Surat Ar-Rahman Ayat 18
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Arab-Latin: Fa bi`ayyi ālā`i rabbikumā tukażżibān
Artinya: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
« Ar-Rahman 17 ✵ Ar-Rahman 19 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Tafsir Berharga Tentang Surat Ar-Rahman Ayat 18
Paragraf di atas merupakan Surat Ar-Rahman Ayat 18 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan tafsir berharga dari ayat ini. Ada sekumpulan penjabaran dari para mufassirin mengenai isi surat Ar-Rahman ayat 18, antara lain sebagaimana di bawah ini:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Maka nikmat manakah dari nikmat-nikmat Tuhan kalian berdua (wahai jin dan manusia) yang kalian dustakan?
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
18. Maka dengan nikmat Allah yang banyak untuk kalian -wahai jin dan manusia- yang mana yang kalian dustakan?
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
18. Maka nikmat Tuhan mana yang kalian dustakan wahai jin dan manusia?!
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{Maka nikmat Tuhan kalian yang manakah yang kalian dustakan
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
17-18. Maksudnya, Allah adalah Rabb segala sesuatu yang matahari, bulan, dan bintang-bintang yang bercahaya terbit terhadapnya, dan Rabb segala sesuatu yang apa saja terbenam darinya, serta segala sesuatu yang keduanya ada padanya. Semuanya berada di bawah pengaturan dan rububiyahNYa. Di dalam ayat ini Allah menyebutkan timur dan barat dalam bentuk mutsanna (dua) menurut tempat terbit musim dingin dan musim panas.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 14-25
Allah SWT menyebutkan penciptaan manusia, bahwa Dia telah menciptakannya dari tanah kering seperti tembikar, dan Dia menciptakan jin dari nyala api, yaitu bagian yang paling ujung dari nyala api. Pendapat ini dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan Ibnu Zaid.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (dari nyala api) yaitu inti api.
Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan nabi Adam diciptakan dari apa yang Dia gambarkan kepada kalian”
(Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya (17)) yaitu kedua tempat terbitnya di musim panas dan musim dingin, kedua tempat terbenamnya di musim panas dan musim dingin. Dalam ayat lain Allah berfirman: (Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari) (Surah Al-Ma'arij: 40) Demikian itu karena perbedaan tempat terbit matahari dan perpindahannya setiap hari, di saat kemunculannya kepada manusia.
Allah berfirman dalam ayat lain: ((Dialah) Tuhan masyriq dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung (9)) Ini adalah makna yang dimaksud, yaitu berbagai derajat arah timur dan barat. Karena adanya perbedaan pada arah timur dan barat, ini mengandung kebaikan bagi makhluk, dari kalangan jin dan manusia. Allah SWT berfirman: (Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (18))
Firman Allah SWT: (Dia membiarkan dua lautan mengalir yang kemudian keduanya bertemu (19)) Ibnu Abbas berkata bahwa maknanya adalah mengalirkan keduanya.
Terkait firman Allah (kemudian keduanya bertemu) Ibnu Zaid berkata bahwa Allah SWT mencegah keduanya bertemu dengan menjadikan pemisah antara keduanya. yang dimaksud dengan dua lautan adalah air asin dan air tawar. Air tawar adalah air yang terdapat di sungai-sungai yang ada di antara manusia. Pembahasannya telah kami sebutkan dalam surah Al-Furqan, yaitu pada firman Allah SWT: (Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar, dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi (53)) (Surah Al-Furqan)
Firman Allah SWT: (Dari keduanya keluar mutiara dan marjan (22)) yaitu kelompok masing-masing dari keduanya. Maka apabila hal itu dapat dijumpai pada salah satunya, itu sudah cukup. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri) (Surah Al-An'am: 130) Para rasul itu hanya pada kalangan manusia secara khusus, bukan jin; dan ungkapan ini benar secara mutlak. Mutiara sudah dikenal. Sedangkan marjan, dikatakan bahwa itu adalah mutiara yang kecil-kecil. Pendapat itu dikatakan Mujahid dan Qatadah.
Dikatakan bahwa marjan adalah mutiara yang besar dan terbaik. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Jarir dari sebagian ulama’ salaf. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ar-Rabi' bin Anas. Dikatakan bahwa marjan adalah sejenis permata yang berwarna merah.
Diriwayatkan dari Abdullah, dia berkata bahwa marjan adalah permata yang berwarna merah
FirmanNya SWT: (Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu dapat memakainya) (Surah Fathir: 12) Jadi daging itu dari air asin dan air tawar. Sedangkan permata kecil itu dari air asin bukan air tawar.
Ibnu Abbas berkata bahwa bahwa tidak sekali-kali setetes air yang jatuh dari langit ke dalam laut, lalu mengenai kerang dan masuk ke dalamnya melainkan terjadilah mutiara karenanya
Karena mutiara dan marjan dapat dijadikan sebagai perhiasan dan merupakan nikmat bagi penduduk bumi, dan itu merupakan karunia dari Allah SWT untuk mereka, maka Allah berfirman: (Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (23)
Firman Allah SWT: (Dan kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya) yaitu kapal-kapal yang berlayar (di lautan lepas)
Mujahid berkata bahwa “munsya’at” adalah kapal yang mempunyai layar yang tinggi, sedangkan kapal yang tidak mempunyai layar yang tinggi tidak dinamakan “munsya’at”.
Qatadah berkata bahwa (munsya’at) adalah yang diciptakan,
(laksana gunung-gunung) yaitu seperti gunung-gunung dalam kebesaran dan ketinggiannya, dan karena apa yang dimuatnya berupa barang-barang dagangan dan barang-barang kebutuhan dari suatu wilayah ke wilayah lain, dan kawasan ke kawasan lain untuk keperluan manusia. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (25))
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Ar-Rahman ayat 18: Telah berlalu tafsirnya pada ayat 13 dalam surat ini.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ar-Rahman Ayat 18
17-18. Allah yang maha pencipta itu adalah tuhan yang memelihara dan mengendalikan dua timur, yaitu dua tempat terbit matahari pada musim panas dan musim dingin, dan dia pula tuhan yang memelihara dan mengendalikan dua barat, yaitu tempat terbenamnya matahari pada kedua musim tersebut. Maka, wahai manusia dan jin, nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan'19-21. Dia membiarkan bebas dua laut mengalir berdampingan yang kemudian keduanya bertemu pada permukaannya. Di antara keduanya ada batas yang diciptakan Allah sehingga batas itu tidak dilampaui oleh masing-masing. Keduanya tidak bercampur atau melampaui batas tersebut. Maka, wahai manusia dan jin, nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan'.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian variasi penjelasan dari banyak mufassirin terhadap makna dan arti surat Ar-Rahman ayat 18 (arab-latin dan artinya), semoga bermanfaat untuk kita. Sokonglah dakwah kami dengan memberi link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.