Surat Fussilat Ayat 6

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ فَٱسْتَقِيمُوٓا۟ إِلَيْهِ وَٱسْتَغْفِرُوهُ ۗ وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِينَ

Arab-Latin: Qul innamā ana basyarum miṡlukum yụḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥidun fastaqīmū ilaihi wastagfirụh, wa wailul lil-musyrikīn

Artinya: Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya,

« Fussilat 5Fussilat 7 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Kandungan Mendalam Berkaitan Surat Fussilat Ayat 6

Paragraf di atas merupakan Surat Fussilat Ayat 6 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai kandungan mendalam dari ayat ini. Tersedia berbagai penjabaran dari banyak pakar tafsir berkaitan isi surat Fussilat ayat 6, di antaranya sebagaimana tercantum:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

6-7. katakanlah kepada mereka (wahai rasul), “Sesungguhnya aku hanyalah manusia yang sama dengan kalian, hanya saja Allah mewahyukan kepadaku, bahwa Tuhan kalian yang berhak kalian sembah hanyalah Tuhan yang Esa yang tiada sekutu bagiNya, maka tempuhlah jalan yang menyampaikan kepadaNya dan carilah ampunanNya. Kebinasaan dan siksaan bagi orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah berupa berhala-berhala yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak pula mudarat, yaitu orang-orang yang tidak menyucikan diri mereka dengan mentauhidkan Tuhan mereka dan ikhlas kepadaNya, tidak menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya, sehingga dia tidak memiliki keikhlasan kepada Yang Maha Pencipta dan tidak pula manfaat kepada makhluk dan mereka tidak beriman kepada kebangkitan, mereka juga tidak beriman kepada surga dan neraka.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

6. Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang yang menentang itu, “Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian, hanya saja aku menerima wahyu dari Allah bahwa sesembahan kalian yang benar adalah Esa, yaitu Allah, maka tempuhlah jalan yang mengantarkan kamu kepada-Nya, mintalah kepada Allah ampunan dari dosa-dosa kalian. Kerugian dan azab disediakan bagi orang-orang musyrikin yang menyembah selain Allah atau menyekutukan-Nya dengan yang lain.”


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

6. قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلٰهُكُمْ إِلٰهٌ وٰحِدٌ (Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa)
Yakni aku hanyalah orang seperti kalian, hanya saja aku diberi wahyu. Aku bukan dari golongan yang berbeda dari kalian agar hati kalian dapat melihatku, dan aku tidak mengajak kalian kepada sesuatu yang menyalahi akal, namun aku mengajak kalian untuk mengesakan Allah. Aku telah diberi wahyu sehingga dengan itu aku menjadi seorang nabi yang wajib kalian ikuti.

فَاسْتَقِيمُوٓا۟ إِلَيْهِ(maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya)
Dengan ketaatan. Dan janganlah kalian berbelok dari jalan-Nya.

وَاسْتَغْفِرُوهُ ۗ( dan mohonlah ampun kepada-Nya)
Atas dosa-dosa yang banyak kalian lakukan.
وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِينَ(Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya)


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

6. Katakanlah kepada orang-orang musyrik itu wahai Nabi: “Sesungguhnya aku adalah manusia seperti kalian. Aku bukanlah raja atau jin yang tidak bisa menemui kalian. Aku hanya menerima wahyu dari Tuhanku. Sesungguhnya Dia adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah. Maka taatlah kepadaNya dan mintalah ampunan kepadaNya.” Kecelakaanlah bagi orang-orang musyrik karena saking parahnya pengabaian mereka kepada Allah SWT


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Katakanlah,“Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian yang diberi wahyu kepadaku bahwa Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka tetaplah pada jalanNya} maka berjalanlah pada jalan yang sampai kepadaNya {dan mohonlah ampunan kepadaNya. Celakalah} Celaka dan azab {bagi orang-orang musyrik


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

6-7. “katakanlah” kepada mereka, wahai nabi “bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku,” inilah sifat dan tugasku, yaitu bahwa aku adalah manusia biasa, aku tidak memiliki wewnang apa pun, dan aku juga tidak memilki apa yang kalian minta segera. Sesungguhnya Allah hanya mengutamakanku atas kalian, mengistimewakanku dengan wahyu yang diwahyukanNya kepadaku dan memerintahkanku untuk mengikutinya dan mengajak kalian kepadanya. “maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNYa,” maksudnya, tempuhlah jalan yang dapat mengantarkan kepada Allah, dengan cara membenarkan berita yang aku sampaikan dan mengikuti perintah dan jauhi larangan. Inilah hakikat istiqamah. Kemudian konsisten kepadanya. Ungkapan, “padanya,” mengingatkan tentang keikhlasan, dan orang yang akan beramal hendaknya menjadikan tujuan dan niat beramalnya adalah untuk sampai kepada Allah dan kepada negeri kemuliaanNYa.maka dengan begitu amalnya tulus, shalih, lagi bermanfaat, dan dengan terbaiknya ikhlas maka amalnya menjadi sia-sia.
Oleh karena seorang hamba, sekalipun ia telah bersungguh-sungguh untuk tetap istiqamah, pasti terjadi kekeliruan darinya karena mengabaikan perintah atau melakukan yang dilarang, maka Allah menyuruh mengobatinya dengan istigfar yang mengandung makna taubat, seraya berfirman, ”dan mohonlah ampun kepadanya,” kemudian Allah mengancam orang yang mengabaikan istiqamah, seraya berfirman, ”dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukanNYa, yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakat,” yaitu orang-orang yang menyembah apa-apa yang tidak mampu mendatangkan manfaat, mudaat, kematian, kehidupan dan tidak pula mampu menghidupkan kembali. Dan mereka menginjak-nginjak diri mereka, tidak membersihkannya dengan mengesakan Allah,Rabb mereka dan ikhlas kepadaNYa. Mereka tidak melakukan shalat dan tidak juga membayar zakat. Tidak ada keikhlasan kepada sang pencipta dengan tauhid dan shalat, dan tidak pula ada pemberian manfaat kepada sesame dengan menunaikan zakat dan lain-lainnya.
“dan mereka kafir akan adanya akhirat,” artinya, mereka tidak beriman kepada kebangkitan, kepada adanya surga ataupun adanya neraka. Maka dari itu, setelah rasa takut sirna dari hati mereka, maka mereka berani melakukan apa yang telah mereka lakukan, yaitu perbuatan yang dapat mencelakakan mereka di akhirat.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 6-8
Allah SWT berfirman: (Katakanlah) wahai Muhammad, kepada orang-orang yang mendustakan dan musyrik (Bahwa aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa) tidak seperti berhala-berhala, sekutu-sekutu, dan tuhan-tuhan yang berbeda-beda. Sesungguhnya yang wajib disembah itu hanya Allah Tuhan Yang Maha Esa (maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya) yaitu murnikanlah penyembahanmu itu hanya kepadaNya sesuai dengan apa yang Dia perintahkan kepada kalian melalui lisan para rasul (dan mohonlah ampun kepada-Nya) untuk dosa-dosamu di masa lalu (Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya)) yaitu kebinasaan dan kehancuran bagi mereka ((yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat) Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa makna yang dimaksud adalah orang-orang yang tidak bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Demikian juga yang dikatakan Ikrimah. Ini sebagaimana firmanNya SWT: (sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu (9) dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (10)) (Surah Asy-Syams) dan (Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) (14) dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat (15)) (Surah Al-A'la) serta (dan katakanlah (kepada Fir'aun),"Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)" (18)) (Surah An-Nazi'at)
Makna yang dimaksud dengan zakat di sini adalah kesucian jiwa dari akhlak yang tercela, dan yang terpenting darinya adalah membersihkan jiwa dari kemusyrikan. Sesungguhnya zakat harta itu dinamakan zakat karena dia membersihkan harta dari keharaman, dan akan menjadi penyebab bagi bertambahnya berkah dan banyaknya manfaat serta menjadi pendorong untuk menggunakannya kepada ketaatan.
As-Suddi berkata tentang firmanNya: (Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menyekutukan(Nya) (6) (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat) yaitu tidak menunaikan zakat.
Qatadah berkata bahwa mereka menolak mengeluarkan zakat harta mereka.
Inilah makna yang tampak di sisi kebanyakan para mufasir, dan dipilih Ibnu Jarir. Tetapi di dalamnya masih perlu ditinjau, karena sesungguhnya kewajiban zakat itu hanya baru ditetapkan sejak tahun kedua Hijriyah, berdasarkan keterangan apa yang disebutkan oleh banyak orang. Ini adalah ayat Makkiyyah, kecuali jika dikatakan bahwa tidaklah mustahil jika hukum asal sedekah dan zakat diperintahkan sejak permulaan pengutusan, sebagaimana firmanNya: (dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya)) (Surah Al-An'am: 141) Adapun terkait zakat yang mempunyai nishab dan takaran, karena sesungguhnya dia hanya dijelaskan perkaranya ketika di Madinah. Jadi pendapat ini menggabungkan antara dua pendapat sebagaimana bahwa shalat itu asalnya itu diwajibkan sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam, dalam permulaan pengutusannya. Ketika Isra’ Mi’raj itu satu tahun setengah sebelum hijrah, Allah SWT mewajibkan kepada RasulNya SAW shalat lima waktu, dan merincikan persyaratan, rukun-rukun, dan hal-hal yang berkaitan dengannya setelah itu tahap demi tahap, hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Kemudian Allah SWT berfirman setelah itu: (Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya (8)) Mujahid dan lainnya berkata bahwa makna yang dimaksud adalah tidak putus dan tidak berhenti. sebagaimana firmanNya SWT: (mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya (3)) (Surah Al-Kahfi) dan (sebagai karunia yang tiada putus-putusnya) (Surah Hud: 108)


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Fussilat ayat 6: (Katakanlah, "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya) yakni dengan beriman dan taat kepada-Nya (dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah) lafal Al-Wail ini merupakan kalimat azab (bagi orang-orang yang musyrik.)


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Kepada mereka.

Yakni inilah sifatku dan tugasku, yaitu aku hanyalah manusia seperti kamu, aku tidak berkuasa apa-apa dan tidak mampu mengabulkan permintaan kamu untuk menyegerakan azab, aku hanyalah seorang yang telah dilebihkan Allah dengan wahyu dari-Nya yang memerintahkan aku untuk mengikutinya dan mengajak kamu kepadanya. Di antara isi wahyu itu -dan inilah yang paling pokok- adalah bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa yang mengharuskan kamu beribadah kepada-Nya.

Yakni tempuhlah jalan yang lurus yang menyampaikan kamu kepada Allah ‘Azza wa Jalla, yaitu dengan beribadah kepada-Nya, membenarkan wahyu yang diturunkan-Nya, mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dan tetap terus di atasnya. Dalam ayat ini terdapat peringatan agar berbuat ikhlas, dan bahwa orang yang beramal hendaknya menjadikan maksud dan tujuannya adalah sampai kepada Allah dan kepada kampung akhirat sehingga dengan begitu amalnya ikhlas, saleh dan bermanfaat. Jika tidak demikian, maka amalnya akan batal.

Oleh karena seorang hamba meskipun telah berusaha untuk istiqamah (tetap di atas syariat-Nya), namun masih saja dalam menjalankannya terdapat kekurangan dalam melaksanakan perintahnya atau bahkan terkadang jatuh ke dalam maksiat, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk mendatangi obatnya, yaitu istighfar dan tobat.

Selanjutnya Allah mengancam orang yang meninggalkan istiqamah secara keseluruhan.

Yaitu mereka yang menyembah selain-Nya, sesuatu yang tidak memberi manfaat dan menolak bahaya, tidak mampu menghidupkan dan mematikan serta membangkitkan, dan mereka mengotori dirinya dengan dosa-dosa dan maksiat.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Fussilat Ayat 6

Setelah mendengar pernyataan langsung dari kaum musyrik me-kah tentang penolakan mereka tersebut, Allah memerintah nabi Muhammad untuk menjawabnya. Katakanlah kepada mereka, wahai nabi Muhammad, 'aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu juga. Aku adalah nabi dan rasul Allah dengan membawa Al-Qur'an yang diwahyukan kepadaku. Di dalam Al-Qur'an itu terdapat ajaran dasar bahwa tuhan kamu adalah Allah dan dia adalah tuhan yang maha esa; karena itu tetaplah kamu beribadah kepada-Nya, dan mohonlah ampunan kepada-Nya agar kamu tidak terjerumus kepada kesesatan. Dan sadari-lah bahwa dengan bercermin kepada umat terdahulu yang telah diazab Allah, maka akan celakalah orang-orang yang mempersekutukan-Nya de-ngan yang lain. 7. Siapakah orang-orang yang mempersekutukan Allah itu' mereka adalah orang-orang yang tidak menunaikan zakat, dan mereka juga ingkar terhadap kehidupan akhirat dan tidak mempercayai adanya kebangkitan manusia kembali setelah mereka dimatikan.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Itulah aneka ragam penjelasan dari beragam pakar tafsir terhadap kandungan dan arti surat Fussilat ayat 6 (arab-latin dan artinya), semoga membawa faidah untuk ummat. Bantu kemajuan kami dengan memberi tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Yang Paling Banyak Dikunjungi

Telaah banyak halaman yang paling banyak dikunjungi, seperti surat/ayat: Al-‘Ankabut 57, Bersyukur, Al-A’raf 26, Yunus, Al-Isra 27, Ali ‘Imran 14. Ada pula Al-Bayyinah 5, Al-Hujurat 6, Luqman, Yunus 40, Ad-Dhuha 3, Ali ‘Imran 31.

  1. Al-‘Ankabut 57
  2. Bersyukur
  3. Al-A’raf 26
  4. Yunus
  5. Al-Isra 27
  6. Ali ‘Imran 14
  7. Al-Bayyinah 5
  8. Al-Hujurat 6
  9. Luqman
  10. Yunus 40
  11. Ad-Dhuha 3
  12. Ali ‘Imran 31

Pencarian: kandungan surat al isra ayat 17, surah ad-dhuha dan artinya, ar rahman 19 20, qs an nas dan artinya, bacaan yasin bahasa indonesia

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.