Surat Al-Muddatstsir Ayat 10
عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ
Arab-Latin: 'alal-kāfirīna gairu yasīr
Artinya: Bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah.
« Al-Muddatstsir 9 ✵ Al-Muddatstsir 11 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Kandungan Berharga Terkait Dengan Surat Al-Muddatstsir Ayat 10
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Muddatstsir Ayat 10 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada aneka ragam kandungan berharga dari ayat ini. Ditemukan aneka ragam penafsiran dari kalangan ulama tafsir mengenai kandungan surat Al-Muddatstsir ayat 10, antara lain seperti terlampir:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
8-10. Ketika sangkakala telah ditiup dengan tiupan kebangkitan, hari itu adalah waktu yang sulit bagi orang-orang kafir, tidak mudah bagi mereka untuk menghadapi perhitungan amal dan kengerian lainnya.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
10. Bagi orang-orang kafir terhadap Allah dan Rasul-Nya, tidaklah mudah.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
9-10. Hari itu adalah benar-benar hari yang penuh huru-hara dan kesulitan bagi orang kafir, tidak ada kemudahan sedikitpun bagi mereka
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{tidak mudah bagi orang-orang kafir
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
8-10. Yaitu bila sangkakala ditiup untuk bangkit dari kubur, semua manusia dikumpulkan untuk dibangkitkan, “maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit,” karena banyaknya huru hara dan kedahsyatannya, “bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah,” karena mereka telah putus asa dari berbagai kebaikan dan yakin akan binasa. Kontekstualnya, hari itu mudah bagi orang-orang yang beriman sebagaimana yang difirmankan Allah, “Orang-orang kafir berkata, ‘Ini adalah hari yang sulit’.”
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 1-10
Disebutakn dalam hadits shahih Bukhari dari Yahya bin Abu Katsir, dari Abu Salamah, dari Jabir, dia berkata bahwa ayat Al-Qur'an yang mula-mula diturunkan adalah firmanNya: (Hai orang yang berkemul (berselimut) (1)) Tetapi mayoritas ulama berbeda. Mereka berpendapat bahwa Al-Qur'an yang mula-mula diturunkan adalah firman Allah SWT: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1)) (Surah Al-'Alaq) Sebagaimana yang akan diterangkan di tempatnya, jika Allah menghendaki.
Dapat disimpulkan bahwa wahyu yang mula-mula diturunkan setelah beberapa lama wahyu tidak turun adalah surah ini, sebagaimana Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Ibnu Syihab, dia berkata,”Aku pernah mendengar Abu Salamah bin Abdurrahman berkata bahwa telah menceritakan kepadaku Jabir bin Abdullah, bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Kemudian wahyu mengalami jarak dariku selama satu masa, Dan ketika aku sedang berjalan, aku mendengar suara dari langit, maka aku mengarahkan pandanganku ke langit. Tiba-tiba aku melihat malaikat yang pernah datang kepadaku sedang duduk di atas kursi di antara langit dan bumi, maka tubuhku gemetar karenanya sehingga aku terjatuh ke tanah. Lalu aku pulang ke rumah keluargaku dan aku katakan kepada mereka, "Selimutilah aku, selimutilah aku, selimutilah aku” Maka Allah SWT menurunkan firmanNya, (Hai orang yang berkemul (1) bangunlah, lalu berilah peringatan! (2) Dan Tuhanmu agungkanlah (3) dan pakaianmu bersihkanlah (4) dan perbuatan dosa tinggalkanlah” (5). Kemudian wahyu datang lagi dengan berturut-turut”
Firman Allah SWT: (bangunlah, lalu berilah peringatan! (2)) yaitu berjagalah dengan tekad yang bulat, lalu berilah peringatan kepada manusia. Dengan demikian, beliau mendapatkan kerasulan, sebagaimana pertama mendapatkan kenabian.
(dan Tuhanmu agungkanlah (3)) yaitu, agungkanlah.
Firman Allah SWT: (Dan pakaianmu bersihkanlah (4)) Al-Ajlah Al-Kindi meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa pernah datangan seorang lelaki datang kepadanya, lalu bertanya kepadanya tentang ayat ini: (dan pakaianmu bersihkanlah (4)) dia menjawab,"Janganlah kamu mengenakannya untuk berbuat maksiat dan jangan pula berkhianat" Kemudian dia berkata,"Tidakkah kamu pernah mendengar ucapan Ghailan bin Salamah Ats-Tsaqafi:
“Dengan memuji Allah, sesungguhnya aku mengenakan pakaianku bukan untuk kedurhakaan, dan bukan pula untuk menutupi perbuatan khianat"
Mujahid berkata tentang firmanNya: (dan pakaianmu bersihkanlah (4)) daia berkata yaitu dirimu bukan pakaianmu. Dalam riwayat yang lain darinya tentang firmanNya: (dan pakaianmu bersihkanlah (4)) yaitu, perbaikilah amalmu. Demikian;ah yang dikatakan Abu Razin.
Qatadah berkata tentang firmanNya: (dan pakaianmu bersihkanlah (4)) yaitu bersihkanlah dari perbuatan-perbuatan durhaka. Orang-orang Arab berkata terhadap seorang lelaki yang melanggar janjinya dan tidak memenuhinya, bahwa dia adalah seorang yang kotor pakaiannya. Dan apabila dia menunaikan janjinya, maka dikatakan bahwa sesungguhnya dia benar-benar orang yang bersih pakaiannya.
Ikrimah dan Adh-Dhahhak berkata, bahwa janganlah kamu mengenakannya untuk berbuat maksiat.
Ibnu Zaid berkata bahwa dahulu orang-orang musyrik tidak pernah membersihkan diri. Maka Allah memerintahkan kepada NabiNya untuk bersuci dan membersihkan pakaiannya. Pendapat ini dipilih Ibnu Jarir. Ayat ini mencakup semua pendapat yang telah disebutkan di samping kesucian hati. Karena sesungguhnya orang-orang Arab menyebut hati dengan sebutan pakaian, sebagaimana yang dikatakan Imri’ul Qais:
“Hai kekasihku Fatimah, sebentar, dengarkanlah kata-kataku yang memohon ini; bahwa jika engkau telah bertekad untuk meninggalkanku, maka lakukanlah dengan baik-baik”
“Dan jika memang ada sikapku yang kurang berkenan di hatimu, tanyakanlah kepada hatiku dengan mata hatimu, maka engkau akan memahaminya”
Firman Allah SWT: (dan perbuatan dosa, tinggalkanlah (5)) Ibnu Abbas berkata bahwa ar-rijzu adalah berhala, maka tinggalkanlah. Demikian juga dikatakan Mujahid dan Ibnu Zaid, bahwa sesungguhnya itu adalah berhala.
Berdasarkan semua penafsiran, makna yang dimaksud bukan berarti Nabi SAW telah melakukan sesuatu dari perbuatan-perbuatan itu. sebagaimana firmanNya SWT: (Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik) (Surah Al-Ahzab: 1) dan (Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun, "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”) (Surah Al-A'raf: 142)
Firman Allah SWT: (dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak (6)) Ibnu Abbas berkata bahwa janganlah kamu memberikan suatu pemberian dengan maksud agar memperoleh balasan lebih banyak darinya. Demikian juga dikatakan Ikrimah, Mujahid, Qatadah, As-Suddi dan lainnya.
Hasan Al-Bashri berkata bahwa janganlah kamu merasa beramal banyak kepada Tuhanmu. Demikian juga dikatakan Ar-Rabi' bin Anas. Pendapat ini dipilih Ibnu Jarir.
Ibnu Zaid berkata, janganlah merasa berjasa dengan kenabianmu terhadap manusia dengan maksud ingin memperbanyak dari mereka sebagai imbalan dunia. Keempat pendapat ini yang paling kuat di antaranya adalah yang pertama; hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Firman Allah SWT: (Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah (7)) yaitu gunakanlah kesabaranmu dalam menghadapi gangguan mereka sebagai amalmu karena Allah SWT. Pendapat ini dikatakan Mujahid,
Ibrahim An-Nakha'i berkata,”Bersabarlah terhadap nasibmu karena Allah SWT.
Firman Allah SWT: (Apabila ditiup sangkakala (8) maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit (9) bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah (10)) Ibnu Abbas, Mujahid, Asy-Sya'bi, Zaid bin Aslam, Al-Hasan, Qatadah, Adh-Dhahhak, Ar-Rabi' bin Anas, dan Ibnu Zaid berkata bahwa makna (naqiir) adalah sangkakala.
Mujahid berkata itu seperti bentuk tanduk.
Firman Allah SWT: (maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit (9)) yaitu sangat keras (bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah (10)) yaitu tidak mudah bagi mereka menjalaninya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Orang-orang kafir berkata, "Ini adalah hari yang berat”) (Surah Al-Qamar: 8) Telah diriwayatkan kepada kami dari Zurarah bin Aufa, hakim Basrah bahwa dia mengimami mereka dalam shalat Subuh, Lalu membaca surah ini, ketika bacaannya sampai kepada firmanNya: (Apabila ditiup sangkakala (8) maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit (9) bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah (10)) Tiba-tiba dia merintih sekali, Lalu terjungkal dalam keadaan tidak bernyawa lagi
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Muddatstsir ayat 10: 8-10. Allah menyebutkan dari sisi hari kiamat, Allah berkata : Maka jika telah ditiup wahai Nabi Allah, yaitu ditiupnya sangkakala, yaitu tiupan kebangkitan, maka ia termasuk tiupan yang kedua, dimana setelahnya akan ada pembalasan dan hisab. Ketahuilah, pada hari itu akan menjadi hari yang sulit bagi orang-orang kafir dan para pengingkar agama Allah, tidaklah mudah bagi mereka dan apa yang setelahnya, dan sebagian dari rahmat Allah kepada hambanya yang beriman, Allah berkata : عَلَى ٱلْكَـٰفِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍۢ, artinya : Bagi orang-orang kafir tidaklah mudah; Pada ayat ini terdapat kelembutan dan keramahan dengan sebab kondisi hari kiamat akan dimudahkan bagi orang-orang beriman.
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Karena banyak penderitaannya. Hal ini menunjukkan bahwa yang demikian mudah bagi orang-orang mukmin.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Muddatstsir Ayat 10
8-10. Kesulitan dalam dakwah tidaklah seberapa, akan ada saat yang lebih sulit lagi, maka apabila sangkakala ditiup yaitu hari kiamat telah tiba, maka itulah hari yang serba sulit, bagi siapa saja. Terlebih bagi orang-orang kafir yaitu yang keras kepala mengingkari kebenaran, pada hari itu tidak mudah, keadaannya akan diliputi kesulitan yang dahsyat. 11-13. Di antara tokoh pendurhaka yang menjadi latar belakang turunnya ayat-ayat ini dan akan mengalami kesulitan pada hari kiamat adalah al-walid bin al-Mugirah. Terhadap tokoh ini dan siapa saja yang perilakunya sama dengan al-walid, maka Allah menegaskan demikian, biarkanlah aku yang bertindak terhadap orang yang aku sendiri telah menciptakannya, tanpa bantuan dari siapa pun. Penciptaan manusia pastilah melibatkan kedua orang tua, namun pada ayat ini peran itu dinafikan karena menunjukkan ancaman yang serius terhadap yang durhaka. Dan orang tersebut juga aku berikan baginya kekayaan yang melimpah melalui sebab-sebab yang telah ditetapkan, dan juga anugerah berupa anak-anak yang selalu bersamanya, .
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah sekumpulan penafsiran dari para pakar tafsir terkait makna dan arti surat Al-Muddatstsir ayat 10 (arab-latin dan artinya), semoga membawa faidah bagi ummat. Dukunglah dakwah kami dengan mencantumkan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.