Surat Al-Qiyamah Ayat 10
يَقُولُ ٱلْإِنسَٰنُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ ٱلْمَفَرُّ
Arab-Latin: Yaqụlul-insānu yauma`iżin ainal-mafarr
Artinya: Pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?"
« Al-Qiyamah 9 ✵ Al-Qiyamah 11 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Hikmah Mendalam Tentang Surat Al-Qiyamah Ayat 10
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Qiyamah Ayat 10 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai hikmah mendalam dari ayat ini. Didapatkan pelbagai penafsiran dari berbagai ahli ilmu terhadap isi surat Al-Qiyamah ayat 10, di antaranya sebagaimana di bawah ini:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
7-10. Ketika pandangan mata terbelalak, terkejut ketakutan melihat kengerian pada Hari Kiamat, rembulan hilang cahayanya, matahari dan rembulan dikumpulkan, cahaya keduanya sama-sama hilang, tidak ada lagi cahaya bagi keduanya; saat itu manusia bertanya, “Kemana tempat berlari dari azab?”
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
10-12. Orang kafir yang ketakutan itu bertanya: Di manakah aku dapat menemukan tempat berlindung dan bersembunyi dari peristiwa-peristiwa yang mengerikan ini?
Kemudian dijawab dengan cercaan terhadap pertanyaan ini dan anjuran untuk tidak perlu bersembunyi, sebab tidak ada lagi tempat berlari dan bersembunyi.
Itulah hari kebangkitan dan kembali kepada Allah untuk mendapat balasan atas amal perbuatan; para hamba akan tinggal di tempat yang penuh kenikmatan, atau masuk ke dalam neraka Jahannam.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
10. Manusia yang jahat pada hari itu berkata, “Di mana tempat pelarian?”
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
10. يَقُولُ الْإِنسٰنُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ (pada hari itu manusia berkata: “Ke mana tempat berlari?”)
Yakni dimanakah tempat lari dari Allah serta dari hisab dan azab-Nya.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
10. Orang-orang kafir yang mendustakan hari kebangkitan itu berkata: Kemana jalan untuk melarikan diri dari ini semua?
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Pada hari itu manusia berkata,"Dimana tempat lari”} tempat lari
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
7-10. Maksudnya, “maka apabila” tiba Hari Kiamat, “mata terbelalak (ketakutan),” yakni mata terbelalak (melotot) oleh kengerian karena huru-hara besar, dan terbelalak tidak terpejam, sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah yang lain,” Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.” -Ibrahim:42-43-
“Dan apabila bulan telah hilang cahayanya,” yakni hilang sinar dan kekuatannya, “dan matahari dan bulan dikumpulkan,” keduanya sejak diciptakan Allah tidak pernah disatukan, dan pada Hari Kiamat Allah akan menyatukan keduanya. Cahaya rembulan dilenyapkan, matahari digulung, kemudian keduanya dilemparkan ke dalam neraka agar semua manusia mengetahui bahwa keduanya adalah dua ciptaan dan hamba Allah yang ditundukkan, dan agar orang-orang yang menyembah keduanya mengetahui bahwa mereka berdusta. “Pada hari itu manusia berkata,” ketika melihat hal-hal mengerikan, “Kemana tempat lari?” yakni, kemanakah tempat lari dan terlepas dari semua yang akan menimpa kami?
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 1-15
Pembahasannya telah disebutkan berkali-kali bahwa objek sumpah itu apabila merupakan hal yang dinafikan, maka boleh mendatangkan huruf “la” sebelum kata qasam untuk menegaskan nafi. Dan yang menjadi objek qasamnya adalah mengukuhkan adanya hari kebangkitan, dan menyanggah apa yang diduga oleh para hamba yang bodoh yang meniadakan hari kebangkitan. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Aku bersumpah dengan hari kiamat (1) dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (2)) Al-Hasan berkata bahwa Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan tidak bersumpah dengan jiwa yang menyesal
Qatadah berkata, bahkan Allah bersumpah dengan menyebut keduanya.
Diriwayatkan dari Sammak, bahwa dia bertanya kepada Ikrimah tentang firmanNya: (dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (2)) dia berkata setiap orang menyesali perbuatan yang baik dan yang buruk, dan seandainya aku melakukan ini dan itu. Ibnu Jarir meriwayatkan ini dari SA’id bin Jubair tentang firmanNya: (dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (2)) dia berkata bahwa dia mencela kebaikan dan keburukan.
Ibnu Jarir berkata bahwa semua pendapat itu saling berdekatan maknannya. Tetapi yang lebih mirip dengan makna yant tampak adalah jiwa yang menyesali dirinya atas perbuatan baik dan buruknya, dan menyesali yang telah lalu.
Firman Allah SWT: (Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? (3)) yaitu pada hari kiamat, apakah dia mengira bahwa Kami tidak mampu mengembalikan tulangnya, lalu mengumpulkannya dari tempat-tempatnya yang berserakan (Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna (4)) Sa'id bin Jubair dan Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud adalah kuku atau teracaknya. Demikian juga dikatakan Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, Adh-Dhahhak, dan Ibnu Jarir. Ibnu Jarir mengemukakan alasannya, bahwa sesungguhnya jika Allah menghendaki, bisa saja Dia melakukan hal itu di dunia. Makna yang jelas dari ayat ini menunjukkan bahwa firmanNya SWT: (Kami kuasa) merupakan haal dari firmanNya SWT (Najma'a) yaitu apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulangnya? Bukan, sebenarnya Kami akan mengumpulkannya kembali, dan Kami mampu untuk menyusun kembali jari jemarinya, yaitu kekuasaan Kami mampu untuk menghimpunkannya, dan seandainya Kami mengkehendaki, maka Kami membangkitkannya dengan lebih sempurna dari sebelumnya, maka Kami menjadikan jari jemarinya dalam keadaan rata yaitu sama panjangnya. Demikianlah makna dari pendapat Ibnu Qutaibah dan Az-Zujaj.
Firman Allah: (Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus-menerus (5)) Sa'id bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yakni terus-menerus dalam kedurhakaannya.
Mujahid berkata tentang firmanNya: (hendak membuat maksiat terus-menerus) yaitu, terus ke depan mengikuti kepalanya.
Al-Hasan berkata bahwa anak cucu nabi Adam tidak akan pernah merasa puas dalam mengikuti hawa nafsunya kepada perbuatan durhaka terhadap Allah terus-menerus kecuali orang yang dipelihara oleh Allah SWT.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud adalah orang kafir yang mendustakan hari penghisaban. Demikian juga yang dikatakan Ibnu Zaid, dan inilah yang lebih kuat dan lebih sesuai dengan yang dimaksud. Oleh karena itu, maka Allah berfirman setelahnya: (Ia bertanya, "Bilakah hari kiamat itu?” (6)) yaitu dia menanyakan kapan hari kiamat itu? Akan tetapi, pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang bermaksud menunjukkan kemustahilan kejadiannya dan mendustakan keberadaannya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan mereka berkata, "Kapankah (datangnya) janji ini, jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (29) Katakanlah.”Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari kiamat) yang tiada dapat kamu minta mundur darinya barang sesaat pun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan" (30)) (Surah Saba')
Allah SWT berfirman di sini: (Maka apabila mata terbelalak (ketakutan) (7)) Abu Amr bin Al-’Ala’ berkata bahwa “bariqa” dengan dikasrah huruf ra’nya yaitu terbelalak. Apa yang dia katakan mirip dengan pengertian firman Allah SWT: (sedangkan mata mereka tidak berkedip-kedip) (Surah Ibrahim: 43) yaitu, bahkan mereka memandang karena takut ini dan itu, mata mereka terbelalak ke sana kemari tidak menentu karena dicekam rasa takut yang hebat.
Ulama lainnya membaca “baraqa” dengan difathah, tetapi maknanya berdekatan dengan pendapat yang pertama. Makna yang dimaksud adalah bahwa pandangan-pandangan mata di hari kiamat terbelalak dan tidak berkedip serta bingung karena dahsyatnya kengerian hari kiamat, berupa besarnya peristiwa yang mereka saksikan pada hari kiamat.
Firman Allah SWT: (dan apabila bulan telah hilang cahayanya (8)) yaitu, sinarnya lenyap (dan matahari dan bulan dikumpulkan (9)) Mujahid berkata yaitu keduanya digulung.
Firman Allah SWT: (pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari?” (10)) yaitu apabila manusia melihat huru-hara yang kedahsyatan hari kiamat ini, maka setiap orang menginginkan lari menyelamatkan diri seraya berkata, "Dimanakah tempat untuk melarikan diri?" yaitu tempat untuk berlindung dari itu? Allah SWT berfirman: (Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! (11) Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali (12)) Ibnu Abbas, Sa'id bin Jubair dan selain mereka dari kalangan ulama salaf berkata bahwa makna yang dimaksud adalah tidak ada jalan selamat. Ayat ini sebagaimana firmanNya: (Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu)) (Surah Asy-Syura: 47) yaitu tidak ada suatu tempat bagi kalian untuk bersembunyi. Demikian juga Allah berfirman di sini: (Tidak ada tempat berlindung) yaitu, tidak ada tempat untuk berlindung bagi kalian. Oleh karena itu Allah berfirman: (Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali (12)) yaitu tempat kembali dan tempat pulang.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya (13)) yaitu memberitahukan semua amal perbuatan yang dia lakukan, baik yang di masa lalu dan di masa sekarang, dan baik yang pertama maupun yang terakhir, yang kecil maupun yang besar. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorangpun) (Surah Al-Kahfi: 49) Demikian juga Allah berfirman di sini: (Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (14) meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya (15)) yaitu dia menyaksikan dirinya, dan menetahui perbuatannya sekalipun dia beralasan dan mengingkarinya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu) (Surah Al-Isra: 14)
Ibnu Abbas berkata tentang firmanNya: (Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (14)) dia berkata yaitu pendengaran, penglihatan, kedua tangan, kedua kaki, dan anggota tubuhnya
Qatadah berkata yaitu menjadi saksi terhadap dirinya sendiri.
Mujahid berkata tentang firmanNya: (meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya (15)) yaitu sekalipun dia mendebat untuk membela dirinya, tetapi dia melihatnya.
Qatadah berkata tentang firmanNya: (meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya (15)) yaitu bagaimanapun alasannya pada hari itu. tidak akan diterima darinya.
Pendapat yang shahih adalah yang dikatakan oleh Mujahid dan para temannya, sebagaimana firmanNya: (Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan.”Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah” (23)) (Surah Al-An'am: 23)
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Qiyamah ayat 10: 7-10. Allah mengkhususkan pensifatan untuk orang kafir ini pada hari kiamat, Allah berkata : Ketahuilah wahai orang yang ingkar akan hari kiamat, bahwasanya hari kiamat terjadi jika mata terbelalak yang kemudian mata tersebut enggan (berpaling) dai apa yang nampak, dan hilangnya cahaya bulan, dan dikumpulkan antara matahari dan bulan dengan hilangnya cahaya keduanya. Pada hari itu engkau akan berkata wahai orang yang ingkar : Dimana tempat untuk meloloskan diri dan menyelamatkannya dari ketetapan Allah dan kuasa Allah serta adzab dan hisab-Nya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Qiyamah Ayat 10
7-10. Atas pertanyaan kaum pendurhaka yang tujuannya untuk mengejek maka ayat ini menegaskan ancamannya kepada mereka. Maka apabila mata terbelalak karena ketakutan, dan bulan pun telah hilang cahayanya, lalu matahari dan bulan dikumpulkan, dan saat itulah kiamat terjadi. Pada hari itu manusia berkata, 'kemana tempat lari untuk menyelamatkan diri'' sama sekali tidak ada tempat yang aman. 11-13. Pertanyaan manusia pada akhir ayat yang lalu, diberikan jawab-annya pada ayat-ayat ini. Sekali-kali tidak! tidak ada tempat berlindung kecuali pada Allah semata! hanya kepada tuhanmu sajalah yang selama ini berbuat baik kepadamu wahai manusia, tidak kepada siapa pun selain-Nya, tempat kembali pada hari itu. Allah yang akan memutuskan seadil-adilnya atas segala urusan manusia. Pada hari itu diberitakan secara jelas dan tegas kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian beberapa penjelasan dari banyak mufassir mengenai isi dan arti surat Al-Qiyamah ayat 10 (arab-latin dan artinya), semoga membawa faidah untuk kita semua. Sokong kemajuan kami dengan memberi tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.