabat, tabi'in, dan ulama’ Salaf dari umat ini, sebagaimana hal ini telah disepakati di kalangan para imam Islam dan para ulama pemberi petunjuk manusia. Orang yang menakwilkan kata “ila” sebagai bentuk tunggal dari “Al-ala’” yaitu nikmat-nikmat, seperti yang dikatakan Ats-Tsauri, dari Manshur, dari Mujahid tentang firmanNya: (Kepada Tuhannyalah mereka melihat (23)) dia berkata, "menunggu pahala dari Tuhan " Maka sesungguhnya pendapat ini menjauhkan keraguan dan membatahkan argumen yang disampaikan. Lalu bagaimanakah jawaban orang yang berpendapat demikian dengan adanya firman Allah SWT: (Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka (15)) (Surah Al-Muthaffifin)
Imam Syafii berkata bahwa tidaklah orang-orang durhaka dihalangi dari melihat Tuhan mereka, melainkan karena diketahui bahwa orang-orang yang baik dapat melihat Tuhan mereka. Kemudian banyak juga pemberitahuan-pemberitahuan dari Rasulullah SAW secara mutawatir menunjukkan pengertian yang sama dengan konteks ayat yang mulia, yaitu firmanNya SWT: (Kepada Tuhannyalah mereka melihat (23))
Firman Allah SWT: (Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram (24) mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat (25)) Inilah penampilan wajah orang-orang durhaka pada hari kiamat dan menjadi muram. Qatadah berkata tampak kelabu.
Ibnu Zaid berkata bahwa firmanNya (basirah) yaitu muram.
(mereka yakin) yaitu yakin (bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat) Mujahid berkata bahwa maknannya adalah kebinasaan.
Qatadah berkata bahwa itu adalah keburukan.
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Qiyamah ayat 20: 20-21. Sekali-kali tidak, wahai orang-orang musyrik, perkaranya tidak sebagaimana kalian katakan bahwa : Bahwasanya kalian tidak akan pernah dibangkitkan setelah kematian kalian. Akan tetapi, manusia yang menyeru kalian seperti ini adalah dia (manusia) yang mencintai kehidupan dunia dan perhiasannya, meninggalkan amalan shalih untuk akhirat dan hanyut dalam kenikmatannya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Kata ‘kalla’ di ayat ini bisa diartikan ‘Ingatlah’.
Inilah yang membuat kamu lalai dan berpaling dari nasihat Allah dan peringatan-Nya.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Qiyamah Ayat 20
20-21. Ayat ini kembali menceritakan tentang orang-orang yang mengabaikan petunjuk Al-Qur'an. Tidak! bahkan kamu terlalu mencintai kehidupan dunia yang fana ini, dan mengabaikan kehidupan akhirat yang sempurna dan abadi
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah sekumpulan penjabaran dari kalangan mufassirin mengenai makna dan arti surat Al-Qiyamah ayat 20 (arab-latin dan artinya), moga-moga menambah kebaikan untuk kita bersama. Sokong kemajuan kami dengan memberi link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.