Surat Al-Qiyamah Ayat 2
وَلَآ أُقْسِمُ بِٱلنَّفْسِ ٱللَّوَّامَةِ
Arab-Latin: Wa lā uqsimu bin-nafsil-lawwāmah
Artinya: Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).
« Al-Qiyamah 1 ✵ Al-Qiyamah 3 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Mendalam Tentang Surat Al-Qiyamah Ayat 2
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Qiyamah Ayat 2 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan pelajaran mendalam dari ayat ini. Diketemukan kumpulan penjelasan dari beragam mufassirin terkait makna surat Al-Qiyamah ayat 2, antara lain seperti di bawah ini:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
1-4. Allah bersumpah dengan hari perhitungan amal dan pembalasan. Allah juga bersumpah dengan jiwa beriman yang bertakwa yang mengkritik pemiliknya saat meninggalkan ketaatan dan melakukan kemaksiatan, bahwa manusia akan dibangkitkan. Apakah manusia kafir itu menyangka Kami tidak kuasa mengumpulkan tulang belulangnya sesudah ia berserakan? Dugan itu salah besar, sebaliknya Kami akan mengumpulkannya, Kami Mahakuasa sesudah mengumpulkannya dan menyatukannya untuk membentuk dan menyusun kembali jari-jari dan ruas-ruasnya sebagaimana sebelum dia mati.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
2. Dan Allah bersumpah dengan nafsu baik yang mencela dirinya karena kurang sempurna melakukan amal saleh dan melakukan perbuatan buruk, Allah bersumpah dengan dua hal ini bahwa Allah akan membangkitkan manusia semua untuk perhitungan amal perbuatan dan pembalasannya.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
2. وَلَآ أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri))
Yang dimaksud adalah jiwa orang yang beriman yang menyesali apa yang terlewat darinya; jiwa itu akan memarahi dirinya atas keburukan yang dilakukannya “mengapa kamu melakukannya!” dan memarahi dirinya atas kebaikan “mengapa kamu tidak memperbanyaknya.”
Muqatil berpendapat: yang dimaksud adalah jiwa orang kafir yang memarahi dan menyesali dirinya di akhirat atas kelalaiannya dalam menjalankan kewajiban dari Allah.
Atau yang dimaksud adalah Allah bersumpah dengan keduanya sekaligus yaitu dengan jiwa orang beriman dan jiwa orang kafir, bahwa Dia akan mengumpulkan tulang belulang kemudian menghidupkan seluruh manusia untuk Dia memberinya perhitungan dan balasan.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
Al-Hasan Al-Bashri berkata: Kamu tidak akan pernah melihat seorang mukmin melainkan menyalahkan dirinya sendiri. Apa yang saya inginkan dari ucapan ku ini? Apa yang saaya inginkan dari makananku? Apa yang saya inginkan dari ucapanku pada diri saya sendiri?. Saya tidak melihat melainkan dia menyalahkannya, dan orang yang tidak bermoral bergerak maju tanpa menyalahkan dirinya sendiri.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
2. Aku (Allah) bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali dirinya sendiri dalam keteledorannya untuk menjalankan ketaatan. Jiwa itu seharusnya senantiasa terjaga untuk selalu melakukan ketaatan.
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Aku bersumpah demi jiwa yang sangat menyesali} jiwa mukmin yang mencela sahabatnya, yaitu ketika beramal shalih, dia berkata,"Tidaklah bertambah", dan jika beramal buruk, dia berkata,"Celakalah kamu jangan melakukan itu
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
2. “Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri),” ini mencakup seluruh jiwa yang baik dan yang keji. Disebut sebagai jiwa yang amat menyesali karena banyaknya berganti warna dan berulang-ulang dan tidak berada dalam satu keadaan, dan karena jiwa ini mencela orangnya pada saat meninggal dunia atas apa yang telah dilakukan. Sedangkan jiwa orang yang beriman mencela orangnya ketika berada di dunia atas kemalasan atau tidak menunaikan kewajiban secara sempurna atau karena kelalaian. Dalam ayat ini sumpah atas pembalasan dan balasan disatukan dan juga antara pembalasan dengan orang yang berhak mendapatkannya.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 1-15
Pembahasannya telah disebutkan berkali-kali bahwa objek sumpah itu apabila merupakan hal yang dinafikan, maka boleh mendatangkan huruf “la” sebelum kata qasam untuk menegaskan nafi. Dan yang menjadi objek qasamnya adalah mengukuhkan adanya hari kebangkitan, dan menyanggah apa yang diduga oleh para hamba yang bodoh yang meniadakan hari kebangkitan. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Aku bersumpah dengan hari kiamat (1) dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (2)) Al-Hasan berkata bahwa Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan tidak bersumpah dengan jiwa yang menyesal
Qatadah berkata, bahkan Allah bersumpah dengan menyebut keduanya.
Diriwayatkan dari Sammak, bahwa dia bertanya kepada Ikrimah tentang firmanNya: (dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (2)) dia berkata setiap orang menyesali perbuatan yang baik dan yang buruk, dan seandainya aku melakukan ini dan itu. Ibnu Jarir meriwayatkan ini dari SA’id bin Jubair tentang firmanNya: (dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (2)) dia berkata bahwa dia mencela kebaikan dan keburukan.
Ibnu Jarir berkata bahwa semua pendapat itu saling berdekatan maknannya. Tetapi yang lebih mirip dengan makna yant tampak adalah jiwa yang menyesali dirinya atas perbuatan baik dan buruknya, dan menyesali yang telah lalu.
Firman Allah SWT: (Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? (3)) yaitu pada hari kiamat, apakah dia mengira bahwa Kami tidak mampu mengembalikan tulangnya, lalu mengumpulkannya dari tempat-tempatnya yang berserakan (Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna (4)) Sa'id bin Jubair dan Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud adalah kuku atau teracaknya. Demikian juga dikatakan Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, Adh-Dhahhak, dan Ibnu Jarir. Ibnu Jarir mengemukakan alasannya, bahwa sesungguhnya jika Allah menghendaki, bisa saja Dia melakukan hal itu di dunia. Makna yang jelas dari ayat ini menunjukkan bahwa firmanNya SWT: (Kami kuasa) merupakan haal dari firmanNya SWT (Najma'a) yaitu apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulangnya? Bukan, sebenarnya Kami akan mengumpulkannya kembali, dan Kami mampu untuk menyusun kembali jari jemarinya, yaitu kekuasaan Kami mampu untuk menghimpunkannya, dan seandainya Kami mengkehendaki, maka Kami membangkitkannya dengan lebih sempurna dari sebelumnya, maka Kami menjadikan jari jemarinya dalam keadaan rata yaitu sama panjangnya. Demikianlah makna dari pendapat Ibnu Qutaibah dan Az-Zujaj.
Firman Allah: (Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus-menerus (5)) Sa'id bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yakni terus-menerus dalam kedurhakaannya.
Mujahid berkata tentang firmanNya: (hendak membuat maksiat terus-menerus) yaitu, terus ke depan mengikuti kepalanya.
Al-Hasan berkata bahwa anak cucu nabi Adam tidak akan pernah merasa puas dalam mengikuti hawa nafsunya kepada perbuatan durhaka terhadap Allah terus-menerus kecuali orang yang dipelihara oleh Allah SWT.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud adalah orang kafir yang mendustakan hari penghisaban. Demikian juga yang dikatakan Ibnu Zaid, dan inilah yang lebih kuat dan lebih sesuai dengan yang dimaksud. Oleh karena itu, maka Allah berfirman setelahnya: (Ia bertanya, "Bilakah hari kiamat itu?” (6)) yaitu dia menanyakan kapan hari kiamat itu? Akan tetapi, pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang bermaksud menunjukkan kemustahilan kejadiannya dan mendustakan keberadaannya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan mereka berkata, "Kapankah (datangnya) janji ini, jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (29) Katakanlah.”Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari kiamat) yang tiada dapat kamu minta mundur darinya barang sesaat pun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan" (30)) (Surah Saba')
Allah SWT berfirman di sini: (Maka apabila mata terbelalak (ketakutan) (7)) Abu Amr bin Al-’Ala’ berkata bahwa “bariqa” dengan dikasrah huruf ra’nya yaitu terbelalak. Apa yang dia katakan mirip dengan pengertian firman Allah SWT: (sedangkan mata mereka tidak berkedip-kedip) (Surah Ibrahim: 43) yaitu, bahkan mereka memandang karena takut ini dan itu, mata mereka terbelalak ke sana kemari tidak menentu karena dicekam rasa takut yang hebat.
Ulama lainnya membaca “baraqa” dengan difathah, tetapi maknanya berdekatan dengan pendapat yang pertama. Makna yang dimaksud adalah bahwa pandangan-pandangan mata di hari kiamat terbelalak dan tidak berkedip serta bingung karena dahsyatnya kengerian hari kiamat, berupa besarnya peristiwa yang mereka saksikan pada hari kiamat.
Firman Allah SWT: (dan apabila bulan telah hilang cahayanya (8)) yaitu, sinarnya lenyap (dan matahari dan bulan dikumpulkan (9)) Mujahid berkata yaitu keduanya digulung.
Firman Allah SWT: (pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari?” (10)) yaitu apabila manusia melihat huru-hara yang kedahsyatan hari kiamat ini, maka setiap orang menginginkan lari menyelamatkan diri seraya berkata, "Dimanakah tempat untuk melarikan diri?" yaitu tempat untuk berlindung dari itu? Allah SWT berfirman: (Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! (11) Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali (12)) Ibnu Abbas, Sa'id bin Jubair dan selain mereka dari kalangan ulama salaf berkata bahwa makna yang dimaksud adalah tidak ada jalan selamat. Ayat ini sebagaimana firmanNya: (Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu)) (Surah Asy-Syura: 47) yaitu tidak ada suatu tempat bagi kalian untuk bersembunyi. Demikian juga Allah berfirman di sini: (Tidak ada tempat berlindung) yaitu, tidak ada tempat untuk berlindung bagi kalian. Oleh karena itu Allah berfirman: (Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali (12)) yaitu tempat kembali dan tempat pulang.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya (13)) yaitu memberitahukan semua amal perbuatan yang dia lakukan, baik yang di masa lalu dan di masa sekarang, dan baik yang pertama maupun yang terakhir, yang kecil maupun yang besar. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorangpun) (Surah Al-Kahfi: 49) Demikian juga Allah berfirman di sini: (Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (14) meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya (15)) yaitu dia menyaksikan dirinya, dan menetahui perbuatannya sekalipun dia beralasan dan mengingkarinya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu) (Surah Al-Isra: 14)
Ibnu Abbas berkata tentang firmanNya: (Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (14)) dia berkata yaitu pendengaran, penglihatan, kedua tangan, kedua kaki, dan anggota tubuhnya
Qatadah berkata yaitu menjadi saksi terhadap dirinya sendiri.
Mujahid berkata tentang firmanNya: (meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya (15)) yaitu sekalipun dia mendebat untuk membela dirinya, tetapi dia melihatnya.
Qatadah berkata tentang firmanNya: (meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya (15)) yaitu bagaimanapun alasannya pada hari itu. tidak akan diterima darinya.
Pendapat yang shahih adalah yang dikatakan oleh Mujahid dan para temannya, sebagaimana firmanNya: (Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan.”Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah” (23)) (Surah Al-An'am: 23)
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Qiyamah ayat 2: 1-4. Allah mengawali surat ini dengan sumpah, Allah berkata : Aku bersumpah dengan hari kiamat, hari perhitungan dan balasan, dimana tidak ada keraguan dalam kejadaiannya. Allah bersumpah dengan jiwa manusia yang suci dan beriman, yang banyak berharap kepada-Ku, yang mencela dirinya sendiri atas kesalahan dan kekurangan dalam melaksanakan hak Allah. Sungguh kalian wahai jin dan manusia, akan dibangkitkan dan saling dihitung atas seluruh amalan-amalan kalian. Ketahuilah oleh kalian bahwa orang yang kafir ini menyangka bahwa Allah tidak kuasa mengumpulkan tulang-belulang setelah bercerai-berai yang kemudian dihidupkan kembali untuk kali yang lain; Maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kuasa atas apa yang dianggap menakjubkan (oleh manusia) atas hal itu; Sungguh Allah kuasa mengembalikan jari-jemari dengan sendi-sendinya secara sempurna, dimana tidak ada yang menyamapai satu sama lain.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Maksudnya, jika ia berbuat kebaikan ia menyesal mengapa tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan. Jawaban (isi) terhadap sumpah tersebut adalah, “Kamu pasti akan dibangkitkan.” Dinamakan jiwa tersebut dengan ‘lawwamah’ karena keadaan jiwa tersebut yang selalu menyesali dirinya, tidak tetapnya berada di atas satu keadaan. Di samping itu, ketika mati jiwa itu menyesali perbuatannya. Bahkan jiwa orang mukmin menyalahkan dirinya ketika di dunia karena apa yang dilakukannya berupa sikap meremehkan, kurang memenuhi hak, lalai dsb.
Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menggabung antara bersumpah dengan pembalasan, pembalasan itu sendiri dan orang yang berhak mendapatkan balasan.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Qiyamah Ayat 2
1-2. Akhir surah al-Muddasir menguraikan tentang kiamat serta betapa mengerikannya peristiwa itu, namun kaum pendurhaka mendustakannya. Segala argumen sudah dipaparkan, kalau mereka tetap tidak beriman, maka ayat ini menunjukkan Allah, tidak akan meladeni mereka lagi. Aku bersumpah dengan kepastian hari kiamat karena semuanya sudah jelas, dan aku juga bersumpah dengan jiwa yang selalu menyesali dirinya sendiri. Sungguh manusia pasti akan dibangkitkan. 3-4. Atas penegasan tentang kepastian hari kiamat mestinya manusia percaya, tetapi banyak yang ingkar. Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang-belulangnya yang telah berserakan setelah kematiannya' jangankan hanya mengumpulkan kembali tulang-belulang, bahkan kami mampu menyusun kembali jari jemarinya dengan sempurna.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah berbagai penafsiran dari banyak ahli ilmu mengenai isi dan arti surat Al-Qiyamah ayat 2 (arab-latin dan artinya), semoga membawa faidah bagi kita bersama. Support syi'ar kami dengan mencantumkan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.